Satu rumah warga di lereng Gunung Wilis di Desa Blimbing, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, rusak setelah tertimpa material tanah longsor menyusul hujan deras melanda daerah ini pada Jumat (1/1) mulai pagi hingga malam hari.

Han Aswara, salah seorang perangkat di Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, mengemukakan rumah yang tertimpa tanah longsor itu milik Pujiono. 

"Kemarin itu hujan mulai sekitar jam 10.00 WIB. Longsornya sekitar jam 18.00 WIB. Saat itu, korban bersama istri dan anaknya yang masih bayi juga masih di rumah," kata Han Aswara di Kediri, Sabtu.

Ia mengatakan akibat dari hujan yang cukup lama itu, tebing setinggi 15 meter dan lebar 8 meter di belakang rumah milik Pujiono itu longsor. Material tanah longsor itu menimpa rumah Pujiono. Lima rumah lainnya yang juga dekat dengan rumah Pujiono juga terancam terkena tanah longsor.

Han juga menambahkan, dalam kejadian Jumat malam tersebut tidak ada korban jiwa. Pemilik rumah dan seluruh anggota keluarganya juga berhasil menyelamatkan diri.

Pujiono, pemilik rumah mengaku bencana ini terjadi sudah yang ketiga kalinya menimpa rumahnya. Ia belum mempunyai pilihan untuk pindah ke daerah yang lebih aman dengan membawa seluruh anggota keluarganya.

"Terkena bagian belakang rumah. Ini sudah yang ketiga kalinya dan ini yang paling parah," kata Pujiono.

Sementara itu, para tetangga Pujiono juga gotong royong membantu memperbaiki rumah itu. Namun, guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, akhirnya rumah itu dibongkar.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Slamet Turmudi mengatakan kondisi kerusakan rumah Pujiono memang berat, sehingga rumah itu dianjurkan untuk dibongkar.

"Rumahnya tidak bisa ditempati karena tertimpa tanah longsor. Pak Pujiono dan istri sekarang tinggal di rumah mertua, lokasinya juga tidak jauh dari rumahnya," kata dia.

Slamet menambahkan, rumah Pujiono terletak di bagian bawah dan di atas bukit belakang rumahnya sebenarnya juga ada dibangun rumah. Bahkan, di samping rumah Pujino sebenarnya juga ada tembok penahan tebing. Diduga karena konstruksi pembangunan tembok penahan tebing kurang benar, tidak ada tempat rembesan air, sehingga tidak mampu menahan air.

"Kemungkinan salah konstruksi pembangunan tempat penahan tebing, tidak ada tempat rembesan air, sehingga tidak mampu menahan air. Selain itu, kondisi bagian belakang juga rawan, tingkat kemiringan tebing sekitar 60 derajat," ujar dia.

BPBD Kabupaten Kediri, kata Slamet, akan komunikasi dengan pemerintah desa setempat mencarikan lokasi tanah yang bisa dibangun rumah bagi Pujiono. Terlebih lagi, kejadian longsor ini sudah yang ketiga kalinya, dan yang ketiga ini adalah yang paling parah.

Ia juga meminta warga berhati-hati. Informasi dari BMKG, ancaman bencana masih bisa terjadi hingga Februari 2020.

"Ancaman bencana sesuai dengan perkiraan BMKG, curah hujan sampai Februari 2020. Potensi longsor, banjir sudah kami petakan. Angin puting beliuang, hujan disertai angin kencang ini sampai Februari," kata dia

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021