Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meraih medali emas pada kompetisi Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) di Korea Selatan yang digelar secara daring pada 23 Oktober 2020, setelah "menyulap" ekstrak kulit mangga menjadi agen inhibitor korosi logam SS-304 ramah lingkungan.

Lima mahasiswa Departemen Kimia Fakultas Sains dan Analitika Data ITS adalah Ahnaf, Tiara Mahendra Kurniawati, Ulfa Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah, dan Mohamad Ikbal Pangestu yang tergabung dalam sebuah tim yang bernama Platinum. 

Salah satu anggota tim, Tiara Mahendra Kurniawati, di Surabaya, Senin, mengatakan KIWIE merupakan kegiatan expo tahunan bertaraf profesionalitas dan internasional yang diikuti oleh 17 negara dan rutin diadakan setiap tahunnya oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) yang bertempat di Kintex-ro, Ilsanseo-gu, Goyang-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan.

Mahasiswa yang akrab disapa Mahen mengatakan, inhibitor logam yang sering berada di pasaran biasa dipakai dengan menggunakan metode elektroplating, yakni merupakan metode untuk menghambat korosi logam dengan cara melapiskan logam yang akan dipakai menggunakan logam lain yang lebih mudah teroksidasi. 

"Metode ini menggunakan prinsip elektrokimia. Limbah dari proses ini cukup banyak dan berbahaya, sehingga kami perlu mencari alternatif lainnya," tuturnya.

Kulit mangga dipilih sebagai bahan dasar penelitian karena kulit mangga seringkali dibuang, jarang dimanfaatkan, dan dapat membuat limbah organik baru. 

"Tak mau itu terjadi, kami memanfaatkan kulit mangga untuk dijadikan inhibitor, di mana kulit tersebut mengandung senyawa kimia seperti flavonoid yang mampu bertindak sebagai antioksidan," kata gadis asal Bogor tersebut saat dihubungi lewat pesan singkat.

Karena sifat tersebut, lanjut Mahen, laju korosi dapat ditahan. Dalam prosesnya, pertama mereka menjemur kulit mangga hingga kering. Kemudian, kulit mangga tersebut dicacah hingga dapat dilakukan pengekstrakan. Hasil ekstrak tersebut nantinya akan dicampur dengan larutan uji yaitu air garam (NaCl).

"Larutan uji tersebut kami gunakan untuk mengetahui tingkat korosi pada logam serta efektivitas inhibitor dalam menahan laju korosinya," katanya.

Dalam risetnya, penelitian ini sudah diujicobakan ke plat SS-304, yakni salah satu jenis plat logam yang banyak digunakan untuk kaleng makanan dan barang rumah tangga lainnya. Hasilnya, inhibitor ini berhasil menahan laju korosi dengan efisiensi sebesar 88 persen. 

"Sebenarnya sudah ada penelitian serupa, namun yang membedakan dengan penelitian kami adalah jenis logam dan bahan inhibitor yang dipakai," kata dia.

Dalam mempersiapkan kompetisi ini, Tim Platinum mendapat dukungan penuh dari pihak Departemen Kimia ITS, khususnya dosen pembimbing Dra Harmami MSi untuk pemahaman konsep teori dan pengaplikasian inovasi. 

Selain itu, mereka juga difasilitasi untuk melakukan eksperimen di Laboratorium Instrumentasi dan Sains Analitik Kimia ITS sebelum adanya pandemi COVID-19. 

"Inovasi yang kami rancang ini sebenarnya merupakan lanjutan dari PKM Penelitian (PKM-P) yang terdanai pada 2018 lalu," ujarnya.

Menurutnya Tim Platinum ini telah berpengalaman mengikuti lomba serupa dan berhasil membawa harum nama ITS di kancah internasional.  

"Kompetisi seperti ini memberikan ketertarikan sendiri bagi tim kami, apalagi sebagai mahasiswa Departemen Kimia, kami harus berperan untuk membantu menanggulangi permasalahan lingkungan,"  ujarnya.

Meski terkendala dalam hal komunikasi dan koordinasi antar tim akibat pandemi, Tim Platinum akhirnya dapat menyelesaikan kompetisi ini dengan baik meskipun dilakukan secara daring. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020