Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa program “Lumbung Pangan Jatim” yang merupakan inisiasi Gubernur Khofifah Indar Parawansa mampu menjadi kontrol inflasi dan menjadi bagian dari sistem logistik daerah.

“Alhamdulilllah telah memberikan kontribusi besar dalam kontrol inflasi daerah,” ujar Kepala Biro Administrasi Perekonomian Setdaprov Jatim Tiat Sutiarti Suwardi di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, sejak dibuka April lalu,  Lumbung Pangan Jatim telah menjadi kontrol inflasi seperti saat hari besar keagamaan Idul Fitri, dan berdasarkan rilis data BPS Jatim.

Tiat juga menjelaskan, Kota Surabaya dipilih sebagai pusat kegiatan Lumbung Pangan Jatim karena daerah tersebut sebagai wilayah dengan bobot terbesar bagi penghitungan inflasi Jatim maupun nasional.

“Stabilitas harga komoditas strategis harus dijaga (khususnya pada masa pandemi COVID-19) karena komoditas strategis berkontribusi terhadap Garis Kemiskinan,” ucapnya.

Ia memisalkan beras, komoditas ini berkontribusi 25,97 persen Garis Kemiskinan Desa dan 20,59 persen Garis Kemiskinan Kota.

Kemudian telur ayam ras berkontribusi 3,53 persen Garis Kemiskinan Desa dan 4,26 persen Garis Kemiskinan Kota, lalu gula berkontribusi 2,89 persen Garis Kemiskinan Desa dan 2,06 persen Garis Kemiskinan Kota.

Selanjutnya, Daging Ayam Ras berkontribusi 2,28 persen Garis Kemiskinan Desa dan 3,83 persen Garis Kemiskinan Kota, dan Mi Instans berkontribusi 2,16 persen Garis Kemiskinan Desa dan 2,40 persen Garis Kemiskinan Kota, serta berbagai komoditas strategis lain.

“Semua komoditas tersebut dijual di Lumbung Pangan Jatim dengan harga di bawah harga pasar dan tentunya gratis ongkos kirim, ini yang menjadi kontrol inflasi. Di mana masyarakat tak khawatir dengan suplai komoditas, dan tidak khawatir karena harga barang yang tidak bergejolak bahkan justru di bawah harga pasar,” kata Tiat.
 

Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa Lumbung Pangan Jatim merupakan bagian dari Sistem Logistik Daerah yang sedang dikembangkan untuk menjaga stabilitas harga komoditas strategis di Jawa Timur.

Dengan mengoptimalkan teknologi informasi, Lumbung Pangan Jatim mampu menjadi mediator antara produsen yang pada saat pandemi terpuruk karena oversupply dan konsumen, serta memutar roda perekonomian logistik ojek daring, kantor pos, yang terdampak pemberlakuan PSBB.

Sementara itu, karena program Lumbung Pangan Jatim direncanakan berakhir Desember 2020, pihaknya saat ini sedang merapatkan dan dievaluasi untuk kelanjutan programnya.

Di sisi lain, Ketua Pelaksana Lumbung Pangan Jatim Mirza Muttaqien mengatakan bahwa sejak dibuka hingga saat ini, total penjualan telah mencatat angka Rp20,3 miliar.

“Total nilai penjualan via daring Rp9,5 miliar, dan penjualan di outlet di JX International mencapai Rp10,7 miliar,” kata Mirza. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020