Pemerintah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, memastikan stok pupuk bersubsidi untuk keperluan musim tanam selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan petani.
"Jadi, kebutuhan petani sudah dilakukan uji laboratorium dan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang Priadi di Jombang, Senin.
Ia mengatakan pada 2021 ini Pemkab Jombang mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi hingga 55 ribu ton. Jenisnya juga beragam baik Urea, ZA, NPK Phonska, SP-36 hingga organik. Seluruh petani yang sudah terdata akan mendapatkan alokasi.
Pendataan petani, kata dia, sebenarnya sudah dilakukan sejak Desember 2020 untuk alokasi pupuk bersubsidi guna persiapan musim tanam. Seluruh petani yang hendak mendaftar diminta menyerahkan salinan KTP, KK, termasuk luasan lahan miliknya. Dengan itu, untuk memastikan kebutuhan pupuk yang akan digunakan selama musim tanam tersebut.
Namun, pemerintah juga terus memperbaharui data. Petani yang belum masuk dalam pengajuan RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) bisa mengajukan, sehingga datanya akan masuk. Dengan itu, dipastikan ia juga akan mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi.
Para petani, tambah dia, bisa mendapatkan pupuk itu di kios yang sudah ditunjuk. Jika namanya terdata di e-RDKK (RDKK elektronik), yang bersangkutan bisa mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi tersebut, namun jika namanya tidak ada, maka kios tidak bisa memberikan pupuk bersubsidi.
"Pupuk ada, tapi berdasarkan alokasi. Dan, alokasi tidak selalu sama dengan RDKK, karena RDKK kan usul, dan keputusan (alokasi pupuk) dapat berapa dari pemerintah," katanya.
Pada musim tanam ini (MP, musim hujan pertama), terdapat 42 ribu hektare yang ditanami padi di wilayah Kabupaten Jombang. Hingga kini, lahan yang sudah dipanen kurang lebih 20.632 hektare atau 48 persen dengan produksi gabah hingga 134 ribu ton.
Menurut dia, produksi ini cukup bagus, bahkan ada cenderung kenaikan ketimbang panen raya di musim yang sama tahun lalu. Kenaikannya sekitar 0,07 persen.
Panen itu, kata dia, juga akan bertambah lagi jika seluruh lahan sudah panen. Bahkan, dengan hasil panen di musim hujan ini produksi padi sudah surplus.
"Asumsi penduduk 1,2 juta jiwa dikali 99 kilogram per tahun (rata-rata konsumsi beras warga di Jombang), dibutuhkan sekitar 127 ribu ton. Dari lahan 42 ribu hektare itu, kalau dengan analisa gabah itu akan hasilkan beras kurang lebih 140.979 ton, sehingga di MP saja kami sudah surplus sekitar 13 ribu ton, belum ditambah di MK (musim kemarau) pertama dan kedua," katanya.
Diakui bahwa kebutuhan pupuk juga sangat penting untuk keperluan tanaman, namun petani juga diajarkan untuk selalu menggunakan pupuk organik. Hal itu dianjurkan, karena pupuk organik juga baik untuk tanah, sehingga produksi tanaman pun juga bisa optimal, demikian Priadi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Jadi, kebutuhan petani sudah dilakukan uji laboratorium dan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang Priadi di Jombang, Senin.
Ia mengatakan pada 2021 ini Pemkab Jombang mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi hingga 55 ribu ton. Jenisnya juga beragam baik Urea, ZA, NPK Phonska, SP-36 hingga organik. Seluruh petani yang sudah terdata akan mendapatkan alokasi.
Pendataan petani, kata dia, sebenarnya sudah dilakukan sejak Desember 2020 untuk alokasi pupuk bersubsidi guna persiapan musim tanam. Seluruh petani yang hendak mendaftar diminta menyerahkan salinan KTP, KK, termasuk luasan lahan miliknya. Dengan itu, untuk memastikan kebutuhan pupuk yang akan digunakan selama musim tanam tersebut.
Namun, pemerintah juga terus memperbaharui data. Petani yang belum masuk dalam pengajuan RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) bisa mengajukan, sehingga datanya akan masuk. Dengan itu, dipastikan ia juga akan mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi.
Para petani, tambah dia, bisa mendapatkan pupuk itu di kios yang sudah ditunjuk. Jika namanya terdata di e-RDKK (RDKK elektronik), yang bersangkutan bisa mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi tersebut, namun jika namanya tidak ada, maka kios tidak bisa memberikan pupuk bersubsidi.
"Pupuk ada, tapi berdasarkan alokasi. Dan, alokasi tidak selalu sama dengan RDKK, karena RDKK kan usul, dan keputusan (alokasi pupuk) dapat berapa dari pemerintah," katanya.
Pada musim tanam ini (MP, musim hujan pertama), terdapat 42 ribu hektare yang ditanami padi di wilayah Kabupaten Jombang. Hingga kini, lahan yang sudah dipanen kurang lebih 20.632 hektare atau 48 persen dengan produksi gabah hingga 134 ribu ton.
Menurut dia, produksi ini cukup bagus, bahkan ada cenderung kenaikan ketimbang panen raya di musim yang sama tahun lalu. Kenaikannya sekitar 0,07 persen.
Panen itu, kata dia, juga akan bertambah lagi jika seluruh lahan sudah panen. Bahkan, dengan hasil panen di musim hujan ini produksi padi sudah surplus.
"Asumsi penduduk 1,2 juta jiwa dikali 99 kilogram per tahun (rata-rata konsumsi beras warga di Jombang), dibutuhkan sekitar 127 ribu ton. Dari lahan 42 ribu hektare itu, kalau dengan analisa gabah itu akan hasilkan beras kurang lebih 140.979 ton, sehingga di MP saja kami sudah surplus sekitar 13 ribu ton, belum ditambah di MK (musim kemarau) pertama dan kedua," katanya.
Diakui bahwa kebutuhan pupuk juga sangat penting untuk keperluan tanaman, namun petani juga diajarkan untuk selalu menggunakan pupuk organik. Hal itu dianjurkan, karena pupuk organik juga baik untuk tanah, sehingga produksi tanaman pun juga bisa optimal, demikian Priadi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021