Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak akan mengambil langkah untuk memboikot produk-produk asal Prancis, sebab isu politik yang terjadi di luar dari konteks perdagangan.

"Kasus tersebut menyangkut isu non-trade, sejauh ini tidak ada langkah-langkah yang Kemendag lakukan," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi, dalam siaran pers yang diterima di Surabaya, Selasa.

Aksi boikot produk asal Prancis di beberapa negara, termasuk Indonesia turut memmengaruhi  salah persepsi terhadap beberapa produk yang lahir dan besar di Indonesia seperti susu anak SGM dan air kemasan merek Aqua.

Sementara itu, Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan pihaknya akan terus beroperasi dengan tetap menyediakan produk-produk yang sejak awal memang lahir, dibesarkan dan tetap diproduksi di Indonesia. 

Susu anak SGM lahir di tahun 1965 pada saat suasana politik diwarnai oleh ketegangan domestik dan persaingan politik global, sementara ekonomi Indonesia dalam suasana krisis ditandai oleh inflasi yang tinggi.

Baca juga: Pedagang kecil resah isu boikot produk Prancis

Baca juga: Muhammadiyah serukan boikot produk asal Prancis

Sedangkan, produk Aqua juga merupakan salah satu ikon produk nasional, karena menjadi pionir produk air minum dalam kemasan.

Lahir di tahun 1973, diproduksi pertama di pabrik yang berlokasi di Bekasi yang masih beroperasi hingga saat ini.

Almarhum Tirto Utomo, seorang pengusaha nasional, merupakan pemilik pertama dan orang pertama yang memperkenalkannya pada konsumen Indonesia. 

Tahun 1983, Aqua memperkenalkan air minum dalam kemasan galon yang bisa diisi ulang di pabrik dan kini diproduksi di 20 Pabrik di Indonesia berlokasi dari Brastagi hingga Minahasa Utara.

"Kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia," kata Arif.

Ia menyebut berbagai produknya sudah lama dikembangkan dan diproduksi oleh tenaga kerja di Indonesia sehingga dirinya yakin produknya sudah sangat dipercaya di Indonesia.

Baca juga: HIPMI Kenalkan Produk UMKM Jatim ke Prancis

Terkait dampak perusahaan adanya seruan boikot terhadap produk Prancis, Arif tidak menyebut secara terang-terangan, namun menurutnya yang paling terdampak pertama saat ini adalah pedagang kecil yang menjual produk secara eceran.

"Yang terdampak lebih dulu dari hal ini tentu saja pedagang kecil dan para penjual eceran. Setelah terkena imbas COVID-19, lalu kemudian muncul hal seperti ini. Jika terjadi boikot yang berlarut-larut, dapat mengakibatkan mereka semakin kehilangan pendapatan," ujarnya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020