Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengumpulkan sejumlah tokoh nasional untuk membahas wakaf melalui acara Waqf Business Forum bertajuk "Wakaf Energi Kedaulatan Pangan Umat" di Surabaya, Minggu.

Presiden Global Islamic Philantropy yang juga Ketua Dewan Pembina Global Wakaf Ahyudin mengatakan sejumlah tokoh nasional yang hadir, antara lain Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Miftahul Akhyar, Ketua Badan Wakaf Indonesia Prof. Muhammad Nuh, DEA, dan Pembina Yayasan Penguatan Peran Pesantren (YP3I) K.H. Mahfudz Sobari.

Selanjutnya, Ketua Umum YP3I Marzuki Alie, Prof. DR. Mufti Mubarak, Badan Perlindungan Konsumen Indonesia, serta Ketua Komisi Perekonomian MUI.

Ahyudin mengatakan wakaf merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi persoalan kemiskinan yang saat ini menimpa sebagian besar umat Islam.

"Kami meyakini untuk menghadapi berbagai masalah, serta menjadi solusi bencana kemiskinan yang saat ini terjadi, tentu Allah punya obat dan jalan keluar, yaitu wakaf," katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan lembaga yang dipimpinnya dalam dua tahun terakhir sudah dipercaya oleh para wakif untuk mengelola dana wakaf mencapai Rp200 miliar.

"Sedangkan di fase pandemi ini, alhamdulillah ada 1,5 juta orang bersedekah melalui ACT, terkumpul dana kurang lebih Rp500 juta," katanya.

Dana yang terhimpun itu, kata dia, akan digunakan untuk berbagai program penyelamatan kehidupan umat dan program pemberdayaan melalui wakaf.

Ahyudin melanjutkan ada dua program utama yang saat ini sedang dijalankan.

"Pertama, kami menjadikan aset ekonomi produktif sebagai objek wakaf. Kami ajak para pengusaha untuk mewakafkan saham perusahaannya. Perusahaan yang oleh pemiliknya diwakafkan, status perusahaananya yang tadinya milik pribadi menjadi milik Allah. Dan sebagai nazir wakaf, Gobal Wakaf tidak mengelola bisnis, hasil bisnis itulah yang kami distribusikan," ungkap Ahyudin

Program Yang kedua, objek wakaf yang ditargetkan adalah uang tunai sebagai modal kerja ekonomi. 
 
"Saat ini perhari tidak kurang 5.000 orang memberikan wakaf tunai ke lembaga ini, target kami 50 atau 60 triliun rupiah bisa kita himpun lima tahun ke depan agar semakin banyak umat yang mendapatkan manfaat," ujar Ahyudin. 

Dana wakaf yang terkumpul selama ini dikelola untuk berbagai program, antara lain yang baru saja diluncurkan adalah proyek 500 hektare sawah wakaf di Jawa Timur.

"Kami juga sudah menyalurkan Wakaf Modal Usaha Mikro (WMUM) untuk 11 ribu orang UMKM di Indonesia selama pandemi," katanya.

Senada dengan Ahyudin, Ketua Umum MUI K.H. Miftahul Akhyar mengatakan untuk menyejahterakan kehidupan umat dibutuhkan modal. 

Ia mengutip pernyataan sahabat Amru bin Ash yang mengatakan bahwa tidak ada sebuah kekuasaan kecuali dipimpin oleh orang yang memiliki sifat kepemimpinan dan tidak bisa kepemimpinan itu lepas dari modal atau maal. 

"Kita menghilangkan kemiskinan ya mustahil karena pasti selalu ada dan sebaliknya kita membuat semua miskin juga mustahil, pasti ada keseimbangan. Tapi, ikhtiar dan perjuangan membangun ekonomi umat ini kami respek sekali," tuturnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya gerakan penguasaan ekonomi umat, karena melalui penguatan ekonomi yang adil umat ini akan kembali berdaya dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

"Karena seperti kata Imam Ghazali, sifat adil dan jujur merupakan kunci dari  kesejahteraan dan kemakmuran. Maka barang siapa yang menerapkan syaria atau tatanan Allah, siapapun akan sukses, dan sebaliknya siapapun yang menentang syariat Allah dia akan disingkirkan oleh Allah walaupun dia muslim," kata Kiai Miftahul Akhyar.

Acara Waqf Business Forum dilanjut dengan talkshow bersama Ketua Badan Wakaf Indonesia, Prof. Muhammad Nuh, DEA dan Presiden ACT Ibnu Khajar. Dialog ini dimoderatori oleh Sekjen Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) Gus Yusuf.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020