Warga di perkampungan sempit padat penduduk wilayah Rukun Warga (RW) 4 Kelurahan/Kecamatan Bubutan Surabaya bertahan di tengah pandemi virus corona (COVID-19) dengan menggalakkan swasembada pangan.
Suasana di salah satu sudut perkampungan itu terasa teduh dengan banyak pohon mangga yang rimbun. Terik matahari pada siang hari itu tertahan di rerimbunan pohon sehingga terasa menyejukkan.
Ketua RW setempat Misrianto mengenang di awal masa pandemi banyak warganya yang kehilangan pekerjaan akibat dampak sosial ekonomi pandemi COVID-19.
"Kami kemudian sepakat untuk membentuk ketahanan pangan secara swadaya,” katanya saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Sembari menyeruput secangkir kopi di gardu kampung yang teduh kawasan Jalan Gedung Nasional Indonesia Surabaya, Ketua RW Misrianto melanjutkan ceritanya. "Semula dengan mengupayakan budi daya ikan lele," katanya.
Maka, berbagai wadah disiapkan di sejumlah sudut perkampungan sempit itu untuk dijiadikan kolam budi daya ikan lele.
"Sebagian kolam kami buat dengan memanfaatkan taman-taman di wilayah kampung ini yang sudah lama tidak terawat," ucapnya.
Menurut Misrianto, bibit awal ikan lele berasal dari keuangan Kas RW. "Sebagian bibit ikan lele juga dibantu oleh Kepolisian Sektor Bubutan. Kebetulan saat itu kepolisian sedang gencar membantu untuk mewujudkan program Kampung Tangguh COVID-19," katanya.
Tanam sayur
Selanjutnya, budi daya berkembang untuk jenis ikan lainnya, seperti gurami, nila dan bawal, dengan memanfaatkan jumlah kolam yang semakin banyak.
Pengairan untuk budi daya ikan tersebut juga dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran, seperti kangkung dan sawi, dengan cara hidroponik. Hasil panen, khususnya untuk sayur-sayuran, seluruhnya dibagikan kepada warga di lingkungan RW setempat.
Seorang ibu rumah tangga, Erni Wahyuningsih, mengaku sangat diuntungkan dengan ketahanan pangan yang digalakkan di kampungnya.
"Sejak ada pandemi itu, ada Program Kampung Tangguh. Kami mulai menanam sayur untuk ketahanan pangan, selain juga ternak lele," katanya.
Erni dan ibu-ibu warga RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya telah menuai hasil dari Program Kampung Tangguh yang dirintis bersama secara swadaya sejak sekitar bulan Mei 2020.
"Sayur sawi sudah dipanen tempo hari. Sekarang tinggal memanen kangkung," ucapnya.
Ibu rumah tangga lainnya, Lilik Fariana, menjelaskan tanaman sayur-sayuran ini bisa dipanen setiap sekitar dua bulan sekali terhitung sejak awal masa tanam. Maka, sejak awal masa tanam pada bulan Mei lalu, sudah panen sayur sebanyak dua kali.
"Sebelumnya yang kami tanam adalah sayur sawi hijau. Setelah itu, dua bulan lalu kami menanam kangkung dan tidak lama lagi siap dipanen," katanya.
Lilik menandaskan hasil panen sayur-sayuran seluruhnya dibagikan kepada warga di lingkungan RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya. "Jadi, sejak ada Program Kampung Tangguh ini, warga tidak perlu beli sayur-sayuran," ucapnya.
Panen lele
Ada sekitar 500 lebih kepala keluarga (KK) yang tinggal di lingkungan RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya. Sampai hari ini, mereka telah beberapa kali menuai hasil panen dari sayur-sayuran maupun budi daya ikan.
Ketua RW Misrianto mengatakan warga telah menggelar pesta panen untuk budi daya ikan lele sebanyak dua kali. "Panen pertama memperoleh hasil seberat 20 kilogram," katanya.
Belum lama lalu, warga menuai panen kedua seberat 36 kilogram.
Misrianto mengungkapkan dalam perkembangannya banyak warga dari luar wilayahnya yang ingin membeli hasil panen ikan lele. Maka, selain dibagikan kepada warga di lingkungan RW setempat, sebagian ikan lele juga dijual.
"Harga ikan lele di pasaran normalnya berkisar antara Rp16 ribu hingga Rp18 ribu perkilogram. Tapi, dari hasil panen ini kami jual di bawah harga pasar, yaitu Rp15 ribu perkilogram," katanya.
