Universitas Airlangga Surabaya mengirimkan sebanyak 18 dokter yang tergabung dalam Tim AJU I dan kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) untuk membantu penanganan dampak gempa di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat.
Sekretaris Yayasan Ksatria Medica Airlangga atau pengelola operasional RST Dr. Suwaspodo Henry Wibowo, Sp.And., MARS di Surabaya, Minggu, mengatakan Tim AJU I dikomandoi langsung oleh Direktur RSTKA dr. Agus Hariyanto, SpB.
"Sebanyak 18 dokter yang dikirim terdiri atas dua apoteker, dua dokter bedah, dua dokter anestesi, empat dokter umum, empat perawat umum, dua perawat anastesi, dan dua perawat bedah operasi," katanya.
Tim AJU I juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur dan IDI Surabaya. Mereka diminta hadir menggantikan fungsi rumah sakit di lokasi bencana yang sudah tidak bisa beroperasi.
Kapal RSTKA berangkat dari Surabaya Minggu dini hari dan dibutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk sampai ke Makassar, Sulawesi Selatan.
"Melihat situasinya yang darurat, tim harus segera ke sana. Kami berkoordinasi dengan Tim Bencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kapal kami diminta hadir di sana karena banyak rumah sakit yang tidak beroperasi," ujar dr. Henry.
Terlebih kondisi lapangan yang belum diketahui, Tim AJU I bakal menjadi pionir medis untuk membuka jalan ke lokasi.
Menurut dr. Henry, tim juga bertugas melakukan survei lokasi bencana dan mengumpulkan kebutuhan apa yang kurang di lapangan. Selanjutnya, Tim AJU I berkoordinasi dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo dan Rumah Sakit Unair.
"Tim AJU I akan menyurvei kondisi lapangan, informasi tempat berlabuh kapal, dan kebutuhan apa saja yang diperlukan di sana," katanya.
Tim AJU I telah mempersiapkan kebutuhan medis, logistik, dan bantuan lain selama dua minggu. Di tengah pandemi COVID-19, tim bekerja sama dengan rumah sakit lapangan untuk memeriksa perawat terlebih dahulu.
Kemudian, tim membawa peralatan safety lebih dari seribu pemeriksaan swab antigen, alat pelindung diri (APD) hazmat, peralatan laboratorium, masker N95, dan pembersih tangan.
Tim juga membawa lima tenda besar ukuran 4x8 meter yang dikhususkan untuk memisahkan pasien yang aman dan sebagai tempat istirahat tim. Selain itu, tim membawa bantuan logistik makanan, pakaian, dan buku untuk anak-anak di sana.
"Tentu, kami berharap mendapatkan dukungan maupun bantuan semua pihak. Termasuk fakultas di Unair. Kami membutuhkan mahasiswa, terutama mahasiswa perikanan dan kesehatan masyarakat sebagai trauma healing-nya masyarakat pesisir," ucapnya.
Kehadiran mahasiswa, kata dr. Henry, sangat dibutuhkan agar pendidikan anak-anak pesisir di sana jangan sampai terhenti.
"Saat ini situasinya untuk kapal dan tim kami berangkat berlayar serta pandemi masih berat. Kami akan tetap berusaha untuk sampai di sana dengan aman. Kami minta dukungan, doa, dan partisipasi dalam bentuk apapun untuk saudara kita di sana, terima kasih," ujar dr. Henry.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021