Sejumlah tokoh nasional bersama ribuan pelayat menghadiri pemakaman pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid yang wafat karena sakit di RS Harapan Kita, Jakarta, Ahad (2/2/) malam.

Beberapa tokoh nasional yang hadir di pemakaman Gus Sholah pada Senin sore itu antara lain pengacara kondang Hotman Paris, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, yang juga Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, mantan Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan sejumlah tokoh lainnya.

Hotman saat dikonfirmasi ketika datang ke rumah duka di Pesantren Tebuireng, Jombang, mengaku sangat hormat kepada Gus Sholah.

Ia juga menilai Gus Sholah sebagai tokoh Islam yang pintar. Bukan hanya soal akademisi, tapi juga netral.

"Beliau tokoh Islam yang pintar, akademisi dan sangat netral. Aku bisa masuk ke pesantren karena beliau utamakan memberi motivasi ke santri," kata dia.
Jenazah almarhum KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah dibawa ke masjid untuk disholati di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Senin (3/2/2020). Gus Sholah meninggal dunia pada Minggu (2/2/2020) pukul 20.55 WIB setelah menjalani perawatan pascaoperasi jantung. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/hp.


Hotman juga mengatakan, Gus Sholah juga sosok yang mempunyai keilmuan sangat baik. Misalnya, dirinya pernah membahas kasus hukum di Amerika Serikat, ternyata Gus Sholah juga mengimbangi dengan memberikan contoh.

"Saya tidak bisa lupakan beliau, dimana beliau itu berbobot. Waktu bahas kasus hukum di Amerika, (Gus Sholah) juga kasih contoh. Sangat berbobot. Dia benar intelektual dan netral. Tidak pernah memihak manapun dan objektif," kata dia.

Ia juga masih teringat saat dirinya diundang ke Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, untuk memberikan motivasi pada para santri. Hal yang juga membuat dirinya takjub, karena Gus Sholah juga lebih mementingkan memberikan motivasi kepada anak didiknya. Bahkan, dirinya sempat diberi gelar Gus.

Selain Hotman Paris, tokoh lain yang datang adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Ia juga menilai perjalanan hidup Gus Sholah juga untuk kepentingan bangsa. Dengan Muhammadiyah, berkolaborasi membuat film dokumenter "Jejak Langkah 2 Ulama" yang menceritakan perjalanan Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy"ari.

"Saya merasa kehilangan beliau dan berat ditinggal, tapi kita harus melepas dengan keikhlasan," kata Haidar.

Sementara itu, pemakaman jenazah Gus Sholah maju dari jadwal semula. Rencananya, pukul 16.00 WIB baru dimakamkan, namun keluarga memutuskan untuk memakamkan lebih awal, menjadi sekitar pukul 14.30 WIB, jenazah sudah dimakamkan.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020