Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Soetomo Surabaya mengembangkan aplikasi untuk membantu persiapan bedah otak agar pengobatan parkinson bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Joni Wahyuhadi di Surabaya, Kamis mengatakan pihaknya menggandeng Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) untuk mengembangkan aplikasi bernama Brain Anatomi Morfologi Generated (BAMAG) guna membantu pasien parkinson yang menjangkit ada 300 per 100 ribu jiwa.

"Misal di Jawa Timur penduduknya 30 juta bisa dihitung banyaknya yang menderita perkinson dan biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan. Ini tidak akan tertangani kalau tidak menggunakan teknologi. Alat ini sudah ada di luaran tapi harganya sangat mahal," kata dia.

Dengan kecerdasan buatan dalam aplikasi ini, maka diciptakan teknologi yang lebih baik di luaran. Aplikasi BAMAG, lanjut Joni, akan menyimpan hasil CT Scan, MRI dan MRA pasien.

Bahkan terdapat detail vasculer-nya sehingga lokasi pembuluh darah di otak terlihat jelas.

"Karena ada ribuan pembuluh darah di otak kalau kena akan pendarahan. Makanya kami perbaiki teknologi kami lebih baik dari di luaran," ujarnya.

Joni menambahkan saat operasi, untuk mengetahui posisi yang tepat dalam otak cukup sulit. Sehingga pengembangan alat ini akan membuat dokter bisa melihat detail otak pasien. Kemudian dokter bisa melakukan tindakan operasi yang cepat dan tepat dengan waktu hanya 15 menit.

"Kalau memang terbukti bagus bisa menentukan presisi kelainan pada otak maka akan kami aplikasikan ke masyarakat dan kami luncurkan," ucapnya.

Ketua tim pengembangan aplikasi dari ITS, Prof Riyanarto Sarno mengungkapkan aplikasi ini diujicoba dengan memakai data 15 pasien yang direncanakan dioperasi selama sepekan ini.

"Alat ini sudah diuji coba sehingga kesalahannya 0,1 milimeter," urainya.

Ia menjelaskan jika berhasil maka teknologi virtual reality dalam aplikasi ini pertama kali dimiliki RSUD Dr Soetomo.

"Rencananya aplikasi bisa dikembangkan ke 3D dan mix reality. Setingkat lebih canggih dibandingkan virtual reality karena lebih nyata dengan data kepala dan otak pasien," kata dia.

Riyanarto berharap dengan memproduksi alat kesehatan sendiri maka rumah sakit bisa meminimkan biaya kesehatan.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019