Lebih dari 1.000 karyawan di perusahaan pengolahan daging Jerman, Toennies, terbukti positif virus corona, sehingga mendorong otoritas kesehatan setempat untuk memerintahkan seluruh 6.500 pegawai dan keluarga mereka menjalani isolasi.
Penguncian lokal merupakan kemunduran bagi strategi normal baru Jerman. Kanselir Angela Merkel mendukung untuk mempertahankan disiplin penguncian lebih lama, namun melonggarkan aturan pembatasan menyusul tekanan dari kalangan pemimpin negara bagian.
Meski penanganan krisis COVID-19 negaranya menjadi salah satu yang paling sukses di Eropa, Jerman melihat wabah berulang di rumah-rumah pemotongan hewan, yang karyawannya kebanyakan merupakan migran yang tinggal di mes padat yang disediakan oleh perusahaan.
Ketika berbicara saat konferensi pers pada Sabtu (20/6), pemilik perusahaan pengolahan daging, Clemens Toennies, mengatakan wabah tersebut menyebabkan "krisis eksistensial" bagi perusahaannya, yang berhenti operasi saat otoritas berupaya mengendalikan wabah.
"Sebagai sebuah perusahaan, kami rasa kami telah menjalani prosedur yang tepat," kata Toennies. Ia menambahkan bahwa perusahaannya sedang bersusah payah mengumpulkan data karyawan dan para kontraktor sehingga otoritas dapat melacak wabah tersebut.
"Sebagai pengusaha, saya hanya dapat menyampaikan permohonan maaf. Kami menyebabkan kejadian ini dan kami bertanggung jawab penuh atas masalah ini," kata Toennies.
Wabah COVID-19 mungkin memaksa Negara Bagian Jerman North Rhine Westphalia memberlakukan penguncian lebih luas.
Wabah dekat Kota Gutersloh itu pertama kali dilaporkan pada Rabu (17/6), ketika 400 karyawan terbukti positif virus corona. Pada Jumat (19/6), jumlah tersebut naik dua kali lipat menjadi 803 dan terus bertambah hingga 1.029 pada Sabtu.
Pada Kamis (18/6), China melarang impor daging dari perusahaan tersebut.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Penguncian lokal merupakan kemunduran bagi strategi normal baru Jerman. Kanselir Angela Merkel mendukung untuk mempertahankan disiplin penguncian lebih lama, namun melonggarkan aturan pembatasan menyusul tekanan dari kalangan pemimpin negara bagian.
Meski penanganan krisis COVID-19 negaranya menjadi salah satu yang paling sukses di Eropa, Jerman melihat wabah berulang di rumah-rumah pemotongan hewan, yang karyawannya kebanyakan merupakan migran yang tinggal di mes padat yang disediakan oleh perusahaan.
Ketika berbicara saat konferensi pers pada Sabtu (20/6), pemilik perusahaan pengolahan daging, Clemens Toennies, mengatakan wabah tersebut menyebabkan "krisis eksistensial" bagi perusahaannya, yang berhenti operasi saat otoritas berupaya mengendalikan wabah.
"Sebagai sebuah perusahaan, kami rasa kami telah menjalani prosedur yang tepat," kata Toennies. Ia menambahkan bahwa perusahaannya sedang bersusah payah mengumpulkan data karyawan dan para kontraktor sehingga otoritas dapat melacak wabah tersebut.
"Sebagai pengusaha, saya hanya dapat menyampaikan permohonan maaf. Kami menyebabkan kejadian ini dan kami bertanggung jawab penuh atas masalah ini," kata Toennies.
Wabah COVID-19 mungkin memaksa Negara Bagian Jerman North Rhine Westphalia memberlakukan penguncian lebih luas.
Wabah dekat Kota Gutersloh itu pertama kali dilaporkan pada Rabu (17/6), ketika 400 karyawan terbukti positif virus corona. Pada Jumat (19/6), jumlah tersebut naik dua kali lipat menjadi 803 dan terus bertambah hingga 1.029 pada Sabtu.
Pada Kamis (18/6), China melarang impor daging dari perusahaan tersebut.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020