Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyabet gelar juara ajang Trisakti Tourism Award untuk kategori ekowisata, dan penghargaan itu diserahkan Megawati Soekarnoputri didampingi pemrakarsa Trisakti Tourism Award Wiryanti Sukamdani di Jakarta, Minggu (22/12) malam.
Keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, Senin, Ketua Dewan Juri sekaligus tokoh pariwisata Indonesia Sapta Nirwandar menilai Banyuwangi berhasil mengembangkan ekowisata untuk menjadikan pariwisata berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
"Terima kasih Ibu Megawati Soekarnoputri yang sejak awal memang selalu mendorong agar pengembangan pariwisata bisa berdampak ke kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, yang terlihat dari indikator peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menurut ia, beberapa tahun terakhir Banyuwangi melakukan banyak ikhtiar pengembangan pariwisata, apa yang selama ini dianggap sebagai hambatan, justru ditempatkan sebagai peluang.
Letaknya di ujung timur Pulau Jawa dengan impitan belantara taman nasional dan lautan disulap menjadi peluang dengan menghadirkan konsep pariwisata berbasis alam raya dan budaya alias ekowisata.
"Berkat pengembangan pariwisata, beberapa daerah yang dulunya kantong kemiskinan, sekarang kesejahteraannya mulai naik. Itu karena ekowisata memang menekankan pada aspek partisipasi bagi warga setempat, community based tourism, sehingga pengembangannya bisa berkelanjutan," katanya.
Dari sisi budaya, lanjut dia, konsep ekowisata juga dikembangkan untuk memperkuat basis seni budaya rakyat. Seperti Festival Gandrung Sewu bukan hanya menjadi atraksi pariwisata kolosal, tapi sekaligus sarana regenerasi pelaku seni.
Selain itu, proses produksi pengetahuan budaya juga dilakukan untuk mengedukasi ribuan wisatawan yang menyaksikan Festival Gandrung Sewu yang telah menjadi agenda tahunan.
"Ibu Megawati menunjukkan komitmennya langsung pada pengembangan pariwisata berbasis budaya dengan beberapa kali hadir mengapresiasi Festival Gandrung Sewu, dan berbagai festival kebudayaan lainnya di Tanah Air. Kekayaan budaya bukan hanya memperkaya kepribadian bangsa, tapi juga terbukti mampu menggerakkan ekonomi lokal," tuturnya.
Bupati Anas menambahkan, pengembangan ekowisata yang menekankan aspek partisipasi masyarakat juga sangat menarik bagi wisatawan, karena mereka bisa menyelami kehidupan warga lokal.
Ia mencontohkan, bagaimana kekayaan rempah Banyuwangi diolah menjadi kuliner bercita rasa yang dinikmati wisatawan. Di berbagai desa, kini tumbuh festival kuliner lokal yang benar-benar original digerakkan warga.
"Traveling pada akhirnya bukan hanya perjalanan wisata, tapi juga social tour yang membangun dialog antar-manusia, antara wisatawan dan warga sebagai subyek pariwisata, mereka saling belajar hal baru, saling menghargai perbedaan kultur, yang muaranya membentuk peradaban yang inklusif," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi MY Bramuda mengemukakan dengan konsep ekowisata masyarakat tak hanya menjadi "objek turistik", melainkan subjek pariwisata. Mereka menjadi wirausahawan, penyedia jasa, dan pekerja.
Masyarakat lokal membuat kerajinan, memasak kuliner lokal, menyediakan kamar, mengajarkan budaya dan kearifan lokal kepada wisatawan, sekaligus belajar kepada wisatawan tentang hal-hal baru.
