Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah bagian selatan Jawa Timur yang memiliki 21 kecamatan dengan batas-batas wilayah yaitu sebelah utara Kabupaten Probolinggo, sebelah timur Kabupaten Jember, sebelah selatan Samudera Indonesia, dan sebelah barat Kabupaten Malang.

Kabupaten Lumajang yang dijuluki Kota Pisang memiliki potensi cukup besar pada sektor pertanian dan menjadi salah satu lumbung pangan di Jawa Timur dengan komoditas andalannya padi.

Hampir 80 persen lebih penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan lahan pertanian sebagai sumber pangan warga di kabupaten setempat, sehingga pemerintah daerah melakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Di tengah pandemi COVID-19, sektor pertanian di Kabupaten Lumajang justru diharapkan menjadi kekuatan ekonomi yang kokoh karena sektor pertanian tidak terlalu banyak terdampak.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan sektor pertanian menjadi kekuatan perekonomian daerah selama pandemi COVID-19 dan perekonomian di daerah setempat cukup kokoh selama pandemi karena ditopang oleh sektor pertanian yang tidak terlalu signifikan terdampak pandemi.

Menurutnya Pemkab Lumajang punya pertanian yang unggul, baik pertanian padi, hasil pertanian kebutuhan pokok, maupun perkebunan yang menopang perekonomian di wilayah setempat.

Ia juga mendorong pengembangan budi daya pertanian organik karena hasil panen pertanian organik tidak hanya menghasilkan komoditas yang memiliki nilai lebih tinggi dengan produksi yang lebih baik, namun dapat mempengaruhi kualitas tanah.

Bupati Lumajang yang biasa dipanggil Cak Thoriq berharap Pemkab Lumajang dapat bersinergi dengan pemerintah pusat melalui berbagai program, sehingga ada percepatan terhadap pengoptimalan potensi pertanian yang berdaya saing di tengah pandemi COVID-19.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Lumajang tercatat luas panen padi (irigasi) pada triwulan III tahun 2020 mencapai 62.383 hektare dengan produksi 3.822.769 kuintal dengan rata-rata produksi 61, 28 kuintal per hektare. Sedangkan luas panen padi (nonirigasi) tercatat 2.894 hektare dengan jumlah produksi 113.206 kuintal dengan rata-rata produksi 39,12 kuintal per hektare.

Untuk jagung tercatat luasnya 6.958 hektare dengan jumlah produksi 408.537 kuintal dengan produksi rata-rata 58,71 kuintal per hektare, sedangkan kedelai luasnya 292 hektare dengan jumlah produksi 3.970 kuintal dengan rata-rata produksi 13,60 kuintal per hektare.

Kepala Dinas Pertanian Lumajang Paiman mengatakan pihaknya selalu melakukan berbagai program nasional untuk meningkatkan produksi pertanian dan peningkatan ketahanan pangan nasional selama masa pandemi COVID-19.

Berbagai program yang sudah ada terus digencarkan kembali guna meningkatkan produktivitas hasil pertanian untuk mendukung sektor perekonomian yang tengah lesu akibat pandemi.

Sejak tahun 2011, Pemkab Lumajang juga melakukan langkah-langkah konkret dengan melakukan terobosan mengembangkan program "Sigarpun Bulat" (Aksi Gerakan Pemupukan Organik dan Benih Unggul Bersertifikat) untuk meningkatkan produksi pertanian di kabupaten setempat.

Sigarpun Bulat merupakan upaya mengembalikan kesuburan tanah yang kini mulai turun dan meningkatkan hasil pertanian dengan bibit ungggul bersertifikat, sehingga penggunaan pupuk organik diharapkan untuk menjaga keseimbangan alam.

Tujuan akhirnya agar lahan pertanian di Lumajang tidak terus-menerus digerojok pupuk kimia yang lambat-laun bisa merusak kesuburan tanah karena kebutuhan pangan yang dihasilkan melalui pengelolaan alam merupakan kebutuhan utama.

