Sekitar 300 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menerapkan kebijakan pembelajaran home visite (kunjungan rumah) untuk memberikan materi pelajaran langsung guna mengantisipasi kendala akselerasi serapan atas mata pelajaran tertentu yang butuh pengajaran langsung.

Salah satu sekolah yang menerapkan metode kegiatan belajar mengajar secara home visite atau luar jaringan (luring) itu adalah SDN Mangunsari, Kota Tulungagung.

Guru kelas mendatangi kelompok-kelompok siswa yang telah dibentuk untuk diberi pengajaran langsung di rumah, namun tetap dengan menggunakan protokol kesehatan secara ketat.

"Kegiatan pembelajaran secara kunjungan rumah ini kami lakukan karena sampai saat ini pembelajaran di sekolah belum diperbolehkan karena pandemi COVID-19," kata guru kelas 6 SDN Mangunsari, Kota Tulungagung Tenri Sufhianto.

Sekolahnya juga menerapkan metode pembelajaran secara daring. Namun, untuk mata pelajaran tertentu, pengajaran dilakukan secara luring untuk memudahkan siswa menangkap materi pelajaran secara cepat dan efektif.

Kendati ada orang tua atau keluarga yang mendampingi, kata Tenri, tak semua yang mampu menjelaskan materi pelajaran yang dibutuhkan siswa.

"Selain pelajaran yang tidak bisa/cukup diberikan secara daring, faktor lain adalah tidak semua siswa memiliki akses internet dengan sarana android memadai.
Sejumlah siswa membaca buku pelajaran dalam satu kegiatan belajar-mengajar luar jaringan (luring) dengan metode home visite di rumah siswa di Tulungagung, Jawa Timur, Senin (27/7/2020). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

“Ini masukan dari wali murid (orang tua) karena pembelajaran melalui aplikasi atau WA dianggap tidak maksimal,” ujar guru kelas 6 SDN Mangunsari ini.

Dalam pembelajaran dengan metode berkunjung ke rumah siswa ini, murid dikumpulkan di salah satu rumah siswa dengan jumlah per kelompok terdiri atas 6-8 siswa sekali pertemuan.

Pembelajaran luring itu dijadwalkan dua kali dalam sepekan, yakni tiap Senin-Rabu, Selasa-Kamis. Pembelajaran dimulai setiap pukul 07.00 WIB – 08.30 WIB yang dilanjutkan dengan kelompok berikutnya pukul 08.30 WIB - 10.00 WIB.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung Haryo Dewanto menyatakan pembelajaran luring dengan metode kunjungan digelar di lebih dari 300 dari total 660 sekolah tingkat SD dan MI setempat.

Teknis atau metode ini menjadi opsi pilihan yang diambil masing-masing sekolah untuk menyiasati kendala pembelajaran secara daring, baik akibat teknis ketersediaan jaringan internet, kendala perangkat android hingga daya tangkap siswa dalam mengikuti pembelajaran secara daring.

"Di Tulungagung ada 50 persen sekolah yang melakukan pembelajaran luring ini, terutama untuk kelompok SD ya," kata Yoyok, sapaan akrab Haryo Dewanto.

Hanya sekolah di kota dan wilayah dataran dengan sinyal atau akses internet baik yang efektif memberlakukan pembelajaran daring atau online.

Sementara di wilayah pegunungan, selain keterbatasan sarana, minimnya akses dan faktor SDM menjadikan metode pembelajaran secara daring tidak berjalan mulus.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020