Perkembangan kasus COVID-19 di sejumlah daerah di Tanah Air, termasuk Jawa Timur, di satu sisi menunjukkan hal menggembirakan dengan semakin banyaknya pasien yang sembuh, namun di sisi lain pertambahan pasien positif baru belum bisa dihentikan.

Salah satu kabar gembira itu datang dari Kota Probolinggo, Jawa Timur, ketika semua pasien yang dirawat di RSUD setempat dinyatakan sembuh. Sebanyak 24 orang pasien di RSUD Kota Probolinggo dinyatakan tuntas pengobatannya pada 18 Juni 2020, sementara tiga orang pasien lainnya sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Surabaya.

Masih dari Jawa Timur, yakni Kabupaten Situbondo, pada pertengahan Mei 2020 mengumumkan sebanyak 11 dari 12 orang pasien positif COVID-19 dinyatakan sembuh total, sedangkan satu orang pasien baru sembuh secara klinis (belum sembuh total) sehingga masih harus menjalani isolasi di rumah sakit.

Sejumlah kalangan mengingatkan tentang kemungkinan munculnya gelombang atau fase kedua penyebaran virus membahayakan itu. 

Senegal adalah salah satu negara yang mengalami serangan gelombang kedua penyebaran virus yang episentrum awalnya berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, itu. Kasus baru meningkat hingga tujuh kali lipat setelah pada dua pekan terakhir pada Mei 2020, kasus positif di negara itu angkanya sangat rendah.

Agaknya kasus di Kota Situbondo juga bisa dikelompokkan pada fenomena munculnya gelombang kedua itu. Setelah Pemkab setempat mengumumkan kabar gembira atas sembuhnya semua pasien positif COVID-19, kini justru ditemukan banyak pasien positif baru dari klaster sebuah tempat ibadah, yang hingga Selasa (16/6) jumlah pasien mencapai 85 orang.

Kota Probolinggo yang telah mengumumkan semua pasien positif telah sembuh, perlu belajar banyak dari kasus di Situbondo ini agar masyarakat, termasuk pemerintah daerah, tidak menjadi lengah sehingga mengabaikan protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari.

Sejumlah kalangan juga mengingatkan akan bahaya gelombang kedua COVID-19 ini. Anggota DPR RI Marwan Jafar mengimbau masyarakat tidak lengah dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan guna mengantisipasi kemungkinan ancaman gelombang kedua COVID-19.

Intinya, kata mantan Menteri Desa PDTT itu, sebaiknya masyarakat tetap selalu disiplin membiasakan untuk menjalankan protokol hidup sehat, mulai dari pakai masker, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, hingga mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer serta menjaga kebugaran atau stamina tubuh.

Meskipun telah memasuki masa normal baru, Marwan mengingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa laju penyebaran COVID-19 masih terus terjadi di Tanah Air.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya untuk melakukan antisipasi dan tetap waspada serta patuh pada protokol kesehatan, terutama bagi masyarakat yang terpaksa harus bekerja di luar rumah.

Beberapa perilaku sosial kita, kata Marwan, secara individu, di tingkat keluarga, lingkungan tetangga RT-RW, tempat peribadatan, pasar, maupun tempat-tempat umum, perlu diingatkan untuk tetap menjalani protokol kesehatan itu dan agar senantiasa terus saling menjaga diri. Hal ini demi satu tujuan, yaitu mengantisipasi dan mencegah terjadinya yang dikenal sebagai gelombang kedua kemungkinan penyebaran virus corona. 

Presiden Joko Widodo juga mengingatkan jajaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 untuk terus melanjutkan upaya dan kerja keras agar mampu mencegah terjadinya gelombang kedua penularan virus corona jenis baru itu.

“Ancaman COVID-19 masih ada. Kondisi dinamis. Ada daerah yang kasus barunya turun, ada yang daerah yang kasus barunya meningkat, ada daerah yang kasus barunya nihil, dan perlu saya ingatkan jangan sampai ada gelombang kedua (second wave). Jangan sampai ada lonjakan,” kata Presiden saat meninjau Kantor Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Jakarta, Rabu (10/6).

Presiden mengatakan situasi dinamis dalam penanganan COVID-19, dan tatanan kebiasaan baru akan terus terjadi hingga vaksin corona ditemukan, serta efektif bisa digunakan. 

Proses penciptaan vaksin akan memakan waktu yang tidak sebentar, karena melalui tahapan yang kompleks dari uji klinis hingga produksi massal. Di saat itu pula, masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan tatanan kebiasaan baru, yang mengedepankan protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari.

“Adaptasi kebiasaan baru. Adaptasi itu bukan berarti kita menyerah apalagi kalah, tidak, tapi kita harus memulai kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan sehingga masyarakat produkti tapi aman dari COVID-19,” kata Jokowi.

Apa yang dilakukan Pemkab Banyuwangi di bawah komando Bupati Abdullah Azwar Anas bisa menjadi contoh bagaimana pemerintah tetap menjaga kewaspadaan tinggi di tengah upaya membuka kembali roda perekonomian masyarakat.

Dengan meminta masukan banyak pihak, seperti tenaga kesehatan, tokoh lintas agama, dan pelaku ekonomi, Pemkab Banyuwangi mulai belajar dan membelajarkan masyarakat memulai masa transisi menuju "kebiasaan anyar" dengan menggelar simulasi di berbagai bidang, termasuk pariwisata yang di dalamnya ada bisnis kuliner.

Dengan simulasi-simulasi itu, Azwar Anas berharap rakyatnya akan betul-betul siap menghadapi "kebiasan anyar" jika nantinya tatanan baru pasca-COVID-19 sudah diterapkan oleh pemerintah dengan istilah normal baru.

Sebagai negara yang rakyatnya dikenal agamis, semua ikhtiar lahir untuk menghentikan penyebaran virus corona ini tentu harus pula diimbangi dengan usaha batin dengan memperbanyak doa sehingga bangsa ini segera bebas dari corona dan semua aspek kehidupan kembali berjalan normal seperti sebelumnya. Aamiinn. 

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020