Laporan hasil temuan dari misi WHO, yang bertolak ke Wuhan China untuk menyelidiki asal mula virus penyebab COVID-19, diperkirakan keluar pada pertengahan Maret, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (5/3).
"Menurut penghitungan saat ini adalah pekan 14-15 Maret," kata kepala misi, Peter Ben Embarek, saat konferensi pers di Jenewa.
Ben Embarek, pakar WHO tentang penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, pada akhir misi Februari mengatakan bahwa virus kemungkinan berasal dari kelelawar, meski belum diketahui pasti bagaimana virus dapat menjangkau manusia. Ia juga mengesampingkan kemungkinan soal virus muncul dari kebocoran laboratorium.
Para pejabat WHO sebelumnya menyebutkan bahwa misi tersebut kemungkinan mengeluarkan laporan kesimpulan sebelum temuan menyeluruh tersedia. Rencana tersebut tidak dilanjutkan.
"Apa yang dipuji dari tim adalah bahwa mereka benar-benar usaha keras untuk membuat laporan lengkap sehingga kami dapat memiliki pembahasan yang tepat seputar laporan menyeluruh," kata Mike Ryan, pakar kedaruratan WHO.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan, "Saya akan meyakinkan Anda bahwa semua yang telah terjadi selama kunjungan (ke China) akan disampaikan secara terbuka."
Misi WHO menimbulkan perdebatan politik. Washington menyatakan keinginannya untuk meninjau temuan mereka. Sejumlah kritikus juga beranggapan bahwa akses misi WHO di China sangat dibatasi.
Pada Kamis (4/3) sebuah surat terbuka dari kelompok ilmuwan mengatakan misi WHO "tidak memiliki mandat, kebebasan, atau akses yang diperlukan untuk melakukan penyelidikan penuh dan tanpa batas" terhadap semua teori tentang asal mula virus.
Salah satu penulis surat, Nikolai Petrovsky, pakar di Flinders University di Adelaide, Austarlia, pada Jumat menuturkan bahwa meski tim pimpinan WHO telah melakukan kunjungan, dunia masih tidak punya pengetahuan soal sumber COVID-19.
Duta Besar China untuk PBB di Jenewa, Chen Xu, dalam konferensi pers terpisah Jumat mengatakan, "Ini bukan penyelidikan, melainkan penelitian ilmiah gabungan. Para pakar yang dipilih oleh Organisasi Kesehatan Dunia, mereka melakukan tugasnya, kerja sama ilmiah dengan mitra-mitra mereka di China."
Sumber: Reuters (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Menurut penghitungan saat ini adalah pekan 14-15 Maret," kata kepala misi, Peter Ben Embarek, saat konferensi pers di Jenewa.
Ben Embarek, pakar WHO tentang penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, pada akhir misi Februari mengatakan bahwa virus kemungkinan berasal dari kelelawar, meski belum diketahui pasti bagaimana virus dapat menjangkau manusia. Ia juga mengesampingkan kemungkinan soal virus muncul dari kebocoran laboratorium.
Para pejabat WHO sebelumnya menyebutkan bahwa misi tersebut kemungkinan mengeluarkan laporan kesimpulan sebelum temuan menyeluruh tersedia. Rencana tersebut tidak dilanjutkan.
"Apa yang dipuji dari tim adalah bahwa mereka benar-benar usaha keras untuk membuat laporan lengkap sehingga kami dapat memiliki pembahasan yang tepat seputar laporan menyeluruh," kata Mike Ryan, pakar kedaruratan WHO.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan, "Saya akan meyakinkan Anda bahwa semua yang telah terjadi selama kunjungan (ke China) akan disampaikan secara terbuka."
Misi WHO menimbulkan perdebatan politik. Washington menyatakan keinginannya untuk meninjau temuan mereka. Sejumlah kritikus juga beranggapan bahwa akses misi WHO di China sangat dibatasi.
Pada Kamis (4/3) sebuah surat terbuka dari kelompok ilmuwan mengatakan misi WHO "tidak memiliki mandat, kebebasan, atau akses yang diperlukan untuk melakukan penyelidikan penuh dan tanpa batas" terhadap semua teori tentang asal mula virus.
Salah satu penulis surat, Nikolai Petrovsky, pakar di Flinders University di Adelaide, Austarlia, pada Jumat menuturkan bahwa meski tim pimpinan WHO telah melakukan kunjungan, dunia masih tidak punya pengetahuan soal sumber COVID-19.
Duta Besar China untuk PBB di Jenewa, Chen Xu, dalam konferensi pers terpisah Jumat mengatakan, "Ini bukan penyelidikan, melainkan penelitian ilmiah gabungan. Para pakar yang dipilih oleh Organisasi Kesehatan Dunia, mereka melakukan tugasnya, kerja sama ilmiah dengan mitra-mitra mereka di China."
Sumber: Reuters (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021