Meski banyak dunia usaha yang terpuruk akibat pandemi COVID-19, Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bojonegoro, Jatim yang memproduksi pengolahan hasil pertanian, seperti kripik, rengginang dan olahan makanan ringan lainnya tetap bertahan, tidak mengalami kendala dalam pemasarannya.
Ketua P4S Gading, Kristin, Minggu mengatakan bertahannya produksi pengolahan pertanian miliknya karena melahirkan terobosan baru, dengan mengubah pola usaha yang selama ini sudah dijalani, yakni menginventarisir kebutuhan masyarakat, kemudian diperkuat dengan pola pemasaran melalui media sosial seperti Whatsapp, website, Instagram, Facebook, serta menyediakan layanan pesan antar.
"Kami melakukan kolaborasi dengan binaan P4S Gading lainnya, terutama produk sayuran, buah-buahan, rempah, herbal dan jamu-jamuan. Bahkan antarP4S saling koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan kunyit, jahe dan temulawak," katanya.
Apa yang dilakukan oleh P4S Gading Bojonegoro membawa dampak positif terhadap perkembangan usaha mitra binaan P4S Gading, dan masyarakat sekitar.
Sehingga, meski di tengah wabah COVID-19 P4S Gading mampu mendongkrak penjualan khususnya produk sayuran dalam waktu tiga hari melalui media sosial sebanyak empat kuintal, ditambah komoditas lain seperti jambu kristal, bawang goreng, sambal pecel matoh dari Bojonegoro yang juga dipasarkan melalui daring.
"Dari pengalaman ini, saya semakin memahami dalam setiap usaha yang dijalankan, butuh ketekunan, ide, yang kemudian melahirkan kreativitas,” ujar Kristin.
Saat ini, kata Kristin, omzet yang tercatat sekitar Rp100 juta perbulan, dari biasanya sebesar Rp75juta, dan jumlah karyawan 8 orang.
"Sebelum wabah COVID-19, lokasi kami juga sering dipergunakan sebagai tempat pelatihan dan permagangan petani, siswa, mahasiswa dan masyarakat lainnya yang ingin belajar pengolahan dengan bahan dasar singkong, bahkan dipergunakan juga sebagai tempat uji kompetensi, namun saat ini sudah tidak lagi karena adanya pandemi," katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam keterangan persnya mengaku selalu mendukung usaha petani bertahan di tengah pandemi COVID-19.
"Saya berpesan kepada seluruh jajaran untuk mendukung petani. Petani harus tetap menanam, berkarya walaupun besok mau kiamat. Dampingi petani, jadilah pahlawan pertanian disaat negara membutuhkan," katanya.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, mengapresiasi terbosan yang dilakukan P4S untuk melayani ketersediaan kebutuhan pangan masyarakat baik berupa produk segar maupun produk olahan hasil pertanian.
"P4S sebagai pusat pembelajaran pertanian, dan juga salah satu ujung tombak dalam pembanguan SDM pertanian dituntut harus kompetitif, kreatif, komunikatif dan kolaboratif, sehingga keberadaannya dapat memberikan manfaat, kata Bustanul.
Sebelumnya juga, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam setiap kesempatan sering menyampaikan bahwa tengah pandemi ini, diharapkan muncul terobosan-terobosan baru, sekaligus menjadi lompatan perubahan besar pada setiap aktivitas pertanian. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Ketua P4S Gading, Kristin, Minggu mengatakan bertahannya produksi pengolahan pertanian miliknya karena melahirkan terobosan baru, dengan mengubah pola usaha yang selama ini sudah dijalani, yakni menginventarisir kebutuhan masyarakat, kemudian diperkuat dengan pola pemasaran melalui media sosial seperti Whatsapp, website, Instagram, Facebook, serta menyediakan layanan pesan antar.
"Kami melakukan kolaborasi dengan binaan P4S Gading lainnya, terutama produk sayuran, buah-buahan, rempah, herbal dan jamu-jamuan. Bahkan antarP4S saling koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan kunyit, jahe dan temulawak," katanya.
Apa yang dilakukan oleh P4S Gading Bojonegoro membawa dampak positif terhadap perkembangan usaha mitra binaan P4S Gading, dan masyarakat sekitar.
Sehingga, meski di tengah wabah COVID-19 P4S Gading mampu mendongkrak penjualan khususnya produk sayuran dalam waktu tiga hari melalui media sosial sebanyak empat kuintal, ditambah komoditas lain seperti jambu kristal, bawang goreng, sambal pecel matoh dari Bojonegoro yang juga dipasarkan melalui daring.
"Dari pengalaman ini, saya semakin memahami dalam setiap usaha yang dijalankan, butuh ketekunan, ide, yang kemudian melahirkan kreativitas,” ujar Kristin.
Saat ini, kata Kristin, omzet yang tercatat sekitar Rp100 juta perbulan, dari biasanya sebesar Rp75juta, dan jumlah karyawan 8 orang.
"Sebelum wabah COVID-19, lokasi kami juga sering dipergunakan sebagai tempat pelatihan dan permagangan petani, siswa, mahasiswa dan masyarakat lainnya yang ingin belajar pengolahan dengan bahan dasar singkong, bahkan dipergunakan juga sebagai tempat uji kompetensi, namun saat ini sudah tidak lagi karena adanya pandemi," katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam keterangan persnya mengaku selalu mendukung usaha petani bertahan di tengah pandemi COVID-19.
"Saya berpesan kepada seluruh jajaran untuk mendukung petani. Petani harus tetap menanam, berkarya walaupun besok mau kiamat. Dampingi petani, jadilah pahlawan pertanian disaat negara membutuhkan," katanya.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, mengapresiasi terbosan yang dilakukan P4S untuk melayani ketersediaan kebutuhan pangan masyarakat baik berupa produk segar maupun produk olahan hasil pertanian.
"P4S sebagai pusat pembelajaran pertanian, dan juga salah satu ujung tombak dalam pembanguan SDM pertanian dituntut harus kompetitif, kreatif, komunikatif dan kolaboratif, sehingga keberadaannya dapat memberikan manfaat, kata Bustanul.
Sebelumnya juga, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam setiap kesempatan sering menyampaikan bahwa tengah pandemi ini, diharapkan muncul terobosan-terobosan baru, sekaligus menjadi lompatan perubahan besar pada setiap aktivitas pertanian. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020