Dinas Pendidikan Kota Surabaya menggelar simulasi pembelajaran tata muka untuk jenjang SMP di dua sekolah yakni SMPN 15  dan SMPN 3, Senin.

Kabid Pendidikan Menengah Disdik Kota Surabaya, Sudarminto mengatakan, simulasi ini merupakan gambaran untuk menerapkan protokol proses pembelajaran yang sudah dibuat sejak dua bulan  lalu.

"Simulasinya digelar bergiliran antara 21 sekolah, karena para warga sekolah juga harus lebih dahulu menjalani tes cepat," kata Sudarminto ditemui di SMPN 15 Surabaya.

Tes cepat ini dilakukan untuk seluruh warga sekolah di Surabaya. Namun karena ada persiapan pembelajaran tatap muka maka warga dari 21 sekolah diprioritaskan lebih dahulu sehingga saat siswa masuk, sekolah sudah siap dengan protokol kesehatan dan keselamatan siswa.

"Hari ini simulasinya memastikan protokol kesehatan diterapkan saat sekolah masuk. Mulai dari pintu gerbang anak dicek suhu, dan dikawal gurunya cuci tangan, disemprot disinfektan kemudian masuk kelas," katanya.

Kemudian saat akan memulai pembelajaran, dilakukan simulasi dengan guru menjelaskan protokol selama di sekolah. Mulai dari physical distancing di sekolah hingga SOP saat siswa mau ke toilet hingga aktivitas di luar kelas.

"Saat pulang juga dipastikan SOP penjemputannya. Seluruh pemeran dalam simulasi ini adalah guru dan karyawan. Siswanya juga diperankan guru. Petugas yang saat ini juga akan bertugas saat sekolah mendapt rekomendasi pembelajaran tatap muka," ujarnya.

Selain simulasi, Sudarminto juga memberikan rekomendasi agar merampingkan kurikulum dan mengutamakan pelajaran esensial. Kemudian mempersingkat jam belajar, tidak harus 45 menit untuk satu jam pelajaran.

"Untuk siswa yang masuk juga tidak harus 100 atau 75 persen. Bisa 25 atau 50 persen dulu sesuai dengan fasilitas sekolah," katanya.

Hasil simulasi ini, lanjutnya, akan dikoordinasikan dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dan para ahli untuk dilanjutkan monitoring dan evaluasi (monev) atau diberikan rekomendasi pembelajaran tatap muka.

"21 sekolah yang dijadwalkan simulasi belum tentu disetujui melakukan pembelajaran. Di SMPN 15 ini kami lihat apa yang siap dan belum, dan akan dievaluasi," ucapnya.

Sudarminto berharap simulasi ini bisa menyiapkan sekolah untuk menjadi tempat belajar yang aman untuk sekolah. 

Selain itu siswa juga diharapkan paham SOP sekolah saat pembelajaran tatap muka, karena untuk persiapan pembelajaran tatap muka ini membutuhkan persiapan anak, guru dan warga sekolah.

"Nantinya anak dengan komorbid (penyakit penyerta) juga tidak diperkenankan masuk, orang tua tidak mengizinkan juga tidak bisa masuk. Tetapi kalau orang tua tidak mengizinkan ke sekolah jangan sampai anak diajak ke pasar dan ke mal juga," tuturnya.

Sementara itu, Kepala SMPN 15 Surabaya, Shahibur Rachman menuturkan dalam menyiapkan proses pembelajaran tatap muka, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan, mulai memberikan arahan, menyiapkan proposal, sarana prasarana dan sumber daya manusia (SDM). 

Sekolah juga akan membentuk gugus tugas sebagai bentuk klaster paling kecil di pendidikan.

Untuk jumlah siswa di tahap awal pembukaan, rencananya akan dimulai dengan 25 persen dari di setiap tingkatan. 

"Rinciannya sesuai dengan ketentuan sekolah. Tapi rencananya akan dimulai dengan memasukkan 25 persen siswa. Kami sesuaikan dengan memasukkan 25 persen siswa kelas 7, 8 dan 9," ujarnya.

Sedangkan untuk materi pembelajarannya, Rachman sapaan akrabnya, memberikan kompetensi dasar (KD) yang paling penting dengan jumlah jam pembelajaran.

"Kalau ada siswa yang menunjukkan gejala awal, seperti demam pihaknya akan menghubungi puskesmas untuk ditindaklanjuti sesuai dengan SOP,"  ucapnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020