Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat jika bulan Februari dan Maret merupakan puncak musim hujan, di Jawa Timur. Musim hujan tahun ini memang sedikit "berbeda" dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak kejadian-kejadian alam yang tak terhindarkan, terutama bencana alam yang saat ini sering menyapa.

Di Kabupaten Sidoarjo, misalnya, sudah tiga kali tercatat musibah bencana angin kencang. Tidak begitu parah kerusakannya, tapi dalam medio dua pekan sudah tiga titik lokasi bencana angin kencang yang terjadi. Pertama di Kecamatan Candi, Krian dan juga di Sukodono.

Bencana hidrometereologi yang juga menyapa warga Sidoarjo, yakni banjir. Dua pekan juga, banjir menggenangi RSUD Sidoarjo hingga mengakibatkan ruangan IGD terendam air setinggi 30 centimeter.

Sama dengan Sidoarjo, Surabaya juga disapa banjir saat musim hujan tahun ini. Kali ini, kawasan langganan banjir Jalan Mayjend Sungkono yang menjadi sasaran.

Pun demikian dengan Surabaya yang tak jauh dengan Sidoarjo, hempasan angin kencang membuat sejumlah pohon tumbang, papan reklame pun ikutan roboh. Naasnya, ada dua korban pasangan suami istri harus meregang nyawa saat kejadian pohon tumbang di Jalan Johor Surabaya.

Publik selalu diingatkan akan pentingnya mitigasi bencana alam. Sejak dini selalu diingatkan bahwa Indonesia, Jawa Timur khususnya berpotensi terjadi bencana alam.

Di wilayah Gresik, sudah menjadi langganan turun-temurun jika saat musim hujan, wilayah Balong Panggang pasti mengecap pahitnya kado tahunan itu. Banjir setinggi 1 meter sampai 1,5 meter pasti menyapa warga yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto ini. Sebabnya sepele, luapan Kali Lamong yang menjadi penyebab banjir wilayah itu.

Untuk mengatasi permasalahan banjir tahunan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan langkah jangka panjang, salah satunya dengan melakukan penanggulan dan normalisasi sungai.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga sempat melakukan peninjauan langsung lokasi banjir akibat luapan Kali Lamong baik itu yang di Gresik atau juga juga di Mojokerto.

Terbaru, Pemprov Jatim bersama dengan pemangku kepentingan seperti BPBD, marinir, kepolisian melakukan normalisasi Kali Buntung di bawah layang Waru, Sidoarjo.

Saat ini penyebab banjir adalah curah hujan yang tinggi. Namun, banjir tidak akan terjadi kalau tidak dibarengi dengan penyumbatan sungai akibat ulah manusia. Berbagai macam sampah ditemukan saat proses bersih-bersih sungai di Sidoarjo. Tidak tanggung-tanggung sampah rumah tangga seperti kasur, potongan pohon, bahkan bangkai ular ditemukan. Selain itu, juga ada tumbuhan eceng gondok yang biasa mangkal menyumbat saluran sungai.

Akankah bencana tahunan ini masih tetap terjadi. Langkah panjang yang bisa dilakukan adalah kesadaran manusia, kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai. Kesadaran untuk tidak tinggal di bantaran sungai. Tidak semudah membalikkan tangan, apalagi sudah berlangsung turun temurun dan puluhan tahun.

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020