Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Jatim Isdarmawan Asrikan mengatakan naiknya komoditas ekspor dari wilayah setempat masih belum dibarengi terbukanya akses internasional, khususnya kekurangan kontainer eskpor sehingga sampai kini masih menjadi penghambat.
“Ya, masalah kekurangan kontainer ekspor internasional ini juga karena COVID-19, sebab beberapa negara belum membuka akses sepenuhnya," kata Is, sapaan akrab Isdarmawan, kepada wartawan di Surabaya, Senin.
Ia mengakui hambatan kekurangan persediaan kontainer internasional ini membawa konsekuensi pada biaya angkut ke kapal yang cukup tinggi, sehingga ongkos pengiriman barang ekspor ke tempat tujuan menjadi lebih mahal dari sebelumnya.
Meski demikian, Is mengakui, pelaku usaha ekspor dari Jatim tetap gigih melakukan ekspor, hal ini dibuktikan dengan pengiriman produk komoditas pangan, khususnya makanan/minuman (mamin) Jawa Timur ke luar negeri.
"Kami tetap berharap agar tahun depan mulai membaik, sebab geliat ekspor di Jatim sudah menunjukkan kenaikan," katanya.
Sebelumnya, GPEI Jatim bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, Kamis (19/11) melepas produk ekspor PT Lintas Utama berupa kopi ke Yokohama, Jepang.
Kopi yang diekspor jenis Robusta asal Dampit, Kabupaten Malang, dan dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi Jatim.
Sementara itu, catatan ekspor Jatim oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Oktober 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 1,58 miliar dolar AS menjadi 1,59 miliar dolar AS.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan kenaikan itu ditunjang peningkatan kinerja ekspor sektor nonmigas.
"Bila dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor sektor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen, yaitu dari 1,52 miliar dolar AS menjadi 1,53 miliar dolar AS," kata Dadang, kepada wartawan.
Nilai ekspor sektor nonmigas menyumbang sebesar 96,50 persen dari total ekspor pada Oktober 2020. Sedangkan dibanding Oktober 2019, nilai ekspor sektor nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 4,04 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
“Ya, masalah kekurangan kontainer ekspor internasional ini juga karena COVID-19, sebab beberapa negara belum membuka akses sepenuhnya," kata Is, sapaan akrab Isdarmawan, kepada wartawan di Surabaya, Senin.
Ia mengakui hambatan kekurangan persediaan kontainer internasional ini membawa konsekuensi pada biaya angkut ke kapal yang cukup tinggi, sehingga ongkos pengiriman barang ekspor ke tempat tujuan menjadi lebih mahal dari sebelumnya.
Meski demikian, Is mengakui, pelaku usaha ekspor dari Jatim tetap gigih melakukan ekspor, hal ini dibuktikan dengan pengiriman produk komoditas pangan, khususnya makanan/minuman (mamin) Jawa Timur ke luar negeri.
"Kami tetap berharap agar tahun depan mulai membaik, sebab geliat ekspor di Jatim sudah menunjukkan kenaikan," katanya.
Sebelumnya, GPEI Jatim bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, Kamis (19/11) melepas produk ekspor PT Lintas Utama berupa kopi ke Yokohama, Jepang.
Kopi yang diekspor jenis Robusta asal Dampit, Kabupaten Malang, dan dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi Jatim.
Sementara itu, catatan ekspor Jatim oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Oktober 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 1,58 miliar dolar AS menjadi 1,59 miliar dolar AS.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan kenaikan itu ditunjang peningkatan kinerja ekspor sektor nonmigas.
"Bila dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor sektor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen, yaitu dari 1,52 miliar dolar AS menjadi 1,53 miliar dolar AS," kata Dadang, kepada wartawan.
Nilai ekspor sektor nonmigas menyumbang sebesar 96,50 persen dari total ekspor pada Oktober 2020. Sedangkan dibanding Oktober 2019, nilai ekspor sektor nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 4,04 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020