Kelompok pecinta alam dari berbagai daerah memperingati Hari Pohon Sedunia dengan melakukan kegiatan konservasi menanam bibit pohon sekaligus mengenang almarhum pejuang lingkungan Salim Kancil di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Ahad.
Kegiatan bertajuk "Terus Tandur Ojok Mundur" itu digelar selama dua hari dengan dua agenda kegiatan berbeda yakni diskusi pelestarian kawasan pesisir yang digelar pada Sabtu (21/11) dan menanam pohon di lahan milik almarhum Salim Kancil yang dihadiri Bupati Lumajang Thoriqul Haq pada Ahad.
"Peringatan Hari Pohon Sedunia dilaksanakan di Desa Selok Awar-awar sebagai bentuk mengenang dan menghormati perjuangan almarhum Salim Kancil dalam usahanya merawat dan menjaga kelestarian alam," kata Koordinator Laskar Hijau A'ak Abdullah Al-Kudus di Lumajang.
Beberapa jenis pohon yang ditanam seperti mangrove, cemara laut, ketapang, nyamplung dan Baobab. Khusus untuk Baobab, bibit pohon itu didatangkan langsung oleh Laskar Hijau dari Kenya, Afrika.
"Pohon yang dikenal sebagai pohon terbesar di dunia itu jumlahnya sangat terbatas yakni dua pohon saja, sehingga ditanam di Pantai Watu Pecak dan alun-alun Lumajang. Total pohon yang ditanam sekitar 2.500 pohon," tuturnya.
Ia mengatakan seluruh kegiatan tetap memperhatikan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19, sehingga peserta wajib menggunakan masker dan menjaga jarak serta harus melalui proses skrining terlebih dahulu.
"Kami undang Koordinator Sahabat Alam Indonesia Andik Saifudin dan Guru Besar Universitas Brawijaya Malang Prof. Lukman Hakim untuk memberikan motivasi kepada pecinta alam agar terus aktif dalam melestarikan alam saat diskusi sebelumnya," tuturnya.
Menurutnya, kegiatan konservasi itu bukan hanya diikuti oleh keluarga almarhum Salim Kancil, namun beberapa organisasi masyarakat seperti Laskar Hijau, Gusdurian, organisasi pecinta alam serta beberapa pihak lain menginisiasi dan menyukseskan kegiatan tersebut.
"Ketika kami terus semangat melestarikan lingkungan, maka virus corona diharapkan segera sirna di muka bumi ini, khususnya di Lumajang yang masuk zona merah di Jawa Timur," katanya.
Sementara Bupati Lumajang Thoriqul Haq dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk melestarikan kawasan pesisir selatan Lumajang.
"Apapun risikonya, saya akan memprioritaskan kelestarian pesisir Lumajang karena menyelamatkan lingkungan berarti melindungi jiwa warga Lumajang dan melindungi keselamatan jiwa itu lebih penting dari segalanya," ujarnya.
Koordinator Sahabat Alam Indonesia Andik Saifudin mengapresiasi semangat kalangan pemuda-pemudi Lumajang yang ikut serta aktif dalam kegiatan tersebut karena bernilai positif dan langkah baik dalam kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan.
"Kondisi saat ini, tidak banyak pemuda-pemudi di Indonesia yang peduli dengan isu lingkungan dan sosial kemasyarakatan, bahkan tidak jarang semangatnya setengah-setengah," ujarnya.
Menurutnya, diperlukan aksi nyata dengan turun ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui cerita, masalah serta pengetahuan dengan tujuan agar tidak salah dalam melakukan kegiatan konservasi.
"Ketika sekedar menuntut saja dan mengatakan Selamatkan hutan kita, laut kita, bumi dan air, tetapi tidak pernah terjun ke masyarakat. Itu akan percuma," katanya.
