Dimulainya pembangunan Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir, di Kota Batu, Jawa Timur, diharapkan bisa menjadi wadah edukasi terkait HAM untuk masyarakat dan para wisatawan.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa Kota Batu merupakan destinasi wisata unggulan di Jawa Timur, sehingga keberadaan Museum HAM Munir tersebut diharapkan bisa menjadi edukasi bagi masyarakt dan para wisatawan.
"Dari awal saya berharap museum ini akan menjadi destinasi wisata, supaya orang juga mendapatkan pencerahan secara kualitatif saat berkunjung ke Batu," kata Khofifah, di Kota Batu, Jawa Timur, Minggu.
Khofifah menambahkan, jumlah kunjungan wisatawan di Kota Batu merupakan yang tertinggi di wilayah Jawa Timur. Nantinya, dengan keberadaan Museum HAM Munir tersebut, diharapkan bisa menarik minat wisatawan untuk berkunjung, sekaligus menjadi wadah edukasi.
Langkah untuk membangun Museum HAM Munir tersebut, lanjut Khofifah, merupakan bentuk dari komitmen bersama dalam membangun kebersamaan, serta melindungi dan menjaga HAM masyarakat Indonesia.
"Hal tersebut merupakan prinsip universal kemanusiaan yang harus terus kita diseminasikan," ujar Khofifah.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso mengatakan bahwa pembangunan Museum HAM Munir tersebut dinilai akan memperkaya destinasi wisata yang ada di Kota Batu. Pada 2018, Kota Batu dikunjungi 6,5 juta wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
"Kehadiran Museum HAM Munir ini menjadi salah satu destinasi untuk wisatawan, dan wadah pembelajaran kepada masyarakat, dan juga wisatawan yang datang ke Kota Batu, termasuk anak didik kita supaya memahami soal HAM," ujar Punjul.
Pembangunan Museum HAM Munir yang memiliki luas 2.200 meter persegi tersebut berada di atas tanah milik Pemerintah Kota Batu. Pembangungan tersebut, membutuhkan biaya kurang lebih Rp10 miliar, dan bersumber dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pada 2020, akan digelontorkan pembiayaan senilai Rp5 miliar, sementara sisanya akan dianggarkan pada tahun berikutnya. Desain museum tersebut, dirancang oleh Achmad Tardiyana, yang merupakan pemenang sayembara desain arsitektur Museum HAM Munir.
Secara arsitektural, rancangan museum tersebut memiliki kesederhanaan dan kelugasan geometris, namun dengan perlakuan permukaan dan dan material yang mengkontraskan kesan berat gelap dan kesan ringan terang.
Kesan berat gelap ditampilkan pada bagian bawah bangunan yang menampung galeri pelanggaran HAM. Sementara kesan ringan terang ditampilkan pada bagian bangunan yang menampung ruang kontemplasi bagi perjuangan penegakan HAM.
Tampilan kesan ringan terang pada bagian bangunan tersebut, diharapkan bisa mengajak pengguna museum untuk tetap mengingat para pejuang HAM, dan sekaligus juga tetap memiliki harapan-harapan baik dalam usaha penegakan HAM.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019