Manajer Inter Milan, Antonio Conte, menegaskan ia tak gentar menjalani penampilan pertamanya di partai final kompetisi Eropa sebagai pelatih ketika Nerazzurri menghadapi Sevilla dalam final Liga Europa di Stadion RheinEnergie, Cologne, Jerman, Jumat (21/8) waktu setempat (Sabtu WIB).
Ini menjadi musim keempat Conte mendampingi tim yang dilatihnya di kompetisi Eropa, tetapi sekaligus menjadi raihan terjauhnya.
Conte hanya bisa mengantarkan Juventus ke perempat final Liga Champions 2012/13, semifinal Liga Europa semusim kemudian dan babak 16 besar Champions bersama Chelsea pada 2017/18.
Capaian-capaian itu tentu tak sementereng ketika ia masih berlaga di lapangan hijau dan mengemban ban kapten ketika Juventus juara Liga Champions 1995/96.
Kini dalam percobaan keempatnya, Conte berhasil mengantarkan Inter ke final Liga Europa, yang sekaligus jadi penampilan pertama Nerazzurri di final kompetisi Eropa setelah sedasawarsa lalu saat mereka menjuarai Liga Champions untuk melengkapi trigelar di bawah arahan Jose Mourinho.
"Ini tahun keempat saya sebagai pelatih di kompetisi Eropa. Tentu menyenangkan bisa main di final Liga Europa," kata Conte dilansir laman resmi UEFA, Kamis.
"Saya sangat peduli dengan tim ini dan para suporternya. Sudah sepuluh tahun lamanya tim ini absen dari sebuah final, itu waktu yang cukup lama," ujarnya menambahkan.
Lawan Inter di final mungkin bukan tim mentereng jika ditilik dari raihan semusim terakhir, tetapi Sevilla merupakan pemegang rekor juara kompetisi kasta kedua Eropa itu dengan lima trofi.
Conte menyadari bahwa Sevilla punya pengalaman lebih banyak tampil di final Liga Europa, tetapi itu bukan berarti ia ketakutan menghadapi wakil Spanyol tersebut.
"Ya kami punya pengalaman lebih sedikit dan itu memberi mereka keuntungan, tetapi yang terpenting kami tampil tanpa beban mental. Satu-satunya cara untuk menulis sejarah tim ini adalah dengan menang besok," katanya.
"Kata takut tidak ada dalam kamus saya, demikian juga di antara para pemain. Kami menghormati Sevilla, tetapi kami di sini sebab memiliki 'kartu' untuk dimainkan," pungkas Conte.
Inter sebelumnya pernah tiga kali juara ketika kompetisi itu masih bernama Piala UEFA pada 1991, 1994 dan 1998. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Ini menjadi musim keempat Conte mendampingi tim yang dilatihnya di kompetisi Eropa, tetapi sekaligus menjadi raihan terjauhnya.
Conte hanya bisa mengantarkan Juventus ke perempat final Liga Champions 2012/13, semifinal Liga Europa semusim kemudian dan babak 16 besar Champions bersama Chelsea pada 2017/18.
Capaian-capaian itu tentu tak sementereng ketika ia masih berlaga di lapangan hijau dan mengemban ban kapten ketika Juventus juara Liga Champions 1995/96.
Kini dalam percobaan keempatnya, Conte berhasil mengantarkan Inter ke final Liga Europa, yang sekaligus jadi penampilan pertama Nerazzurri di final kompetisi Eropa setelah sedasawarsa lalu saat mereka menjuarai Liga Champions untuk melengkapi trigelar di bawah arahan Jose Mourinho.
"Ini tahun keempat saya sebagai pelatih di kompetisi Eropa. Tentu menyenangkan bisa main di final Liga Europa," kata Conte dilansir laman resmi UEFA, Kamis.
"Saya sangat peduli dengan tim ini dan para suporternya. Sudah sepuluh tahun lamanya tim ini absen dari sebuah final, itu waktu yang cukup lama," ujarnya menambahkan.
Lawan Inter di final mungkin bukan tim mentereng jika ditilik dari raihan semusim terakhir, tetapi Sevilla merupakan pemegang rekor juara kompetisi kasta kedua Eropa itu dengan lima trofi.
Conte menyadari bahwa Sevilla punya pengalaman lebih banyak tampil di final Liga Europa, tetapi itu bukan berarti ia ketakutan menghadapi wakil Spanyol tersebut.
"Ya kami punya pengalaman lebih sedikit dan itu memberi mereka keuntungan, tetapi yang terpenting kami tampil tanpa beban mental. Satu-satunya cara untuk menulis sejarah tim ini adalah dengan menang besok," katanya.
"Kata takut tidak ada dalam kamus saya, demikian juga di antara para pemain. Kami menghormati Sevilla, tetapi kami di sini sebab memiliki 'kartu' untuk dimainkan," pungkas Conte.
Inter sebelumnya pernah tiga kali juara ketika kompetisi itu masih bernama Piala UEFA pada 1991, 1994 dan 1998. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020