Pemerintah Kota Surabaya menawarkan solusi kepada para pedagang Sentra Wisata Kuliner (SWK) di saat omsetnya turun hingga 50 persen selama pandemi COVID-19.
"Mereka mengalami penurunan hampir 50 persen. Tadi kita sudah melihat di musim pandemi ini mereka (pedagang) juga banyak memberhentikan karyawannya," kata Wakil Wali Kota Surabaya Armuji saat meninjau Sentra Wisata Kuliner (SWK) RMI di Jalan Ngagel Jaya Selatan, Surabaya, Kamis.
Menurut dia, meski kondisinya tak seperti sebelum adanya pandemi, namun SWK di Surabaya terbilang masih ramai pembeli. "Di sini masih agak ramai (pembeli), karena di beberapa tempat itu juga ditutup," kata Armuji.
Namun begitu, lanjutnya, dampak pandemi juga membuat omset para pedagang di SWK menurun sehingga mengakibatkan mereka harus memberhentikan beberapa karyawannya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, Pemerintah Kota Surabaya berinisiatif untuk menggandeng para pedagang di SWK. Salah satu upaya yang dilakukan pemkot yakni memesan makanan ataupun minuman pedagang di SWK untuk konsumsi ketika ada acara. Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah dengan membantu mempromosikan produk mereka.
"Ini yang tentunya menjadi motivasi kami dimana nanti kalau ada acara-acara di rumah dinas atau acara di pemerintahan, paling tidak bisa juga mengambil makanan yang ada di sentra-sentra ini," katanya.
Armuji mengaku sudah menginventarisasi produk makanan maupun minuman para pedagang di SWK. Menurutnya, beberapa produk yang dijual itu memiliki kekhasan tersendiri.
"Ada belut, terus penyetan-penyetan ikan wader, dan sebagainya. Minumannya juga gitu ada seperti kacang ijo. Nah, ini yang tentunya harus kita ambil supaya pemerintah kota bisa membantu saat pandemi ini," ujarnya.
Hal yang sama juga bakal dilakukan kepada para pedagang di SWK lainnya. Namun demikian, bagi Armuji, yang terpenting adalah para pedagang itu dapat menjaga kebersihan dan higienis dari makanan yang dijual.
"Kita di samping untuk mempromosikan, pemerintah kota juga mau mengambil makanan yang mereka jual. Yang penting higienis, dan sudah dalam tataran makanan yang sudah layak," ujarnya.
Menurut dia setidaknya ada sekitar 43 SWK di Kota Surabaya. Namun, ia juga mengakui, bahwa dampak pandemi menyebabkan omset pedagang di SWK mengalami penurunan sehingga perlu adanya perhatian lebih agar SWK terus ramai pembeli meski dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Ada 43 SWK di Surabaya. Di sini juga terlihat masih ramai. Karena ada karyawan (kantoran) yang masih makan di sekitar sini," ujarnya.
Ia menilai, apabila pandemi COVID-19 masih ada, tentunya jumlah kunjungan masyarakat ke tempat-tempat keramaian seperti SWK akan berkurang. Oleh karena itu, kata dia, para pedagang diharapkan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan supaya pembeli mau untuk datang.
"Kalau pandeminya belum benar-benar turun maka orang akan takut untuk ke tempat-tempat keramaian seperti ini. Oleh karena itu, pemerintah kota menganjurkan marilah kita bekerja sama untuk menjaga protokol kesehatan," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Mereka mengalami penurunan hampir 50 persen. Tadi kita sudah melihat di musim pandemi ini mereka (pedagang) juga banyak memberhentikan karyawannya," kata Wakil Wali Kota Surabaya Armuji saat meninjau Sentra Wisata Kuliner (SWK) RMI di Jalan Ngagel Jaya Selatan, Surabaya, Kamis.
Menurut dia, meski kondisinya tak seperti sebelum adanya pandemi, namun SWK di Surabaya terbilang masih ramai pembeli. "Di sini masih agak ramai (pembeli), karena di beberapa tempat itu juga ditutup," kata Armuji.
Namun begitu, lanjutnya, dampak pandemi juga membuat omset para pedagang di SWK menurun sehingga mengakibatkan mereka harus memberhentikan beberapa karyawannya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, Pemerintah Kota Surabaya berinisiatif untuk menggandeng para pedagang di SWK. Salah satu upaya yang dilakukan pemkot yakni memesan makanan ataupun minuman pedagang di SWK untuk konsumsi ketika ada acara. Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah dengan membantu mempromosikan produk mereka.
"Ini yang tentunya menjadi motivasi kami dimana nanti kalau ada acara-acara di rumah dinas atau acara di pemerintahan, paling tidak bisa juga mengambil makanan yang ada di sentra-sentra ini," katanya.
Armuji mengaku sudah menginventarisasi produk makanan maupun minuman para pedagang di SWK. Menurutnya, beberapa produk yang dijual itu memiliki kekhasan tersendiri.
"Ada belut, terus penyetan-penyetan ikan wader, dan sebagainya. Minumannya juga gitu ada seperti kacang ijo. Nah, ini yang tentunya harus kita ambil supaya pemerintah kota bisa membantu saat pandemi ini," ujarnya.
Hal yang sama juga bakal dilakukan kepada para pedagang di SWK lainnya. Namun demikian, bagi Armuji, yang terpenting adalah para pedagang itu dapat menjaga kebersihan dan higienis dari makanan yang dijual.
"Kita di samping untuk mempromosikan, pemerintah kota juga mau mengambil makanan yang mereka jual. Yang penting higienis, dan sudah dalam tataran makanan yang sudah layak," ujarnya.
Menurut dia setidaknya ada sekitar 43 SWK di Kota Surabaya. Namun, ia juga mengakui, bahwa dampak pandemi menyebabkan omset pedagang di SWK mengalami penurunan sehingga perlu adanya perhatian lebih agar SWK terus ramai pembeli meski dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Ada 43 SWK di Surabaya. Di sini juga terlihat masih ramai. Karena ada karyawan (kantoran) yang masih makan di sekitar sini," ujarnya.
Ia menilai, apabila pandemi COVID-19 masih ada, tentunya jumlah kunjungan masyarakat ke tempat-tempat keramaian seperti SWK akan berkurang. Oleh karena itu, kata dia, para pedagang diharapkan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan supaya pembeli mau untuk datang.
"Kalau pandeminya belum benar-benar turun maka orang akan takut untuk ke tempat-tempat keramaian seperti ini. Oleh karena itu, pemerintah kota menganjurkan marilah kita bekerja sama untuk menjaga protokol kesehatan," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021