"Contoh kecil praktik kebijakannya adalah Banyuwangi melarang pembangunan hotel bintang 3 ke bawah, agar masyarakat bisa mengembangkan homestay. Itulah akses ekonomi pariwisata, karena membuka homestay tidak mahal. Kuliner lokal tumbuh karena warga menyiapkan makanan khas bagi wisatawan di-homestay. Kalau hotel bintang 3 ke bawah diizinkan tumbuh, maka wisatawan tersedot ke sana, rakyat tidak bisa menikmati kuenya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, Senin, Ketua Dewan Juri sekaligus tokoh pariwisata Indonesia Sapta Nirwandar menilai Banyuwangi berhasil mengembangkan ekowisata untuk menjadikan pariwisata berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
"Terima kasih Ibu Megawati Soekarnoputri yang sejak awal memang selalu mendorong agar pengembangan pariwisata bisa berdampak ke kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, yang terlihat dari indikator peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menurut ia, beberapa tahun terakhir Banyuwangi melakukan banyak ikhtiar pengembangan pariwisata, apa yang selama ini dianggap sebagai hambatan, justru ditempatkan sebagai peluang.
Letaknya di ujung timur Pulau Jawa dengan impitan belantara taman nasional dan lautan disulap menjadi peluang dengan menghadirkan konsep pariwisata berbasis alam raya dan budaya alias ekowisata.
"Berkat pengembangan pariwisata, beberapa daerah yang dulunya kantong kemiskinan, sekarang kesejahteraannya mulai naik. Itu karena ekowisata memang menekankan pada aspek partisipasi bagi warga setempat, community based tourism, sehingga pengembangannya bisa berkelanjutan," katanya.
Dari sisi budaya, lanjut dia, konsep ekowisata juga dikembangkan untuk memperkuat basis seni budaya rakyat. Seperti Festival Gandrung Sewu bukan hanya menjadi atraksi pariwisata kolosal, tapi sekaligus sarana regenerasi pelaku seni.
Selain itu, proses produksi pengetahuan budaya juga dilakukan untuk mengedukasi ribuan wisatawan yang menyaksikan Festival Gandrung Sewu yang telah menjadi agenda tahunan.
"Ibu Megawati menunjukkan komitmennya langsung pada pengembangan pariwisata berbasis budaya dengan beberapa kali hadir mengapresiasi Festival Gandrung Sewu, dan berbagai festival kebudayaan lainnya di Tanah Air. Kekayaan budaya bukan hanya memperkaya kepribadian bangsa, tapi juga terbukti mampu menggerakkan ekonomi lokal," tuturnya.
Bupati Anas menambahkan, pengembangan ekowisata yang menekankan aspek partisipasi masyarakat juga sangat menarik bagi wisatawan, karena mereka bisa menyelami kehidupan warga lokal.
Ia mencontohkan, bagaimana kekayaan rempah Banyuwangi diolah menjadi kuliner bercita rasa yang dinikmati wisatawan. Di berbagai desa, kini tumbuh festival kuliner lokal yang benar-benar original digerakkan warga.
"Traveling pada akhirnya bukan hanya perjalanan wisata, tapi juga social tour yang membangun dialog antar-manusia, antara wisatawan dan warga sebagai subyek pariwisata, mereka saling belajar hal baru, saling menghargai perbedaan kultur, yang muaranya membentuk peradaban yang inklusif," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi MY Bramuda mengemukakan dengan konsep ekowisata masyarakat tak hanya menjadi "objek turistik", melainkan subjek pariwisata. Mereka menjadi wirausahawan, penyedia jasa, dan pekerja.
Masyarakat lokal membuat kerajinan, memasak kuliner lokal, menyediakan kamar, mengajarkan budaya dan kearifan lokal kepada wisatawan, sekaligus belajar kepada wisatawan tentang hal-hal baru.
"Contoh kecil praktik kebijakannya adalah Banyuwangi melarang pembangunan hotel bintang 3 ke bawah, agar masyarakat bisa mengembangkan homestay. Itulah akses ekonomi pariwisata, karena membuka homestay tidak mahal. Kuliner lokal tumbuh karena warga menyiapkan makanan khas bagi wisatawan di-homestay. Kalau hotel bintang 3 ke bawah diizinkan tumbuh, maka wisatawan tersedot ke sana, rakyat tidak bisa menikmati kuenya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019