Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun, Jawa Timur, membagikan sejumlah Tyto Alba, spesies burung hantu besar yang juga dikenal dengan sebutan Serak Jawa, kepada kelompok tani guna menekan hama tikus secara alami.
Kasi Perlindungan Tanaman Disperta Kota Madiun Wahyu Niken Febrianti mengatakan sedikitnya sembilan ekor Serak Jawa disebar sebagai penjaga sawah milik para kelompok tani di Kota Madiun.
"Tyto Alba ini dipilih karena hewan spesialis predator tikus. Satu ekor burung hantu bisa memangsa 5-6 tikus per hari," ujar Wahyu Niken saat memberikan burung hantu untuk dikarantina di rumah burung yang ada di lahan persawahan milik kelompok tani Gawe Subur Kayen, Kelurahan Kelun, Rabu.
Tak hanya memberikan burung hantu sebagai pembasmi hama tikus alami, Disperta juga menyediakan rumah singgah yang difungsikan sebagai menara pantau bagi burung hantu tersebut untuk mencari mangsanya.
"Kita secara produksi padi tidak bisa bersaing dengan daerah sekitar karena lahan kecil, tapi kita bisa mengangkat produksi pertanian kita dari sisi kualitas yang bagus. Salah satunya melalui pembasmian hama alami yang tidak menggunakan obat kimia seperti burung hantu ini," kata dia.
Niken menjelaskan, saat ini dinasnya memiliki tiga fokus penanganan hama secara alami, yakni melalui burung hantu, penanaman bibit marry gold yang dapat berfungsi sebagai refugia, dan nematoda entomopatogen (NEP) pengendalian hama rayap.
Ketua Kelompok Tani Gawe Subur, Sunarto mengatakan para kelompok tani sangat terbantu dengan pemberian burung hantu oleh Disperta tersebut, karena sudah sejak lama hama tikus menjadi musuh utama bagi petani di lahan pertanian kawasan setempat.
"Sangat terbantu sekali. Hama diobati pakai jenis obat apapun tidak mempan. Semoga dengan burung hantu ini bisa membantu membasmi hama tikus yang ada di sawah sekitar sini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kasi Perlindungan Tanaman Disperta Kota Madiun Wahyu Niken Febrianti mengatakan sedikitnya sembilan ekor Serak Jawa disebar sebagai penjaga sawah milik para kelompok tani di Kota Madiun.
"Tyto Alba ini dipilih karena hewan spesialis predator tikus. Satu ekor burung hantu bisa memangsa 5-6 tikus per hari," ujar Wahyu Niken saat memberikan burung hantu untuk dikarantina di rumah burung yang ada di lahan persawahan milik kelompok tani Gawe Subur Kayen, Kelurahan Kelun, Rabu.
Tak hanya memberikan burung hantu sebagai pembasmi hama tikus alami, Disperta juga menyediakan rumah singgah yang difungsikan sebagai menara pantau bagi burung hantu tersebut untuk mencari mangsanya.
"Kita secara produksi padi tidak bisa bersaing dengan daerah sekitar karena lahan kecil, tapi kita bisa mengangkat produksi pertanian kita dari sisi kualitas yang bagus. Salah satunya melalui pembasmian hama alami yang tidak menggunakan obat kimia seperti burung hantu ini," kata dia.
Niken menjelaskan, saat ini dinasnya memiliki tiga fokus penanganan hama secara alami, yakni melalui burung hantu, penanaman bibit marry gold yang dapat berfungsi sebagai refugia, dan nematoda entomopatogen (NEP) pengendalian hama rayap.
Ketua Kelompok Tani Gawe Subur, Sunarto mengatakan para kelompok tani sangat terbantu dengan pemberian burung hantu oleh Disperta tersebut, karena sudah sejak lama hama tikus menjadi musuh utama bagi petani di lahan pertanian kawasan setempat.
"Sangat terbantu sekali. Hama diobati pakai jenis obat apapun tidak mempan. Semoga dengan burung hantu ini bisa membantu membasmi hama tikus yang ada di sawah sekitar sini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020