Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta bantuan penyaluran tenaga dokter yang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga karena dua rumah sakit milik pemerintah kota setempat kekurangan tenaga medis.
Risma di sela memberikan alat pelindung diri (APD) ke FK Unair Surabaya, Selasa mengatakan permintaan itu karena sejak bulan Maret 2020 semua PPDS ditarik dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soewandi dan RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH).
"Pada tahun 2020 rumah sakit di bawah naungan Pemkot Surabaya telah menerima dokter PPDS. Namun pada bulan Maret semua ditarik. Kalau bisa kami dibantu tenaga dokter untuk rumah sakit kami," kata Risma pada Dekan FK Unair, Prof Dr Soetojo.
Risma juga berencana menyiapkan kendaraan buat PPDS untuk mengantar dokter PPDS dari rumah sakit ke FK Unair atau lokasi yang diinginkan.
"Jadi tidak lelah dan bisa istirahat saat pulang. Semua fasilitas dokter nanti pasti dari kami, karena rumah sakit lain bagian administrasi saja tertular. Tapi di rumah sakit kami akan kami pastikan APD-nya lengkap," tuturnya.
Sementara itu Dekan FK Unair Prof Soetojo mengakui memang terjadi penarikan besar besaran PPDS pada awal bulan Maret dari rumah sakit jejaring.
"PPDS kita kan disebar di rumah sakit jejaring. Saat ada COVID-19 itu bukan hanya yang ada di Surabaya, tapi yang ada di Gresik, Lamongan, Madiun, termasuk yang di Sangla, Bali dan Kalimantan. Mereka kami tarik semua untuk memperkuat di RSUD Dr Soetomo," ujar Prof Soetojo.
Prof Soetojo menjelaskan penarikan ini dilandasi karena saat itu di Jawa Timur, khususnya Surabaya hanya ada dua Rumah Sakit yang bisa menangani pasien COVID-19, yakni RSUD Dr Soetomo dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Kendati demikian, sebelum adanya permintaan pengiriman kembali PPDS ke rumah sakit di bawah naungan Pemkot Surabaya oleh Risma, FK Unair sudah berencana akan menyebar kembali PPDS-nya saat pandemi sudah mereda, khususnya ke rumah sakit jejaring yang level hijau.
"Kami rencananya saat normal baru atau tren COVID-19 sudah menurun akan kembalikan lagi PPDS ke rumah sakit jejaring tapi yang sudah hijau. Karena PPDS kan praktiknya harus di RS dan kampus harus menyediakan tempat praktik yang aman," ujarnya.
Terkait permintaan Risma tersebut, pihak FK Unair masih akan menghitung dan menimbang tenaga medis terutama PPDS yang dimiliki.
"Kami tidak bisa menjanjikan berapa
jumlahnya, kami akan hitung dulu PPDS-nya, berapa jumlah PPDS yang sehat dan tidak memiliki komorbid. Karena PPDS dengan Komorbid tidak bisa dipakai," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Risma di sela memberikan alat pelindung diri (APD) ke FK Unair Surabaya, Selasa mengatakan permintaan itu karena sejak bulan Maret 2020 semua PPDS ditarik dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soewandi dan RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH).
"Pada tahun 2020 rumah sakit di bawah naungan Pemkot Surabaya telah menerima dokter PPDS. Namun pada bulan Maret semua ditarik. Kalau bisa kami dibantu tenaga dokter untuk rumah sakit kami," kata Risma pada Dekan FK Unair, Prof Dr Soetojo.
Risma juga berencana menyiapkan kendaraan buat PPDS untuk mengantar dokter PPDS dari rumah sakit ke FK Unair atau lokasi yang diinginkan.
"Jadi tidak lelah dan bisa istirahat saat pulang. Semua fasilitas dokter nanti pasti dari kami, karena rumah sakit lain bagian administrasi saja tertular. Tapi di rumah sakit kami akan kami pastikan APD-nya lengkap," tuturnya.
Sementara itu Dekan FK Unair Prof Soetojo mengakui memang terjadi penarikan besar besaran PPDS pada awal bulan Maret dari rumah sakit jejaring.
"PPDS kita kan disebar di rumah sakit jejaring. Saat ada COVID-19 itu bukan hanya yang ada di Surabaya, tapi yang ada di Gresik, Lamongan, Madiun, termasuk yang di Sangla, Bali dan Kalimantan. Mereka kami tarik semua untuk memperkuat di RSUD Dr Soetomo," ujar Prof Soetojo.
Prof Soetojo menjelaskan penarikan ini dilandasi karena saat itu di Jawa Timur, khususnya Surabaya hanya ada dua Rumah Sakit yang bisa menangani pasien COVID-19, yakni RSUD Dr Soetomo dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Kendati demikian, sebelum adanya permintaan pengiriman kembali PPDS ke rumah sakit di bawah naungan Pemkot Surabaya oleh Risma, FK Unair sudah berencana akan menyebar kembali PPDS-nya saat pandemi sudah mereda, khususnya ke rumah sakit jejaring yang level hijau.
"Kami rencananya saat normal baru atau tren COVID-19 sudah menurun akan kembalikan lagi PPDS ke rumah sakit jejaring tapi yang sudah hijau. Karena PPDS kan praktiknya harus di RS dan kampus harus menyediakan tempat praktik yang aman," ujarnya.
Terkait permintaan Risma tersebut, pihak FK Unair masih akan menghitung dan menimbang tenaga medis terutama PPDS yang dimiliki.
"Kami tidak bisa menjanjikan berapa
jumlahnya, kami akan hitung dulu PPDS-nya, berapa jumlah PPDS yang sehat dan tidak memiliki komorbid. Karena PPDS dengan Komorbid tidak bisa dipakai," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020