Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengenang pengalamannya pernah sepanggung dengan Maestro musik campursari asal Solo, Didi Kempot, yang meninggal dunia pada Selasa (5/5).
Momentum tersebut terjadi pada 2016, jauh sebelum Didi Kempot ditahbiskan sebagai The Godfather of Broken Heart. Pada November 2019, Wali Kota Kediri kembali mengundangnya pentas di Stadion Brawijaya, setelah sang maestro benar-benar menjadi raja bagi sadboys dan sadgirls di seluruh Nusantara.
Sekitar 15.000 Sobat Ambyar yang menyaksikan konser tersebut tenggelam dalam lirik-lirik melankolis. Muda-mudi dan lintas gender merapatkan diri.
Ambyar, semua perasaan seolah terbuka begitu Didi menyanyikan lagu-lagunya. Ada yang menangis terisak-isak teringat pada mantan, ada yang begitu kangen dengan kampung halaman. Tak ada sekat-sekat genre musik, di tangan Didi Kempot, campursari bisa melibas batas gengsi.
"Ya, awalnya saya canggung nyanyinya, cuma Mas Didi menuntun pelan-pelan. Saya kan biasanya dulu main band dengan genre rock, dengan Mas Didi Kempot saya harus nyanyi campursari yang cengkok-nya beda dengan rock," kata Abdullah Abu Bakar di Kediri, Rabu.
Ia sangat terkenang dengan aksi panggung dari Didi Kempot tersebut.
Didi Kempot memakai setelan warna hitam dengan atasan jaket, tangan kirinya masuk ke dalam saku, sementara ia memegang mik di tangan kanannya. Didi membuka lagu Layang Kangen, menuntun Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar untuk menyanyi bersama.
Pelan-pelan Didi Kempot melepas Wali Kota untuk menyanyikan intro itu seorang diri, meski sedikit agak kaku, setelah itu mereka lepas bernyanyi berdua.
"Meskipun cuma satu lagu itu kenangan yang sangat berharga, anak-anak muda jadi bangga menyanyikan lagu berbahasa Jawa. Juga musik campursari berkat Mas Didi bisa dikenal mulai anak-anak dan remaja, dulu kan identik dengan musik orang tua," tambah Mas Abu, sapaan akrabnya.
Namun, kenangan nyanyi satu panggung Mas Abu dengan Didi Kempot tidak akan mungkin bisa diulang kembali. Pada Selasa (5/5) sang maestro campursari meninggal dunia karena serangan jantung.
Wali Kota Kediri juga sangat kehilangan. Bahkan, semua "sobat ambyar" di seluruh Nusantara juga berduka ditinggal sang idola.
"Kabar ini tentu mengagetkan dan rasanya sukar untuk dipercaya. Padahal saya masih ingin mengundang Mas Didi Kempot kembali manggung di Kota Kediri. Bisa bernyanyi duet dengan beliau adalah kehormatan yang luar biasa. Saya sungguh bangga pernah punya kesempatan tersebut," Mas Abu kembali mengingat kenangan 2016 silam.
Ia juga menegaskan bahwa Didi Kempot merupakan orang yang baik. "Saya bersaksi beliau orang baik, mari kita doakan bersama semoga semua salah dan dosa-nya diampuni dan segala amal baik beliau bisa mendapatkan ganjaran surga. Aamiin," kata Mas Abu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Momentum tersebut terjadi pada 2016, jauh sebelum Didi Kempot ditahbiskan sebagai The Godfather of Broken Heart. Pada November 2019, Wali Kota Kediri kembali mengundangnya pentas di Stadion Brawijaya, setelah sang maestro benar-benar menjadi raja bagi sadboys dan sadgirls di seluruh Nusantara.
Sekitar 15.000 Sobat Ambyar yang menyaksikan konser tersebut tenggelam dalam lirik-lirik melankolis. Muda-mudi dan lintas gender merapatkan diri.
Ambyar, semua perasaan seolah terbuka begitu Didi menyanyikan lagu-lagunya. Ada yang menangis terisak-isak teringat pada mantan, ada yang begitu kangen dengan kampung halaman. Tak ada sekat-sekat genre musik, di tangan Didi Kempot, campursari bisa melibas batas gengsi.
"Ya, awalnya saya canggung nyanyinya, cuma Mas Didi menuntun pelan-pelan. Saya kan biasanya dulu main band dengan genre rock, dengan Mas Didi Kempot saya harus nyanyi campursari yang cengkok-nya beda dengan rock," kata Abdullah Abu Bakar di Kediri, Rabu.
Ia sangat terkenang dengan aksi panggung dari Didi Kempot tersebut.
Didi Kempot memakai setelan warna hitam dengan atasan jaket, tangan kirinya masuk ke dalam saku, sementara ia memegang mik di tangan kanannya. Didi membuka lagu Layang Kangen, menuntun Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar untuk menyanyi bersama.
Pelan-pelan Didi Kempot melepas Wali Kota untuk menyanyikan intro itu seorang diri, meski sedikit agak kaku, setelah itu mereka lepas bernyanyi berdua.
"Meskipun cuma satu lagu itu kenangan yang sangat berharga, anak-anak muda jadi bangga menyanyikan lagu berbahasa Jawa. Juga musik campursari berkat Mas Didi bisa dikenal mulai anak-anak dan remaja, dulu kan identik dengan musik orang tua," tambah Mas Abu, sapaan akrabnya.
Namun, kenangan nyanyi satu panggung Mas Abu dengan Didi Kempot tidak akan mungkin bisa diulang kembali. Pada Selasa (5/5) sang maestro campursari meninggal dunia karena serangan jantung.
Wali Kota Kediri juga sangat kehilangan. Bahkan, semua "sobat ambyar" di seluruh Nusantara juga berduka ditinggal sang idola.
"Kabar ini tentu mengagetkan dan rasanya sukar untuk dipercaya. Padahal saya masih ingin mengundang Mas Didi Kempot kembali manggung di Kota Kediri. Bisa bernyanyi duet dengan beliau adalah kehormatan yang luar biasa. Saya sungguh bangga pernah punya kesempatan tersebut," Mas Abu kembali mengingat kenangan 2016 silam.
Ia juga menegaskan bahwa Didi Kempot merupakan orang yang baik. "Saya bersaksi beliau orang baik, mari kita doakan bersama semoga semua salah dan dosa-nya diampuni dan segala amal baik beliau bisa mendapatkan ganjaran surga. Aamiin," kata Mas Abu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020