Hal senada juga disampaikan Guru Besar Universitas Brawijaya Prof. Lukman Hakim yang menyampaikan bahwa konservasi adalah manajemen atau pengaturan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
"Sehingga perlu adanya ilmu untuk mengaturnya agar berjalan dengan baik dan memberikan manfaat untuk semuanya, tetapi juga perlu adanya seni dalam mengatur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut," ujarnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kegiatan bertajuk "Terus Tandur Ojok Mundur" itu digelar selama dua hari dengan dua agenda kegiatan berbeda yakni diskusi pelestarian kawasan pesisir yang digelar pada Sabtu (21/11) dan menanam pohon di lahan milik almarhum Salim Kancil yang dihadiri Bupati Lumajang Thoriqul Haq pada Ahad.
"Peringatan Hari Pohon Sedunia dilaksanakan di Desa Selok Awar-awar sebagai bentuk mengenang dan menghormati perjuangan almarhum Salim Kancil dalam usahanya merawat dan menjaga kelestarian alam," kata Koordinator Laskar Hijau A'ak Abdullah Al-Kudus di Lumajang.
Beberapa jenis pohon yang ditanam seperti mangrove, cemara laut, ketapang, nyamplung dan Baobab. Khusus untuk Baobab, bibit pohon itu didatangkan langsung oleh Laskar Hijau dari Kenya, Afrika.
"Pohon yang dikenal sebagai pohon terbesar di dunia itu jumlahnya sangat terbatas yakni dua pohon saja, sehingga ditanam di Pantai Watu Pecak dan alun-alun Lumajang. Total pohon yang ditanam sekitar 2.500 pohon," tuturnya.
Ia mengatakan seluruh kegiatan tetap memperhatikan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19, sehingga peserta wajib menggunakan masker dan menjaga jarak serta harus melalui proses skrining terlebih dahulu.
"Kami undang Koordinator Sahabat Alam Indonesia Andik Saifudin dan Guru Besar Universitas Brawijaya Malang Prof. Lukman Hakim untuk memberikan motivasi kepada pecinta alam agar terus aktif dalam melestarikan alam saat diskusi sebelumnya," tuturnya.
Menurutnya, kegiatan konservasi itu bukan hanya diikuti oleh keluarga almarhum Salim Kancil, namun beberapa organisasi masyarakat seperti Laskar Hijau, Gusdurian, organisasi pecinta alam serta beberapa pihak lain menginisiasi dan menyukseskan kegiatan tersebut.
"Ketika kami terus semangat melestarikan lingkungan, maka virus corona diharapkan segera sirna di muka bumi ini, khususnya di Lumajang yang masuk zona merah di Jawa Timur," katanya.
Sementara Bupati Lumajang Thoriqul Haq dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk melestarikan kawasan pesisir selatan Lumajang.
"Apapun risikonya, saya akan memprioritaskan kelestarian pesisir Lumajang karena menyelamatkan lingkungan berarti melindungi jiwa warga Lumajang dan melindungi keselamatan jiwa itu lebih penting dari segalanya," ujarnya.
Koordinator Sahabat Alam Indonesia Andik Saifudin mengapresiasi semangat kalangan pemuda-pemudi Lumajang yang ikut serta aktif dalam kegiatan tersebut karena bernilai positif dan langkah baik dalam kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan.
"Kondisi saat ini, tidak banyak pemuda-pemudi di Indonesia yang peduli dengan isu lingkungan dan sosial kemasyarakatan, bahkan tidak jarang semangatnya setengah-setengah," ujarnya.
Menurutnya, diperlukan aksi nyata dengan turun ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui cerita, masalah serta pengetahuan dengan tujuan agar tidak salah dalam melakukan kegiatan konservasi.
"Ketika sekedar menuntut saja dan mengatakan Selamatkan hutan kita, laut kita, bumi dan air, tetapi tidak pernah terjun ke masyarakat. Itu akan percuma," katanya.
Hal senada juga disampaikan Guru Besar Universitas Brawijaya Prof. Lukman Hakim yang menyampaikan bahwa konservasi adalah manajemen atau pengaturan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
"Sehingga perlu adanya ilmu untuk mengaturnya agar berjalan dengan baik dan memberikan manfaat untuk semuanya, tetapi juga perlu adanya seni dalam mengatur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut," ujarnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020