Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan pihaknya kini memiliki Warning Receiver System (WRS) dan Early Warning System (EWS) untuk mengantisipasi terjadinya tsunami di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Kami memiliki alat peringatan dini gempa dan tsunami yakni WRS yang ditempatkan di Kantor BPBD, sedangkan EWS ditempatkan di kantor-kantor desa yang rawan bencana tsunami," katanya di Kabupaten Lumajang, Senin.
Menurutnya, BPBD Lumajang sudah memiliki alat peringatan dini gempa dan tsunami berupa WRS, serta sejumlah EWS yang sudah terpasang di beberapa titik, sehingga ketika terjadi gempa yang berpotensi tsunami dari pantauan alat WRS, maka pihaknya akan meminta desa untuk membunyikan EWS.
"Dengan memiliki alat WRS dan dipasangnya EWS di sejumlah desa yang rawan bencana tsunami, maka saat terjadi gempa di atas 6 Magnitudo yang berpotensi tsunami akan dapat dipantau," katanya.
Ia mengatakan BPBD Lumajang akan meminta perangkat desa untuk membunyikan EWS yang sudah terpasang di sejumlah desa yang rawan bencana tsunami, dan masyarakat akan berkumpul di tempat yang lebih aman.
"Kami juga aktif melakukan kegiatan sosialisasi di daerah yang rawan bencana tsunami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, mulai dari sosialisasi gejala tsunami dan apa yang bisa dilakukan saat bencana tersebut datang," katanya.
BPBD Lumajang, lanjut dia, terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah yang rawan bencana tsunami, agar masyarakat paham terhadap gejala tsunami sehingga bisa mengevakuasi dirinya sendiri dan keluarganya.
"Di Kabupaten Lumajang tercatat ada sembilan desa yang rawan terjadi bencana tsunami yakni di Desa Wotgalih, Jatimulyo, Bades, Selok Awar-awar, Bulurejo, Tegalrejo, Darungan, Pandanwangi, dan Pandan Arum," katanya.
Laut yang berada di selatan Kabupaten Lumajang memang terdapat sebuah bentangan sepanjang 70 kilometer yakni mulai dari laut di Kecamatan Yosowilangun hingga Tempursari yang memiliki potensi tsunami, demikian Wawan Hadi Siswoyo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Kami memiliki alat peringatan dini gempa dan tsunami yakni WRS yang ditempatkan di Kantor BPBD, sedangkan EWS ditempatkan di kantor-kantor desa yang rawan bencana tsunami," katanya di Kabupaten Lumajang, Senin.
Menurutnya, BPBD Lumajang sudah memiliki alat peringatan dini gempa dan tsunami berupa WRS, serta sejumlah EWS yang sudah terpasang di beberapa titik, sehingga ketika terjadi gempa yang berpotensi tsunami dari pantauan alat WRS, maka pihaknya akan meminta desa untuk membunyikan EWS.
"Dengan memiliki alat WRS dan dipasangnya EWS di sejumlah desa yang rawan bencana tsunami, maka saat terjadi gempa di atas 6 Magnitudo yang berpotensi tsunami akan dapat dipantau," katanya.
Ia mengatakan BPBD Lumajang akan meminta perangkat desa untuk membunyikan EWS yang sudah terpasang di sejumlah desa yang rawan bencana tsunami, dan masyarakat akan berkumpul di tempat yang lebih aman.
"Kami juga aktif melakukan kegiatan sosialisasi di daerah yang rawan bencana tsunami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, mulai dari sosialisasi gejala tsunami dan apa yang bisa dilakukan saat bencana tersebut datang," katanya.
BPBD Lumajang, lanjut dia, terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah yang rawan bencana tsunami, agar masyarakat paham terhadap gejala tsunami sehingga bisa mengevakuasi dirinya sendiri dan keluarganya.
"Di Kabupaten Lumajang tercatat ada sembilan desa yang rawan terjadi bencana tsunami yakni di Desa Wotgalih, Jatimulyo, Bades, Selok Awar-awar, Bulurejo, Tegalrejo, Darungan, Pandanwangi, dan Pandan Arum," katanya.
Laut yang berada di selatan Kabupaten Lumajang memang terdapat sebuah bentangan sepanjang 70 kilometer yakni mulai dari laut di Kecamatan Yosowilangun hingga Tempursari yang memiliki potensi tsunami, demikian Wawan Hadi Siswoyo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020