Untuk itu, maka pengelolaan sumber daya alam secara bijak mutlak harus dilakukan yang berpengaruh terhadap keseimbangan alam dan masa depan generasi mendatang, sehingga program Sigarpun Bulat kembali digalakkan saat pandemi COVID-19.

"Program Sigarpun bulat juga ditegaskan kembali oleh komitmen Bupati Lumajang Thoriqul Haq yang ingin mewujudkan Lumajang sebagai bumi organik dengan pencanangan yang dilakukan pada tahun 2019," katanya.

Saat terjadi pengurangan kuota pupuk bersubdisi, Kabupaten Lumajang tetap tenang karena para petani sudah melakukan kebijakan penggunaan pupuk berimbang dengan memprioritaskan pupuk organik dari pabrikan atau pupuk organik olahan kelompok tani sendiri.

Selama pandemi, lanjut dia, para petani dalam melakukan kegiatan pertanian tetap mematuhi protokol kesehatan dan ia berharap mudah-mudahan tidak ada klaster dari petani.

Pada tahun 2019 total produksi padi Kabupaten Lumajang sebesar 515.411 ton gabah kering giling dengan provitas sebesar 6,1 ton per hektare dan luas lahan baku sawah sebesar 36.391 hektare.

Menurutnya kebutuhan konsumsi masyarakat di Lumajang hanya 40 persen dari total produksi padi, sehingga 60 persen sisanya dikirim ke sejumlah daerah untuk mendukung ketersediaan pangan nasional.

"Kabupaten Lumajang merupakan salah satu lumbung pangan di Jawa Timur, sehingga kami mendorong petani juga menggunakan benih unggul yang bersertifikat untuk meningkatkan produksi pertanian," katanya.

Selain itu, lanjut dia, Perda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) No. 7 tahun 2018 di Lumajang juga mendukung sektor pertanian, sehingga dapat menghambat laju penyusutan lahan pertanian di kabupaten setempat.

Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan mencapai 32.331 hektare dan luas tersebut diprediksi tetap bertahan hingga 2020, namun untuk memastikan pihak Dinas Pertanian Lumajang melakukan pendataan data tersebut.

Paiman menjelaskan ketersediaan pangan selama pandemi juga didukung oleh kebijakan Pemkab Lumajang yang sudah dicanangkan sebelumnya yakni aksi Gerakan Kembali ke Pangan Lokal atau  "Si Gempal", sehingga diharapkan masyarakat mengonsumsi pangan lokal.

Pawon Urip

Tidak hanya OPD yang memiliki beberapa program untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19, Tim Penggerak PKK juga membuat program "Pawon Urip" atau dapat diartikan dapur tetap bisa hidup, sehingga dapat membantu pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan keluarga secara mandiri saat pandemi.

Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lumajang Musfarina Thoriq mengatakan banyak masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19, sehingga program Pawon Urip memiliki fungsi penting untuk ketahanan pangan keluarga selama pandemi.

"Pawon Urip itu inisiasi ketahanan pangan keluarga, intinya tentang gotong royong dan kepedulian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan memaksimalkan fungsi pekarangan," tuturnya.

Melalui inovasi itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk menanam tanaman yang bisa digunakan kebutuhan sehari-hari di pekarangan atau lahan sekitar rumah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk ketahanan pangan masyarakat semakin kuat di masa pandemi.

Menurutnya program Pawon Urip adalah upaya untuk membangkitkan semangat gotong royong dan solidaritas sosial antartetangga yang bertujuan untuk ketahanan pangan dan gizi keluarga terutama di masa pandemi COVID-19 dan menuju masa pemulihan setelah pandemi.

Ia juga berharap dengan adanya Pawon Urip bisa memberikan manfaat yang lebih dan dampak yang positif bagi masyarakat untuk menjamin ketersediaan pangan keluarga selama pandemi, serta inovasi membuat olahan menu dari tanaman yang ada di pekarangan rumah tersebut.
 

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021