Para pengunjuk rasa antirasisme di Inggris bentrok dengan polisi yang berpatroli dengan menunggang kuda pada Sabtu (6/6) waktu setempat.

Ribuan orang berkumpul di pusat Kota London untuk menyuarakan aspirasi mereka atas kebrutalan polisi, yang menyebabkan pria keturunan Afrika-Amerika bernama George Floyd tewas.

Setelah demonstrasi hari itu pada umumnya berlangsung secara damai, sejumlah kecil pengunjuk rasa di dekat kediaman Perdana Menteri Boris Johnson melemparkan botol ke polisi.

Polisi berkuda memukul mundur para pengunjuk rasa itu.

Satu petugas memerlukan perawatan di rumah sakit setelah jatuh dari kudanya, dan sembilan lainnya terluka, kata polisi.

Sekelompok pemrotes menyerang boneka mirip Presiden AS Donald Trump sementara yang lain melemparkan suar.

Pada Sabtu malam, kepolisian London mengatakan bahwa mereka telah menangkap 14 orang dan memperkirakan jumlah itu akan meningkat.

Sebelumnya, lebih dari seribu pengunjuk rasa berbaris melewati Kedutaan Besar AS di tepi selatan Sungai Thames.



Ribuan pengunjuk rasa juga berkerumun di alun-alun di luar gedung Parlemen. Mereka memegang plakat "Black Lives Matter" dan mengabaikan saran pemerintah untuk menghindari pertemuan besar karena risiko virus corona.

"Saya turun ke jalan mendukung orang kulit hitam yang telah diperlakukan buruk selama bertahun-tahun. Sudah saatnya untuk perubahan," kata seorang demonstran, guru sekolah dasar berusia 39 tahun, Aisha Pemberton.

Pengunjuk rasa lainnya, spesialis IT Kena David, 32, mengatakan Inggris juga bersalah atas pelanggaran rasis. "Segala sesuatu yang kalian lihat di sekitar kalian itu dibangun oleh orang-orang berkulit hitam dan coklat."

Protes pada Sabtu itu mencerminkan kemarahan global atas perlakuan polisi terhadap etnis minoritas. Kemarahan dipicu pembunuhan Floyd, seorang warga kulit hitam Amerika pada tanggal 25 Mei, ketika seorang petugas polisi kulit putih menginjak leher Floyd selama hampir sembilan menit sementara rekan-rekannya sesama petugas kepolisian hanya berpangku tangan.



Demonstrasi juga terjadi di kota-kota Inggris, Eropa dan Asia lainnya pada Sabtu setelah puluhan ribu orang meneriakkan "Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian, tidak ada polisi rasis" sambil berbaris melalui pusat kota London pada Rabu (3/6) .

Seniman jalanan yang misterius asal Inggris, Banksy, memublikasikan karya seni baru secara daring, yang memperlihatkan bendera Amerika Serikat mulai terbakar oleh lilin. Karya itu menjadi bentuk peringatan bagi sosok kulit hitam tanpa nama dalam siluet.

Sebelum protes pada Sabtu di London, Duta Besar AS untuk Inggris Woody Johnson mengutuk kematian Floyd dan mengatakan Amerika Serikat perlu berbuat lebih banyak untuk memerangi rasisme dan ketidakadilan.

"Melalui protes secara damai, ketidakadilan biasanya berhasil ditangani," kata Johnson.

Sumber : Reuters



 

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020