Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng perguruan tinggi di bawah naungan Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Komisariat I untuk turut serta menekan angka COVID-19 yang masih tinggi di wilayah setempat.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat pertemuan dengan para rektor yang tergabung di APTISI Komisariat I di Universitas Surabaya, Senin mengatakan pihaknya menggandeng PTS yang ada di wilayah setempat untuk berperan dalam penanganan COVID-19 sesuai arahan dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
"Kami bertukar pikiran terkait perguruan tinggi swasta untuk berperan kongkret dalam menggerakkan kesadaran masyarakat. Ada program Kampung Tangguh, maka sedang dieksplorasi satu mahasiswa untuk satu Kampung Tangguh," kata Emil.
Dia mengungkapkan di saat yang sama Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jatim dan Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda Jatim bertemu untuk membahas singkronisasi mahasiswa di 5.700 Kampung Tangguh yang ada di Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk menurunkan angka COVID-19 di wilayah tersebut.
"Perguruan tinggi dan mahasiswa adalah teladan bagi masyarakat. Apalagi dalam konteks KKN (Kuliah Kerja Nyata), salah satunya adalah elemen empati terhadap sekitar. Kadang kita kenal yang jauh, tidak kenal yang dekat. Mahasiswa kadang tidak kenal siapa RW-nya, maka empati harus dibangun," ujarnya.
Emil memaparkan keterlibatan PTS untuk penanganan COVID-19 dibagi dalam dua level. Pertama adalah PTS dengan program studi kesehatan dan nonkesehatan. Kampus bisa melakukan inovasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Level kedua adalah promotif dan preventif untuk mengedukasi masyarakat dan menekan angka COVID-19.
"Mahasiswa harus punya peran di 5.700 RW tempat tinggalnya. Ini yang kami bangun. Mahasiswa kami harap jadi jembatan. Tapi yang paling penting apapun perannya jangan sampai mereka ikut terpapar. Bu Gubernur Jatim tidak mau mahasiswa ada yg terpapar, maka fokus domisili masing-masing," ujarnya.
Sementara itu Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) Ir Benny Lianto, MMBAT menambahkan pertemuan dengan Pemprov Jatim itu untuk menyatukan gerakan PTS yang lebih besar dan berdampak pada penangangan COVID-19 di Jatim.
"Kalau kita jalan sendiri ada dampak tapi kecil. Kita ingin supaya ini besar. Maka perlu dikerjakan sistematis dan melibatkan pemerintah. Kebetulan ini menjadi gayung bersambut, pemerintah ingin PTS dalam penanganan COVID-19 semakin terasa," ucap Benny.
Benny menjelaskan dalam membantu penanganan COVID-19 di Jatim, mahasiswa KKN dan PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang biasanya melakukan kegiatan di masyarakat akan diarahkan ke masyarakat dan lingkungannya sendiri.
"Bisa dalam Kampung Tangguh ada beberapa mahasiswa dari Ubaya dan PTS lain. Nanti dibuatkan kateogri seperti ekonomi, sosial dan lainnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat pertemuan dengan para rektor yang tergabung di APTISI Komisariat I di Universitas Surabaya, Senin mengatakan pihaknya menggandeng PTS yang ada di wilayah setempat untuk berperan dalam penanganan COVID-19 sesuai arahan dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
"Kami bertukar pikiran terkait perguruan tinggi swasta untuk berperan kongkret dalam menggerakkan kesadaran masyarakat. Ada program Kampung Tangguh, maka sedang dieksplorasi satu mahasiswa untuk satu Kampung Tangguh," kata Emil.
Dia mengungkapkan di saat yang sama Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jatim dan Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda Jatim bertemu untuk membahas singkronisasi mahasiswa di 5.700 Kampung Tangguh yang ada di Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk menurunkan angka COVID-19 di wilayah tersebut.
"Perguruan tinggi dan mahasiswa adalah teladan bagi masyarakat. Apalagi dalam konteks KKN (Kuliah Kerja Nyata), salah satunya adalah elemen empati terhadap sekitar. Kadang kita kenal yang jauh, tidak kenal yang dekat. Mahasiswa kadang tidak kenal siapa RW-nya, maka empati harus dibangun," ujarnya.
Emil memaparkan keterlibatan PTS untuk penanganan COVID-19 dibagi dalam dua level. Pertama adalah PTS dengan program studi kesehatan dan nonkesehatan. Kampus bisa melakukan inovasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Level kedua adalah promotif dan preventif untuk mengedukasi masyarakat dan menekan angka COVID-19.
"Mahasiswa harus punya peran di 5.700 RW tempat tinggalnya. Ini yang kami bangun. Mahasiswa kami harap jadi jembatan. Tapi yang paling penting apapun perannya jangan sampai mereka ikut terpapar. Bu Gubernur Jatim tidak mau mahasiswa ada yg terpapar, maka fokus domisili masing-masing," ujarnya.
Sementara itu Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) Ir Benny Lianto, MMBAT menambahkan pertemuan dengan Pemprov Jatim itu untuk menyatukan gerakan PTS yang lebih besar dan berdampak pada penangangan COVID-19 di Jatim.
"Kalau kita jalan sendiri ada dampak tapi kecil. Kita ingin supaya ini besar. Maka perlu dikerjakan sistematis dan melibatkan pemerintah. Kebetulan ini menjadi gayung bersambut, pemerintah ingin PTS dalam penanganan COVID-19 semakin terasa," ucap Benny.
Benny menjelaskan dalam membantu penanganan COVID-19 di Jatim, mahasiswa KKN dan PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang biasanya melakukan kegiatan di masyarakat akan diarahkan ke masyarakat dan lingkungannya sendiri.
"Bisa dalam Kampung Tangguh ada beberapa mahasiswa dari Ubaya dan PTS lain. Nanti dibuatkan kateogri seperti ekonomi, sosial dan lainnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020