Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melalui Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya Chandra Oratmangon menyerahkan bantuan berupa tali asih kepada keluarga Dian Oktavia (21) bersama bayinya yang menderita hydrocephalus di Jojoran, Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Jatim, Selasa.

"Selain klien (bayi hydrocephalus) mendapat bantuan dari Pemkot Surabaya, Bu Wali Kota Risma juga memberikan bantuan berupa tali asih secara pribadi kepada pihak keluarga," kata Chandra Oratmangon yang didampingi Camat Gubeng dan pihak Kelurahan Airlangga saat menyerahkan tali asih.

Menurut dia, sejak bayi itu mulai lahir, sebetulnya Puskesmas Mojo juga terus memberikan pendampingan kepada klien dan bayinya. Bahkan, klien sebelumnya juga mendapat bantuan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan Program Keluarga Harapan (PKH).

"Dan sekarang kami dari DP5A juga melakukan bantuan berupa pemberdayaan ekonomi kepada ananda Dian agar ke depannya bisa mandiri secara ekonomi," ujarnya.

Baca juga: Bayi penderita hydrocephalus dapat bantuan Pemkot Surabaya

Ia mengatakan bahwa klien mengaku ke depan ingin bisa berwirausaha sembari menjaga sang buah hati. Makanya, kemudian Pemkot Surabaya menyiapkan bantuan berupa pemberdayaan ekonomi kepada klien itu.

"Adik Dian ini kan ke depan juga harus mandiri dan kuat secara ekonomi. Dia ingin bisa jualan via daring (online), makanya kita siapkan untuk itu," ujarnya.

Selain pendampingan berupa pemberdayaan ekonom, pihaknya juga memastikan juga terus melakukan monitoring kondisi psikologi klien. Tim Psikolog dari Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Surabaya beserta pihak Puskemas juga terus melakukan pendampingan, pengawalan, dan pemantauan psikologi klien beserta kesehatan sang buah hati.

"Jadi hari ini juga ada penyerahan secara simbolis dari Puskesmas Mojo ke Puskesmas Gunungsari, sehingga pendampingan, pengawalan dan pemantauan kepada klien itu langsung nyambung," katanya.

Menurutnya, karena saat ini klien sudah mulai pindah tempat tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Gunungsari, makanya kemudian pihak Puskesmas Mojo menyerahkan tugas pendampingan itu kepada jajaran Puskesmas Gunungsari. Tujuannya, agar pendampingan yang dilakukan pihak puskesmas terus nyambung.

"Saat ini kondisi psikologi dari ananda sudah mulai bangkit, karena juga banyak intervensi bantuan dari berbagai pihak, dan ini modal yang bagus karena ketika dia (klien) sakit ini akan nyambung ke bayi," katanya.

Sementara itu, salah satu Tim Psikolog dari Puspaga Surabaya, Rahmawati Dwi Anggraini menjelaskan jika dilihat saat ini, kondisi klien sudah lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan, interaksi klien dengan orang lain saat ini juga lebih baik.

"Namun sekilas, ananda (Dina) memang terlihat tegar, karena yang namanya sedih atau kecewa itu pasti juga ada," kata Rahmawati.

Apalagi, kata dia, nantinya klien juga bakal menempati tempat tinggal dan adaptasi lingkungan yang baru. Karena itu dibutuhkan pendampingan yang berkelanjutan untuk memantau kondisi klien di lingkungan yang baru itu.

Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya memastikan ke depan agar terus memberikan pendampingan, baik secara psikologi kepada klien maupun kondisi kesehatan sang bayi.

"Kita tidak bisa lepas secepatnya, itu berproses, karena untuk kasus setiap orang itu juga berbeda-beda. Makanya kita akan dampingi terus dan setiap saat akan kita monitor progres perhari atau perminggu, hasilnya akan kita sampaikan ke ibu wali kota," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019