Panen ikan lele berikutnya diperkirakan tiga bulan mendatang. Misrianto meyakini hasil panen ikan lele akan bertambah karena bibit yang ditabur di kolam belum lama lalu semakin banyak.
Perawatan budi daya
Warga RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya selama enam bulan terakhir merasakan sendiri melakukan perawatan budi daya ikan tidaklah terlalu sulit.
"Bisa dibilang perawatannya gampang. Intinya rajin menjaga sirkulasi air, selain rutin memberi makan ikannya," ujar Ketua RW Misrianto.
Ia menambahkan kalau air di kolam sudah terlihat kotor, harus segera diganti. "Dengan begitu ikannya akan tumbuh dengan sehat," tuturnya.
Namun begitu, bukan berarti selama menjalankan budi daya berbagai jenis ikan tidak ada kendala sama sekali.
Misrianto mengakui pernah gagal panen setelah menabur benih ikan bawal di sejumlah kolam. Beberapa hari kemudian, sebagian ikan bawal terlihat mati meski perawatan rutin seperti memberi pakan dan menjaga sirkulasi air telah dilakukan secara benar.
Warga mengevaluasi barangkali airnya tidak cocok untuk budi daya ikan bawal. Sejak itu, warga tidak membudidayakan ikan bawal lagi.
"Saat ini kami mencoba mengembangkan budi daya ikan nila dan gurami, selain lele. Sepertinya berhasil karena ikan-ikan itu terlihat tumbuh sehat dan siap dipanen sekitar dua bulan mendatang," ucap Misrianto.
Tidak puas sampai di sini, warga hingga kini terus membuat banyak wadah lainnya untuk kolam-kolam budi daya ikan.
Wadah untuk kolam-kolam yang baru itu, beserta instalasi pengairannya yang terbuat dari pipa plastik, terlihat masih berada di ruangan balai RW 4 Keluarahan Bubutan Surabaya.
Wadah untuk kolam-kolam yang baru ini tinggal diisi benih ikan, lalu ditempatkan di sejumlah sudut kampung untuk dilakukan perawatan.
Ketua RW Misrianto berharap hasil panen ke depan bisa semakin berlimpah dan yang terpenting memberi kesejahteraan untuk warganya saat situasi pandemi saat ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Suasana di salah satu sudut perkampungan itu terasa teduh dengan banyak pohon mangga yang rimbun. Terik matahari pada siang hari itu tertahan di rerimbunan pohon sehingga terasa menyejukkan.
Ketua RW setempat Misrianto mengenang di awal masa pandemi banyak warganya yang kehilangan pekerjaan akibat dampak sosial ekonomi pandemi COVID-19.
"Kami kemudian sepakat untuk membentuk ketahanan pangan secara swadaya,” katanya saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Sembari menyeruput secangkir kopi di gardu kampung yang teduh kawasan Jalan Gedung Nasional Indonesia Surabaya, Ketua RW Misrianto melanjutkan ceritanya. "Semula dengan mengupayakan budi daya ikan lele," katanya.
Maka, berbagai wadah disiapkan di sejumlah sudut perkampungan sempit itu untuk dijiadikan kolam budi daya ikan lele.
"Sebagian kolam kami buat dengan memanfaatkan taman-taman di wilayah kampung ini yang sudah lama tidak terawat," ucapnya.
Menurut Misrianto, bibit awal ikan lele berasal dari keuangan Kas RW. "Sebagian bibit ikan lele juga dibantu oleh Kepolisian Sektor Bubutan. Kebetulan saat itu kepolisian sedang gencar membantu untuk mewujudkan program Kampung Tangguh COVID-19," katanya.
Tanam sayur
Selanjutnya, budi daya berkembang untuk jenis ikan lainnya, seperti gurami, nila dan bawal, dengan memanfaatkan jumlah kolam yang semakin banyak.
Pengairan untuk budi daya ikan tersebut juga dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran, seperti kangkung dan sawi, dengan cara hidroponik. Hasil panen, khususnya untuk sayur-sayuran, seluruhnya dibagikan kepada warga di lingkungan RW setempat.
Seorang ibu rumah tangga, Erni Wahyuningsih, mengaku sangat diuntungkan dengan ketahanan pangan yang digalakkan di kampungnya.
"Sejak ada pandemi itu, ada Program Kampung Tangguh. Kami mulai menanam sayur untuk ketahanan pangan, selain juga ternak lele," katanya.
