Aktivis Surabaya mengkritik kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang mengalihkan mobil laboratorium polymerase chain reaction (PCR) pinjaman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari Surabaya ke daerah lain yang angka kasus positif COVID-nya di bawah Surabaya.
"Sepertinya Pemprov Jatim dalam tanda kutip mengerjai Pemkot Surabaya. Ada apa sih sebenarnya? Kenapa tidak mau mikir penanganan COVID-19 secara bersamaan?" kata Koordinator Eksponen 1998 Surabaya Kusnan di Surabaya, Sabtu.
Kusnan yang juga ketua Paguyuban Arek-Arek Suroboyo (PAS) ini menyesalkan perencanaan yang sudah matang berdasarkan hasil koordinasi Gugus Tugas Kota Surabaya, Gugus Tugas Jatim, dan BNPB tiba-tiba berubah karena Gugus Tugas Jatim mengalihkan penggunaan mobil tes PCR.
Padahal, lanjut dia, Gugus Tugas Jatim sudah menjanjikan mobil laboratorium PCR tersebut bisa digunakan beberapa hari untuk melakukan tes cepat dan swab bagi warga Surabaya. Apalagi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah kontak Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo.
Seperti diketahui, dua mobil laboratorium pinjaman BNPB yang diperbantukan untuk Kota Surabaya, ternyata dialihkan ke daerah lain oleh Gugus Tugas Jatim. Awalnya, mobil laboratorium itu akan digunakan untuk pasien yang menjalani karantina di Hotel Asrama Haji dan Dupak Masigit.
Pemkot Surabaya sudah mengatur penempatan dua mobil itu selama lima hari ke depan untuk mempercepat dan memperluas pengetesan swab bagi warga. Para pasien pun telah bersiap, mereka menunggu berjam-jam, ternyata mobil dengan kapasitas pengetesan ribuan spesimen per hari itu tak kunjung datang karena dipindahkan ke Tulungagung dan Lamongan.
"Kami mengimbau para pejabat puncak Pemprov Jatim untuk tidak punya agenda tersembunyi di balik penanganan COVID-19 dengan terus memojokkan Pemkot Surabaya," ujarnya.
Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi menyebut ada miskomunikasi terkait permohonan peminjaman mobil PCR yang terjadi di Surabaya.
Direktur Utama RSUD dr Soetomo ini menjelaskan sejak hari pertama (Rabu, 27/5), kedatangan mobil tersebut sengaja langsung ditempatkan di RS Universitas Airlangga sekaligus membantu permasalahan yang terjadi di "Institute of Tropical Disease" (ITD) Unair.
Kemudian Joni berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, yang kemudian diarahkan ke Asrama Haji Surabaya untuk dilakukan tes di sana.
Berikutnya, pada Kamis (28/5), mobil PCR ditempatkan di RSUD Sidoarjo serta RS Lapangan di Jalan Indrapura Surabaya. Sesuai jadwal, hari ketiga atau Jumat (29/5), dilakukan pemeriksaaan di RSUD Tulungagung serta RSUD Soegiri Lamongan.
"Miskomunikasi terjadi saat Bu Feni (sapaan Kadinkes Surabaya, Red) menugaskan stafnya, kalau tidak salah namanya Bu Deni. Tapi, tidak menyampaikan hari ini acaranya di Surabaya apa, sehingga mobil dikirim ke Lamongan dan Tulungagung yang memang juga sangat membutuhkan," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Sepertinya Pemprov Jatim dalam tanda kutip mengerjai Pemkot Surabaya. Ada apa sih sebenarnya? Kenapa tidak mau mikir penanganan COVID-19 secara bersamaan?" kata Koordinator Eksponen 1998 Surabaya Kusnan di Surabaya, Sabtu.
Kusnan yang juga ketua Paguyuban Arek-Arek Suroboyo (PAS) ini menyesalkan perencanaan yang sudah matang berdasarkan hasil koordinasi Gugus Tugas Kota Surabaya, Gugus Tugas Jatim, dan BNPB tiba-tiba berubah karena Gugus Tugas Jatim mengalihkan penggunaan mobil tes PCR.
Padahal, lanjut dia, Gugus Tugas Jatim sudah menjanjikan mobil laboratorium PCR tersebut bisa digunakan beberapa hari untuk melakukan tes cepat dan swab bagi warga Surabaya. Apalagi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah kontak Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo.
Seperti diketahui, dua mobil laboratorium pinjaman BNPB yang diperbantukan untuk Kota Surabaya, ternyata dialihkan ke daerah lain oleh Gugus Tugas Jatim. Awalnya, mobil laboratorium itu akan digunakan untuk pasien yang menjalani karantina di Hotel Asrama Haji dan Dupak Masigit.
Pemkot Surabaya sudah mengatur penempatan dua mobil itu selama lima hari ke depan untuk mempercepat dan memperluas pengetesan swab bagi warga. Para pasien pun telah bersiap, mereka menunggu berjam-jam, ternyata mobil dengan kapasitas pengetesan ribuan spesimen per hari itu tak kunjung datang karena dipindahkan ke Tulungagung dan Lamongan.
"Kami mengimbau para pejabat puncak Pemprov Jatim untuk tidak punya agenda tersembunyi di balik penanganan COVID-19 dengan terus memojokkan Pemkot Surabaya," ujarnya.
Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi menyebut ada miskomunikasi terkait permohonan peminjaman mobil PCR yang terjadi di Surabaya.
Direktur Utama RSUD dr Soetomo ini menjelaskan sejak hari pertama (Rabu, 27/5), kedatangan mobil tersebut sengaja langsung ditempatkan di RS Universitas Airlangga sekaligus membantu permasalahan yang terjadi di "Institute of Tropical Disease" (ITD) Unair.
Kemudian Joni berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, yang kemudian diarahkan ke Asrama Haji Surabaya untuk dilakukan tes di sana.
Berikutnya, pada Kamis (28/5), mobil PCR ditempatkan di RSUD Sidoarjo serta RS Lapangan di Jalan Indrapura Surabaya. Sesuai jadwal, hari ketiga atau Jumat (29/5), dilakukan pemeriksaaan di RSUD Tulungagung serta RSUD Soegiri Lamongan.
"Miskomunikasi terjadi saat Bu Feni (sapaan Kadinkes Surabaya, Red) menugaskan stafnya, kalau tidak salah namanya Bu Deni. Tapi, tidak menyampaikan hari ini acaranya di Surabaya apa, sehingga mobil dikirim ke Lamongan dan Tulungagung yang memang juga sangat membutuhkan," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020