Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melepas tiga dari tujuh kamera trap yang tiga bulan sebelumnya dipasang untuk mendeteksi dugaan keberadaan harimau di sekitar lereng Gunung Wilis sisi wilayah Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
"Kamera-kamera itu dilepas dalam rangka untuk diobservasi," kata Kepala BKSDA KRW 2 Blitar Joko Dwiyono dikonfirmasi melalui telepon dari Tulungagung, Rabu.
Dijelaskan, ada tim khusus yang bertugas mengobservasi hasil tangkap gambar yang tersimpan di kamera CCTV bersensor gerak tersebut. Mengingat file gambarnya diperkirakan berdurasi panjang, tim yang mengobservasi diyakini butuh waktu lama.
"Apapun hasilnya nanti akan kami sampaikan," katanya.
Sejauh ini, BKSDA belum menerima laporan lanjutan terkait dugaan penampakan harimau di lereng Gunung Wilis. Warga pun tak lagi heboh. Suasana di sekitar areal hutan Desa Nyawangan dan Nglurup kini kondusif, lebih tenang dan tidak heboh seperti saat ramai isu penampakan harimau loreng sekira hampir setinggi kuda.
"Belum ada kabar lagi penampakan harimau dari warga," kata Joko.
Di dua desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan lereng Gunung Wilis, yakni di Desa Nyawangan dan Nglurup, BKSDA sebelumnya memasang tujuh kamera trap. Tiga kamera trap dipasang terpisah di pinggiran hutan Desa Nyawangan, sedang empat unit kamera trap lainnya dipasang di pinggiran hutan Desa Nglurup.
Selain memantau pergerakan harimau lewat kamera, pihaknya juga mendalami laporan warga dengan turun langsung ke lokasi, mencari jejak keberadaan harimau.
Namun setelah diselidiki hingga kini, informasi terkait penampakan harimau itu masih nihil. “Dari warga belum ada laporan temuan lagi, kita juga terus memantaunya,” jelas Joko.
Senada dengan Kepala Desa Nyawangan Sabar menuturkan sejak informasi penampakan harimau pada November 2020 lalu, kini tak ada laporan lagi penampakan harimau.
"Sudah tidak lagi mas, laporan Harimau oleh warga kami," kata Kades Sabar.
Sebelumnya, warga di Desa Nyawangan dan Nglurup digemparkan dengan penampakan harimau.
Beberapa warga mengaku melihat harimau setinggi 80 centimeter saat menyadap karet. Laporan lainnya, harimau itu berada di sekitar pemukiman warga, sehingga membuat warga resah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Kamera-kamera itu dilepas dalam rangka untuk diobservasi," kata Kepala BKSDA KRW 2 Blitar Joko Dwiyono dikonfirmasi melalui telepon dari Tulungagung, Rabu.
Dijelaskan, ada tim khusus yang bertugas mengobservasi hasil tangkap gambar yang tersimpan di kamera CCTV bersensor gerak tersebut. Mengingat file gambarnya diperkirakan berdurasi panjang, tim yang mengobservasi diyakini butuh waktu lama.
"Apapun hasilnya nanti akan kami sampaikan," katanya.
Sejauh ini, BKSDA belum menerima laporan lanjutan terkait dugaan penampakan harimau di lereng Gunung Wilis. Warga pun tak lagi heboh. Suasana di sekitar areal hutan Desa Nyawangan dan Nglurup kini kondusif, lebih tenang dan tidak heboh seperti saat ramai isu penampakan harimau loreng sekira hampir setinggi kuda.
"Belum ada kabar lagi penampakan harimau dari warga," kata Joko.
Di dua desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan lereng Gunung Wilis, yakni di Desa Nyawangan dan Nglurup, BKSDA sebelumnya memasang tujuh kamera trap. Tiga kamera trap dipasang terpisah di pinggiran hutan Desa Nyawangan, sedang empat unit kamera trap lainnya dipasang di pinggiran hutan Desa Nglurup.
Selain memantau pergerakan harimau lewat kamera, pihaknya juga mendalami laporan warga dengan turun langsung ke lokasi, mencari jejak keberadaan harimau.
Namun setelah diselidiki hingga kini, informasi terkait penampakan harimau itu masih nihil. “Dari warga belum ada laporan temuan lagi, kita juga terus memantaunya,” jelas Joko.
Senada dengan Kepala Desa Nyawangan Sabar menuturkan sejak informasi penampakan harimau pada November 2020 lalu, kini tak ada laporan lagi penampakan harimau.
"Sudah tidak lagi mas, laporan Harimau oleh warga kami," kata Kades Sabar.
Sebelumnya, warga di Desa Nyawangan dan Nglurup digemparkan dengan penampakan harimau.
Beberapa warga mengaku melihat harimau setinggi 80 centimeter saat menyadap karet. Laporan lainnya, harimau itu berada di sekitar pemukiman warga, sehingga membuat warga resah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021