Sebanyak 11 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) merumuskan formulasi sinergi kurikulum kampus dan dunia kerja selama COVID-19 lewat sidang paripurna yang digelar secara daring dan luring di Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu.

"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan beragam tantangan-tantangan baru bagi perguruan tinggi. Melalui sidang ini tantangan-tantangan berat itu pasti bisa kita lewati dengan nilai kesatuan semua pihak," kata Ketua Senat Akademik Unair Prof Djoko Santoso.

Sebelas PTN-BH yang mengikuti sidang tersebut adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatra Utara (USU), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Hasanudin (UNHAS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

"Sidang ini untuk mengeksplorasi efektivitas pembelajaran daring dalam rangka menguatkan relevansi riset dan kurikulum pendidikan tinggi dengan dunia kerja di era pembiasan perilaku baru dan pascapandemi COVID-19 sangat perlu dilakukan," ujarnya.

Menurut Prof Djoko, forum pertemuan PTN-BH di Surabaya itu menjadi sangat perlu dan penting dalam menyiapkan formula PTN-BH dalam menghadapi beragam tantangan tersebut, terutama menyiapkan lulusan yang mampu menghadapi perubahan-perubahan akibat pandemi COVID-19.

Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengungkapkan selama lima tahun terakhir, pendidikan tinggi menghadapi beragam perubahan situasi dan kondisi yang tak terbayangkan, termasuk kemunculan COVID-19.

"Antisipasi perguruan tinggi mutlak harus dilakukan bersama. Di Unair, kami mengantisipasinya dengan mendorong menjadi smart university. Intinya adalah semua bertekad untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan teknologi-teknologi terkini, terbaru, dan paling maju, untuk memberikan nilai tambah, maksimal bagi peserta didik," katanya.

Termasuk, lanjut Prof Nasih, dengan memberikan dampak positif untuk internal, terutama masyarakat, bangsa, serta dunia.

"Inilah kami sebut smart university, yakni universitas yang mampu memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang diciptakan sendiri untuk memberikan nilai tambah yang optimal," ujarnya.

Konsep smart university Unair terdiri dari lima pilar, yakni smart education for millenials people, meaningfull research and commmunity service, accelarating innovation and enterprising, responsive and lean management, dan top up tangible and intangible resiurces utilization.

Sementara itu, Ketua MSA Prof Nachrowi menyampaikan pencarian strategi bagaimana kompetensi lulusan tidak berkurang karena kegiatan belajar daring sangat perlu dilakukan perguruan tinggi.

Selain itu, dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi, banyak perusahaan-perusahaan yang terhimpit, mesti juga diantisipasi dengan baik.

"Tantangan lain, kemajuan teknologi saat ini kian menunjukkan bahwa batas-batas kelimuan satu dengan yang lain kian terbuka," katanya.

Di sisi lain, keterkaitan ilmu satu dengan ilmu lainnya kian tampak dan jelas. Akibatnya kolaborasi penelitian kesehatan, sains dan teknologi, dengan ilmu humaniora tak terelakkan.

Sehingga hal ini berimplikasi positif ke depan pada perubahan paradigma kompetisi ke paradigma kolaborasi.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020