Erni dan ibu-ibu warga RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya telah menuai hasil dari Program Kampung Tangguh yang dirintis bersama secara swadaya sejak sekitar bulan Mei 2020.
"Sayur sawi sudah dipanen tempo hari. Sekarang tinggal memanen kangkung," ucapnya.
Ibu rumah tangga lainnya, Lilik Fariana, menjelaskan tanaman sayur-sayuran ini bisa dipanen setiap sekitar dua bulan sekali terhitung sejak awal masa tanam. Maka, sejak awal masa tanam pada bulan Mei lalu, sudah panen sayur sebanyak dua kali.
"Sebelumnya yang kami tanam adalah sayur sawi hijau. Setelah itu, dua bulan lalu kami menanam kangkung dan tidak lama lagi siap dipanen," katanya.
Lilik menandaskan hasil panen sayur-sayuran seluruhnya dibagikan kepada warga di lingkungan RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya. "Jadi, sejak ada Program Kampung Tangguh ini, warga tidak perlu beli sayur-sayuran," ucapnya.
Panen lele
Ada sekitar 500 lebih kepala keluarga (KK) yang tinggal di lingkungan RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya. Sampai hari ini, mereka telah beberapa kali menuai hasil panen dari sayur-sayuran maupun budi daya ikan.
Ketua RW Misrianto mengatakan warga telah menggelar pesta panen untuk budi daya ikan lele sebanyak dua kali. "Panen pertama memperoleh hasil seberat 20 kilogram," katanya.
Belum lama lalu, warga menuai panen kedua seberat 36 kilogram.
Misrianto mengungkapkan dalam perkembangannya banyak warga dari luar wilayahnya yang ingin membeli hasil panen ikan lele. Maka, selain dibagikan kepada warga di lingkungan RW setempat, sebagian ikan lele juga dijual.
"Harga ikan lele di pasaran normalnya berkisar antara Rp16 ribu hingga Rp18 ribu perkilogram. Tapi, dari hasil panen ini kami jual di bawah harga pasar, yaitu Rp15 ribu perkilogram," katanya.
Panen ikan lele berikutnya diperkirakan tiga bulan mendatang. Misrianto meyakini hasil panen ikan lele akan bertambah karena bibit yang ditabur di kolam belum lama lalu semakin banyak.
Perawatan budi daya
Warga RW 4 Kelurahan Bubutan Surabaya selama enam bulan terakhir merasakan sendiri melakukan perawatan budi daya ikan tidaklah terlalu sulit.
"Bisa dibilang perawatannya gampang. Intinya rajin menjaga sirkulasi air, selain rutin memberi makan ikannya," ujar Ketua RW Misrianto.
Ia menambahkan kalau air di kolam sudah terlihat kotor, harus segera diganti. "Dengan begitu ikannya akan tumbuh dengan sehat," tuturnya.
Namun begitu, bukan berarti selama menjalankan budi daya berbagai jenis ikan tidak ada kendala sama sekali.
Misrianto mengakui pernah gagal panen setelah menabur benih ikan bawal di sejumlah kolam. Beberapa hari kemudian, sebagian ikan bawal terlihat mati meski perawatan rutin seperti memberi pakan dan menjaga sirkulasi air telah dilakukan secara benar.
Warga mengevaluasi barangkali airnya tidak cocok untuk budi daya ikan bawal. Sejak itu, warga tidak membudidayakan ikan bawal lagi.
"Saat ini kami mencoba mengembangkan budi daya ikan nila dan gurami, selain lele. Sepertinya berhasil karena ikan-ikan itu terlihat tumbuh sehat dan siap dipanen sekitar dua bulan mendatang," ucap Misrianto.
Tidak puas sampai di sini, warga hingga kini terus membuat banyak wadah lainnya untuk kolam-kolam budi daya ikan.
Wadah untuk kolam-kolam yang baru itu, beserta instalasi pengairannya yang terbuat dari pipa plastik, terlihat masih berada di ruangan balai RW 4 Keluarahan Bubutan Surabaya.
Wadah untuk kolam-kolam yang baru ini tinggal diisi benih ikan, lalu ditempatkan di sejumlah sudut kampung untuk dilakukan perawatan.
Ketua RW Misrianto berharap hasil panen ke depan bisa semakin berlimpah dan yang terpenting memberi kesejahteraan untuk warganya saat situasi pandemi saat ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020