Perum Jasa Tirta (PJT) I menyiapkan terobosan digitalisasi untuk memudahkan masyarakat memperoleh informasi terkait potensi banjir serta menjawab tantangan era digital di masa revolusi industri 4.0.

Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan di Surabaya, Senin mengatakan, terobosan digitalisasi merupakan salah satu kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan juga penugasan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Terobosan digitalisasi ini kami buka. Kami mau publish data hidrometri dan hidroloigi yang bisa diakses publik. Kami sambung dengan platform yang dimiliki Kementerian PUPR sehingga bisa satu data untuk satu wilayah sungai," ujar Raymond.

Saat ini, PJT I telah membangun Command Centre sebagai pusat kendali banjir yang mencakup lima wilayah sungai strategis nasional, yakni Sungai Brantas, Bengawan Solo, Jeratun Seluna, Serayu Bogowonto, dan Toba Asahan. Command Center tersebut telah dioperasionalkan sejak 31 Januari 2019 lalu.

Adapun data yang dapat terpantau, selain titik elevasi permukaan sungai dan debit air, ruang kontrol yang terintegrasi secara realtime dan darinh, serta mampu mengetahui kondisi kualitas air.

"Melalui Command Center itu juga dapat memantau dan memperingatkan akan terjadinya bencana yang bisa dideteksi lebih dini," tuturnya.

Misalnya, saat kondisi curah hujan lebih dari 50 mm dalam sejam atau ada luapan dari air sungai ke bendungan dan itu masuk kategori kritis. Maka di layar akan nampak dari biru ke tanda siaga hijau, kuning, atau merah.

"Petugas memantau dan melaporkannya selama 24 jam sehari. Hanya dalam tataran air ya. Kecuali gempa bumi tak bisa terdeteksi," katanya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020