Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi meraih penghargaan sebagai Dinas Pendidikan Cerdas Berkarakter dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diserahkan secara virtual dalam ajang Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter 2020, Senin (7/12) malam.

"Alhamdulillah inovasi Banyuwangi terus mencatatkan prestasi, serta diapresiasi dengan baik oleh pemerintah pusat. Penghargaan ini menjadi pelecut bagi kami untuk terus berinovasi agar lebih baik ke depan," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa.

Penghargaan Cerdas Berkarakter ini diberikan Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud kepada pihak-pihak yang dinilai telah melaksanakan tugas penguatan karakter sesuai dengan kapasitasnya.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Suratno menjelaskan penghargaan tersebut berhasil diraih Dinas Pendidikan Banyuwangi lewat program inovatif "Siswa Asuh Sebaya (SAS)".

SAS merupakan program mengumpulkan dana sukarela dari siswa mampu, kemudian diberikan untuk rekannya dari keluarga kurang mampu guna mendukung pendidikannya.

"Program ini dinilai punya dampak besar pada pembentukan karakter anak. Dengan terbiasa menyisihkan uang sakunya untuk rekan mereka yang kurang mampu, maka rasa empati, kepedulian dan welas asih kepada sesama menjadi tumbuh. Inilah yang menarik perhatian tim penilai," ujar Suratno.

Ia menjelaskan SAS pengelolaannya dilakukan dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa di sekolah bersangkutan. Sejak pertama kali diluncurkan pada 2011, hingga saat ini telah menyalurkan dana hingga Rp19,1 miliar untuk membantu pendidikan ribuan anak di Bumi Blambangan.

"Sebenarnya bukan pada nominalnya, yang terpenting justru bagaimana menumbuhkan rasa peduli sesama sejak dini. Kita semua berharap, para pelajar kelak menjadi generasi yang welas asih, suka menolong, sehingga masyarakat kita menjadi semakin guyub," tuturnya.

Bantuan SAS ini diberikan ke siswa yang membutuhkan tanpa prosedur yang berbelit. Siswa yang mampu menyisihkan uang jajannya, dikumpulkan bersama, lalu diberikan kepada temannya yang butuh. Ada yang menyumbang RpRp1.000, Rp2.000, Rp5.000, semua sukarela. Bantuan diberikan ada yang dalam bentuk sepeda, uang saku, ataupun pulsa.

"Sepuluh tahun pelaksanaan, program ini diikuti oleh 911 sekolah mulai tingkat SD, SMP sampai SMA di Banyuwangi. Sasaran penerimanya juga melebar. Bukan hanya teman satu sekolah, namun sekarang menyasar siswa sekolah lain yang membutuhkan," paparnya.

Gerakan SAS juga menjadi pelengkap program intervensi kebijakan pendidikan pemkab lainnya. Seperti program bantuan uang saku dan transportasi untuk pelajar, tabungan pelajar kurang mampu, beasiswa kuliah Banyuwangi Cerdas, hingga pengangkatan anak putus sekolah.

"Berkat program-program yang kami geber, angka putus sekolah di Banyuwangi dari tahun ke tahun terus menurun," ucapnya.

Program Siswa Asuh Sebaya (SAS) pernah meraih penghargaan sebagai TOP 12 Kategori Terbaik, Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik, Provinsi Jawa Timur 2016. Selain juga menjadi nominator penghargaan Millenium Development Goals (MDGs) untuk kategori pendidikan pada tahun 2014, menyisihkan ratusan program dari seluruh Indonesia.

Program SAS ini memang selaras dengan salah satu komitmen tujuan MDGs terkait penanggulangan kemiskinan dan pendidikan dasar untuk semua. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020