Pemilihan kepala daerah merupakan hajatan politik yang digelar setiap lima tahunan. Tak heran, ketika mulai memasuki tahapan-tahapan pelaksanaan pilkada, tidak sedikit warga mengunggah foto dan video bakal calon bupati masing-masing ke sosial media.
Tak terkecuali di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menjelang pelaksanaan pilkada yang akan dilaksanakan pada 23 September 2020, sejak dua bulan terakhir para pendukung masing-masing bakal calon bupati memanfaatkan sosial media untuk mengampanyekan jagoannya.
Tidak hanya mengunggah foto dengan caption memuji bakal calon bupati yang didukungnya, bahkan tak sedikit pula pengguna akun sosial media facebook misalnya, yang mengejek unggahan foto bacabup lainnya.
Maklum, era digitalisasi saat ini bebas dan memudahkan masyarakat berkomentar di sosial media, bahkan komentar mengejek bakal calon bupati yang tidak didukungnya, baik menggunakan akun pribadi maupun akun palsu.
Dalam momentum Pilkada Situbondo, sosial media facebook maupun WhatsApp (WA) grup, sangat tren menjadi alat mengampanyekan bacabup oleh masing-masing pendukung. Saling berbalas komentar antara pendukung bakal calon satu dengan lainnya.
Tentunya, dengan menayangkan bakal calon bupati yang didukung maupun mengomentari bakal calon bupati lainnya, tidak lain untuk memengaruhi suara kelompok pemilih di sosial media.
Namun demikian, tak dapat pula dihindari konflik dan gesekan antar pendukung yang menyebar di sosial media. Meskipun gesekan-gesekan merupakan suatu yang normal karena perbedaan persepsi, namun juga jika berlebihan dapat merusak persaudaraan.
Dalam pemilihan kepala daerah, para bakal calon bupati memiliki niat dan tujuan baik yang sama untuk memimpin suatu daerah, yakni menyejahterahkan masyarakat.
Sosial media saat ini, merupakan alat media kekinian bagi bakal calon bupati dan para pendukungnya, untuk mengunggah kegiatan kampanye, kegiatan sosial serta giat lainnya untuk memperoleh dukungan warga dan terpilih untuk duduk di kursi bupati.
Olah karenanya, di era digitalisasi saat ini, sudah saatnya masyarakat mendewasakan diri dan bijaksana dalam bersosial media. Terlebih yang dapat memutus tali persaudaraan yang disebabkan perbedaan pilihan politik.
Di Kabupaten Situbondo, baru ada dua bakal calon bupati yang akan "bertarung" dalam hajatan 23 September 2020, yakni Yoyok Mulyadi (mantan Kepala Dinas PUPR Situbondo), yang saat ini menjabat Wakil Bupati Situbondo, dan Karna Suswandi, yang merupakan kelahiran Situbondo dan saat ini menjabat Kepala Dinas PUPR Kabupaten Lumajang.
Pada Sabtu 22 Februari 2020, DPC PPP Situbondo resmi mengusung Karna Suswandi sebagai bacabup dan Bung Karna (panggilan akrabnya) itu merupakan satu dari empat kandidat yang mendaftar dan mengembalikan formulir ke PPP.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Tak terkecuali di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menjelang pelaksanaan pilkada yang akan dilaksanakan pada 23 September 2020, sejak dua bulan terakhir para pendukung masing-masing bakal calon bupati memanfaatkan sosial media untuk mengampanyekan jagoannya.
Tidak hanya mengunggah foto dengan caption memuji bakal calon bupati yang didukungnya, bahkan tak sedikit pula pengguna akun sosial media facebook misalnya, yang mengejek unggahan foto bacabup lainnya.
Maklum, era digitalisasi saat ini bebas dan memudahkan masyarakat berkomentar di sosial media, bahkan komentar mengejek bakal calon bupati yang tidak didukungnya, baik menggunakan akun pribadi maupun akun palsu.
Dalam momentum Pilkada Situbondo, sosial media facebook maupun WhatsApp (WA) grup, sangat tren menjadi alat mengampanyekan bacabup oleh masing-masing pendukung. Saling berbalas komentar antara pendukung bakal calon satu dengan lainnya.
Tentunya, dengan menayangkan bakal calon bupati yang didukung maupun mengomentari bakal calon bupati lainnya, tidak lain untuk memengaruhi suara kelompok pemilih di sosial media.
Namun demikian, tak dapat pula dihindari konflik dan gesekan antar pendukung yang menyebar di sosial media. Meskipun gesekan-gesekan merupakan suatu yang normal karena perbedaan persepsi, namun juga jika berlebihan dapat merusak persaudaraan.
Dalam pemilihan kepala daerah, para bakal calon bupati memiliki niat dan tujuan baik yang sama untuk memimpin suatu daerah, yakni menyejahterahkan masyarakat.
Sosial media saat ini, merupakan alat media kekinian bagi bakal calon bupati dan para pendukungnya, untuk mengunggah kegiatan kampanye, kegiatan sosial serta giat lainnya untuk memperoleh dukungan warga dan terpilih untuk duduk di kursi bupati.
Olah karenanya, di era digitalisasi saat ini, sudah saatnya masyarakat mendewasakan diri dan bijaksana dalam bersosial media. Terlebih yang dapat memutus tali persaudaraan yang disebabkan perbedaan pilihan politik.
Di Kabupaten Situbondo, baru ada dua bakal calon bupati yang akan "bertarung" dalam hajatan 23 September 2020, yakni Yoyok Mulyadi (mantan Kepala Dinas PUPR Situbondo), yang saat ini menjabat Wakil Bupati Situbondo, dan Karna Suswandi, yang merupakan kelahiran Situbondo dan saat ini menjabat Kepala Dinas PUPR Kabupaten Lumajang.
Pada Sabtu 22 Februari 2020, DPC PPP Situbondo resmi mengusung Karna Suswandi sebagai bacabup dan Bung Karna (panggilan akrabnya) itu merupakan satu dari empat kandidat yang mendaftar dan mengembalikan formulir ke PPP.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020