Perum Jasa Tirta (PJT) I bersama Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA) menggelar lomba pemantauan kualitas air dengan melibatkan para pelajar dan sekolah di tiga wilayah sungai, yakni Brantas, Bengawan Solo dan Toba Asahan.

"Lomba ini dalam rangka memperingati Hari Air se-Dunia. Lomba dilaksanakan selama seminggu penuh sejak tanggal 22 Maret lalu," kata Direktur Operasional PJT I, Gok Joso Ari Simamora melalui keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Surabaya, Kamis.

Pengumuman pemenang disampaikan perwakilan PJT I melalui webinar yang digelar Selasa (30/3). Adapun juara pertama diraih Korwil Toba Asahan, juara kedua Korwil Kali Madiun, dan juara ketiga Korwil Brantas Hulu Malang.

Gok Joso Ari Simamora mengatakan seluruh peserta lomba pemantauan kualitas air telah mempresentasikan hasil pengujiannya dengan sangat baik. Namun, kata dia, dalam sebuah kompetisi selalu dipilih yang terbaik.

"Bagi saya semuanya adalah juara, setidaknya para siswa ini telah membuktikan kepeduliaannya pada sungai di sekitar mereka. Saya juga meminta pada seluruh peserta untuk terus menjaga kelestarian air dengan tidak membuang sampah sembarangan," ujarnya.

Gok Joso Ari Simamora juga menyampaikan tentang pentingnya menjaga air yang diperingati oleh seluruh negara di dunia. Seharusnya, Indonesia (dengan jumlah air yang melimpah) harus lebih peduli dalam menjaga kelestarian air.

"Pendidikan lingkungan, di antaranya upaya menjaga kelestarian air harus diajarkan sejak dini. Karena penanaman mental cinta lingkungan inilah yang harus ditumbuhkan pada generasi muda," ucapnya.

Koordinator Pusat JKPKA, Soetarno Said mengatakan, penilaian dilakukannya selaku juri bersama tim dari PJT I.

"Penilaian dilakukan oleh dua juri. Dari praktisi pengelola sungai ada PJT I. Sedangkan untuk metode penelitiannya, kami selaku koordinator yang menilai. Keputusan pemenang ini tidak bisa diganggu gugat," katanya.

Lomba menggunakan metode bioassessment sederhana dan model water inquiry dengan mengidentifikasi biota yang ada di air atau sungai.

"Dengan proses observasi, analisis, dan diskusi secara kelompok, maka indikator biologis kualitas air bisa ditentukan dengan kode warna. Untuk hijau kualitas amat baik, biru baik, kuning sedang, dan merah jelek atau kotor," ujarnya.

Dengan metode bioassesment yang diterapkan JKPKA dan melalui lomba itu, ia berharap dapat terbentuk masyarakat peduli sumber daya air melalui sekolah.

Selain itu, siswa-siswi atau peserta juga dididik menjadi agen kepedulian bagi masyarakat, serta peduli terhadap  pelestarian sumber daya air dan lingkungan sekitarnya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021