Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang menyatakan bahwa Pemerintah Kota Malang perlu mewaspadai adanya kenaikan harga khususnya pada kelompok pengeluaran pangan, menjelang akhir tahun 2019.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang Azka Subhan mengatakan, menjelang datangnya akhir tahun 2019, diperkirakan akan terjadi kenaikan harga khususnya untuk komoditas pangan. Namun, diharapkan kenaikan harga tersebut masih dalam batas yang wajar.
"Mendekati Desember, akan ada kenaikan. Tapi kenaikan yang wajar, dengan inflasi yang tidak terlalu tinggi. Itu yang diharapkan," kaya Azka, di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat.
Azka menjelaskan, berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, memasuki bulan Desember ada kecenderungan peningkatan kebutuhan pangan, untuk menyambut datangnya perayaan Natal dan tahun baru.
Menurut Azka, yang patut diantisipasi adalah kurangnya pasokan komoditas pangan untuk wilayah Kota Malang, mengingat kota terbesar kedua di Jawa Timur tersebut merupakan wilayah perkotaan dan bukan merupakan daerah produsen pangan.
"Pada Desember, kebutuhan untuk Natal dan tahun baru akan meningkat, kegiatan akhir tahun itu banyak, yang khawatir jika pasokannya itu kurang," ujar Azka.
Namun, Azka meyakini bahwa tingkat inflasi Year on Year (YoY) Kota Malang akan tetap terkendali, dan berada pada angka yang ideal meskipun Kota Malang bukan daerah penghasil pangan.
Hal tersebut dikarenakan, arus distribusi dan ketersediaan bahan pokok penting dari wilayah lain yang memasok kebutuhan pokok Kota Malang, dalam kondisi terjaga. Jika tidak ada hambatan arus distribusi, dipastikan ketersediaan bahan pokok penting akan mencukupi.
"Kuncinya, produksi dan distribusi. Jika produksinya kurang, bisa dibantu distribusi dari daerah lain. Kalau produksi dan distribusi terganggu, itu akan menjadi masalah," kata Azka.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, tingkat inflasi YoY Kota Malang tercatat sebesar 2,45 persen. Sementara untuk inflasi kalender, tercatat 1,41 persen. Pada Oktober 2019, Kota Malang mengalami deflasi sebesar 0,04 persen.
Deflasi tersebut didorong adanya penurunan harga pada kelompok bahan makanan, yang mengalami penurunan mencapai 0,90 persen dan memberikan andil cukup tinggi terhadap deflasi Kota Malang.
Penurunan harga telur ayam ras sebesar 9,16 persen pada Oktober 2019 tersebut, memberikan andil sebesar 0,06 persen. Selain itu, komoditas pangan lain yang memberikan andil deflasi Kota Malang adalah penurunan harga cabai rawit sebesar 16,54 persen dengan andil 0,06 persen.
Selain itu, harga daging ayam ras juga tercatat turun 3,18 persen dengan andil 0,04 persen. Selain itu, penurunan juga terjadi pada komoditas bawang merah, bawang putih, dan jagung manis.
Selain penurunan pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang juga memberikan andil terhadap deflasi. Pada kelompok sandang, penurunan harga emas sebesar 2,46 persen, memberikan andil 0,02 persen terhadap deflasi Kota Malang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019