Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia mengemukakan bahwa keterbatasan yang disandang anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas bukanlah penghalang karena jika diberikan kesempatan mereka juga mampu mengembangkan wawasan dan karir profesionalnya.
Ajang penganugerahan bagi pegiat pendidikan (Education Award) yang berlangsung di Pendopo KabupatenBanyuwangi, Jawa Timur, Minggu (15/12), dihadiri ratusan pelajar penyandang disabilitas, dan Angkie juga berbagi tentang pentingnya pendidikan inklusi.
"Presiden Jokowi telah memberi ruang besar. Saya sebagai disabilitas kini bisa duduk di sebelah mendampingi Presiden. Saatnya kita semua berkarya karena ruang telah terbuka lebar," ujar Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia.
Menurut ia, Angkie sebagai salah satu staf khusus telah menyampaikan kepada presiden untuk melakukan inovasi dengan mendirikan unit layanan disabilitas.
Karena dengan unit layanan disabilitas tersebut, lanjut dia, akan memberikan layanan nyata yang terintegrasi.
"Ke depan, disabilitas tidak hanya menjadi domain Kementrian Sosial. Tapi, juga menjadi tanggung jawab semua kementerian. Tak terkecuali Kementerian Pendidikan untuk terus mewujudkan sekolah inklusi," kata Angkie.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang turut serta dalam acara Education Award itu, juga menegaskan komitmen Pemkab Banyuwangi untuk mewujudkan Kabupaten Inklusi. Salah satunya dengan terus meningkatkan jumlah sekolah inklusi yang ramah bagi penyandang disabilitas.
"Di Banyuwangi, para pelajar yang berkebutuhan khusus tidak harus sekolah di SLB. Namun, saat ini kita terus mewujudkan sekolah inklusi yang bisa menerima anak-anak tersebut," ujarnya.
Sejak 2014, kata Anas, Pemkab Banyuwangi telah meluncurkan program "Agage Pintar" untuk mendorong sekolah inklusi. Saat ini tak kurang dari 217 sekolah di Banyuwangi berstatus inklusi.
"Kami juga sedang mempersiapkan anggaran untuk pendidikan keterampilan bagi para penyandang disabilitas. Sehingga mereka memiliki ketrampilan untuk bisa diterima di dunia kerja," katanya.
Selain itu, kara Anas, Banyuwangi juga sedang merancang destinasi wisata yang ramah bagi penyandang disabilitas.
"Kami sedang menyiapkan tempat khusus, sekaligus juga memastikan ke sejumlah tempat wisata di Banyuwangi untuk dilengkapi pula dengan beragam fasilitas yang cukup memudahkan bagi mereka," katanya.
Ketua Yayasan Kesejahteraan dan Pendidikan Tuna Indera Indonesia (YKPTI) Banyuwangi Dani Azwar Anas mendukung komitmen Pemkab Banyuwangi dalam memberikan perhatian terhadap kaum disabilitas.
"Selama ini perhatian pemerintah cukup tinggi. Berbagai kegiatan juga diselenggarakan untuk memberi ruang bagi para disabilitas. Kami akui PR kami masih banyak, namun akan terus kami upaya tingkatkan seperti layanan unit disabilitas seperti yang diwacanakan mbak Angkie tadi," kata Dani.
Banyuwangi Education Award sendiri memberikan penghargaan kepada sejumlah pegiat pendidikan dalam berbagai kategori. Mulai dari lembaga pendidikan berdedikasi, sahabat diknas, pendidik berprestasi, hingga pegiat pendidikan yang memiliki dedikasi sosial yang tinggi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Ajang penganugerahan bagi pegiat pendidikan (Education Award) yang berlangsung di Pendopo KabupatenBanyuwangi, Jawa Timur, Minggu (15/12), dihadiri ratusan pelajar penyandang disabilitas, dan Angkie juga berbagi tentang pentingnya pendidikan inklusi.
"Presiden Jokowi telah memberi ruang besar. Saya sebagai disabilitas kini bisa duduk di sebelah mendampingi Presiden. Saatnya kita semua berkarya karena ruang telah terbuka lebar," ujar Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia.
Menurut ia, Angkie sebagai salah satu staf khusus telah menyampaikan kepada presiden untuk melakukan inovasi dengan mendirikan unit layanan disabilitas.
Karena dengan unit layanan disabilitas tersebut, lanjut dia, akan memberikan layanan nyata yang terintegrasi.
"Ke depan, disabilitas tidak hanya menjadi domain Kementrian Sosial. Tapi, juga menjadi tanggung jawab semua kementerian. Tak terkecuali Kementerian Pendidikan untuk terus mewujudkan sekolah inklusi," kata Angkie.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang turut serta dalam acara Education Award itu, juga menegaskan komitmen Pemkab Banyuwangi untuk mewujudkan Kabupaten Inklusi. Salah satunya dengan terus meningkatkan jumlah sekolah inklusi yang ramah bagi penyandang disabilitas.
"Di Banyuwangi, para pelajar yang berkebutuhan khusus tidak harus sekolah di SLB. Namun, saat ini kita terus mewujudkan sekolah inklusi yang bisa menerima anak-anak tersebut," ujarnya.
Sejak 2014, kata Anas, Pemkab Banyuwangi telah meluncurkan program "Agage Pintar" untuk mendorong sekolah inklusi. Saat ini tak kurang dari 217 sekolah di Banyuwangi berstatus inklusi.
"Kami juga sedang mempersiapkan anggaran untuk pendidikan keterampilan bagi para penyandang disabilitas. Sehingga mereka memiliki ketrampilan untuk bisa diterima di dunia kerja," katanya.
Selain itu, kara Anas, Banyuwangi juga sedang merancang destinasi wisata yang ramah bagi penyandang disabilitas.
"Kami sedang menyiapkan tempat khusus, sekaligus juga memastikan ke sejumlah tempat wisata di Banyuwangi untuk dilengkapi pula dengan beragam fasilitas yang cukup memudahkan bagi mereka," katanya.
Ketua Yayasan Kesejahteraan dan Pendidikan Tuna Indera Indonesia (YKPTI) Banyuwangi Dani Azwar Anas mendukung komitmen Pemkab Banyuwangi dalam memberikan perhatian terhadap kaum disabilitas.
"Selama ini perhatian pemerintah cukup tinggi. Berbagai kegiatan juga diselenggarakan untuk memberi ruang bagi para disabilitas. Kami akui PR kami masih banyak, namun akan terus kami upaya tingkatkan seperti layanan unit disabilitas seperti yang diwacanakan mbak Angkie tadi," kata Dani.
Banyuwangi Education Award sendiri memberikan penghargaan kepada sejumlah pegiat pendidikan dalam berbagai kategori. Mulai dari lembaga pendidikan berdedikasi, sahabat diknas, pendidik berprestasi, hingga pegiat pendidikan yang memiliki dedikasi sosial yang tinggi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019