Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kembali merilis film layar lebar keempat berjudul Sang Prawira yang akan tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia mulai 28 November 2019.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin mengatakan film pertama yang dirilis Polri berjudul 22 Menit yang menceritakan peristiwa teror bom di Thamrin, Jakarta yang tayang Juli 2018.
Film kedua Pohon Terkenal yang bercerita tentang Taruna dan Taruni Akademi Kepolisian dirilis Maret 2019 lalu. Serta film tentang pengungkapan kasus perdagangan manusia yang tayang awal November 2019 lalu, Hanya Manusia.
"Film Sang Prawira sangat bagus untuk ditonton oleh semua elemen masyarakat. Film ini menceritakan kisah nyata seorang anak muda yang gigih kemauannya walaupun dia berasal keluarga kurang mampu di kampungnya," katanya.
Barung mengajak semua masyarakat untuk nonton ke bioskop-bioskop kesayangan anda di seluruh Indonesia yang mulai tayang sejak 28 November 2019.
"Ajak orang tua, anak anak, teman, saudara dan semua kenalan untuk nonton Sang Prawira," katanya
Sementara itu, produser film Sang Prawira, Ponti menjelaskan, film terinspiratif seorang pemuda di kampung tepian Danau Toba yang bercita-cita menjadi polisi. Namun niat itu ada pertentangan ayahnya yang menginginkan menjadi seorang pengusaha.
Film tersebut menyuguhkan pergulatan sebuah keluarga di mana antara istri dan suami tidak sepaham dalam merancang masa depan anaknya ketika anaknya duduk di bangku SMA.
Si Ibu, kata Ponti, ingin menuruti kemauan anaknya jadi polisi sementara si bapak lebih condong anaknya bekerja di luar negeri agar dapat menolong keuangan keluarga yang selama ini tergolong miskin.
Ide cerita film lahir dari para pejabat Utama Polda Sumut yang didukung oleh Wakapolda Sumut, Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto danbkemudian diperkaya oleh Kapolda Sumut, Irjen Pol Agus Andrianto, terutama tentang sosok seorang polisi yang berani dan tangguh serta muatan pesan moral pedagogis (strategi pembelajaran) kepada masyarakat.
"Film layar lebar ini selain menampilkan profesionalisme polisi dalam menjalankan tugas, juga memperkenalkan berbagai kultur masyarakat dan destinasi wisata serta membangun rasa nasionalisme," ujarnya.
Sementara untuk lokasi syuting mengambil 130 titik dan tersebar di beberapa daerah seperti Karo, Simalungun, Tobasa, humbahas Tanjung Balai, Sibolga, Nias, Medan, Semarang (Akpol) dan Jakarta (Mabes Polri).
Pada film itu beberapa pejabat negara dan Polri terlibat seperti Mendagri Tito Karnavian, Menkumham Yasoana laoly, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, As SDM Polri Irjen Eko Indra Heri, Kapolda Sumatera Utara dan sebagainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin mengatakan film pertama yang dirilis Polri berjudul 22 Menit yang menceritakan peristiwa teror bom di Thamrin, Jakarta yang tayang Juli 2018.
Film kedua Pohon Terkenal yang bercerita tentang Taruna dan Taruni Akademi Kepolisian dirilis Maret 2019 lalu. Serta film tentang pengungkapan kasus perdagangan manusia yang tayang awal November 2019 lalu, Hanya Manusia.
"Film Sang Prawira sangat bagus untuk ditonton oleh semua elemen masyarakat. Film ini menceritakan kisah nyata seorang anak muda yang gigih kemauannya walaupun dia berasal keluarga kurang mampu di kampungnya," katanya.
Barung mengajak semua masyarakat untuk nonton ke bioskop-bioskop kesayangan anda di seluruh Indonesia yang mulai tayang sejak 28 November 2019.
"Ajak orang tua, anak anak, teman, saudara dan semua kenalan untuk nonton Sang Prawira," katanya
Sementara itu, produser film Sang Prawira, Ponti menjelaskan, film terinspiratif seorang pemuda di kampung tepian Danau Toba yang bercita-cita menjadi polisi. Namun niat itu ada pertentangan ayahnya yang menginginkan menjadi seorang pengusaha.
Film tersebut menyuguhkan pergulatan sebuah keluarga di mana antara istri dan suami tidak sepaham dalam merancang masa depan anaknya ketika anaknya duduk di bangku SMA.
Si Ibu, kata Ponti, ingin menuruti kemauan anaknya jadi polisi sementara si bapak lebih condong anaknya bekerja di luar negeri agar dapat menolong keuangan keluarga yang selama ini tergolong miskin.
Ide cerita film lahir dari para pejabat Utama Polda Sumut yang didukung oleh Wakapolda Sumut, Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto danbkemudian diperkaya oleh Kapolda Sumut, Irjen Pol Agus Andrianto, terutama tentang sosok seorang polisi yang berani dan tangguh serta muatan pesan moral pedagogis (strategi pembelajaran) kepada masyarakat.
"Film layar lebar ini selain menampilkan profesionalisme polisi dalam menjalankan tugas, juga memperkenalkan berbagai kultur masyarakat dan destinasi wisata serta membangun rasa nasionalisme," ujarnya.
Sementara untuk lokasi syuting mengambil 130 titik dan tersebar di beberapa daerah seperti Karo, Simalungun, Tobasa, humbahas Tanjung Balai, Sibolga, Nias, Medan, Semarang (Akpol) dan Jakarta (Mabes Polri).
Pada film itu beberapa pejabat negara dan Polri terlibat seperti Mendagri Tito Karnavian, Menkumham Yasoana laoly, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, As SDM Polri Irjen Eko Indra Heri, Kapolda Sumatera Utara dan sebagainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019