Musuem Bank Indonesia merupakan museum yang memiliki sejarah cuku panjang dalam dunua perbankan di Indonesia. Di dalamnya, banyak terekam catatan sejarah tentang dunia perbankan termasuk mata uang zaman dahulu.

Museum Bank Indonesia merupakan cagar budaya. Terletak di Kota Tua, Jakarta Barat, bangunan ini dulunya merupakan milik Hindia Belanda dengan nama Netherlands Indies Gulden atau De Javasche Bank yang menjadi bank sentral milik Hindia Belanda. 

Sejarah Museum Bank Indonesia tidak bisa terlepas dari masa penjajahan Belanda di Indonesia. De Javasche Bank ini dulunya terbentuk pada 1828 sebagai bank sirkulasi milik Hindia Belanda. 
 

Kendati Jepang menguasai Hindia Belanda, ternyata bank ini tetap berfungsi sebagai bank sentral hingga kemerdekaan Indonesia pada 1945. Hingga kemudian, Indonesia berhasil menjadikan bangunan ini sebagai bank sentral Indonesia pada 1963. Pada 2006, bangunan ini diubah menjadi museum yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Juli 2009. 

Beragam koleksi ada di musuem ini. Di awal, pengunjung akan disuguhi beragam visual model bank zaman dahulu. Selain itu, di dalamnya juga banyak koleksi. 

Di Musuem Bank Indonesia ini, masyarakat juga akan mendapatkan beragam informasi seperti kebijakan moneter dan sistem pembayaran yang terus berubah seiring dengan waktu. 
 

Pengelola musuem juga memberikan informasi baik visual maupun audio visual tentang sejarah mata uang dan perdagangan di Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang. 

Mata uang yang ditunjukkan juga beragam, mulai koin emas, perak, termasuk uang kertas. Koleksinya meliputi mata uang numismatik terlengkap di Indonesia, dari era abad ke-14. Numismatik merupakan kegiatan yang bertujuan mengoleksi mata uang seperti koin, uang kertas, dan berbagai macam lainnya. 
 

Di dalamnya, juga terdapat beragam model patung yang menceritakan tentang aktivitas keuangan. Misalnya, anak-anak yang diajarkan menabung lewat celengan dari tanah liat, lalu patung dengan baju modern namun terdapat warga Tionghoa yang juga bekerja. Disebut saat itu, warga Tionghoa memang sengaja dipekerjakan, sebab mereka dinilai orang yang sangat teliti dalam berhitung. Saat itu, aktivitas perbankan masih belum secanggih saat ini, dimana untuk menghitung uang dilakukan satu per satu. 

Selain itu, di dalamnya juga terdapat tiruan emas batangan yang ditempatkan di ruangan khusus. Pengunjung juga dapat memegang emas batangan tiruan itu. Kendati tidak asli, untuk model, hingga berat juga dibuat sama dengan emas asli.
 

Pengunjung juga disuguhi video singkat tentang perjalanan Museum Bank Indonesia. Dari situ, akan dijelaskan tentang historis pendirian bank ini hingga berubah menjadi bank sentral. 

Berkunjung ke Musuem Bank Indonesia akan menggugah kembali tentang sejarah. Seluruh bangunan dibuat dari zaman dahulu. Bahkan, saat di lobi kaca jendela juga dari zaman kuno, buatan tahun 1935. 

Selain mempunyai koleksi sejarah, pengunjung juga bisa memanfaatkan fasilitas lain yang sudah disediakan, seperti pusat informasi Bank Indonesia, ruang auditorium, kafe, dan beberapa lokasi lainnya. Untuk kafe, desain juga era dahulu, sesuai dengan era musuem. 

Jadi, jika ingin mengetahui tentang museum Bank Indonesia, termasuk sejarahnya, tidak ada salahnya berkunjung ke tempat ini. Pengunjung bisa masuk setiap hari kecuali hari libur nasional. Biayanya terjangkau, hanya Rp5 ribu per orang. 

Kholis, salah seorang pengunjung asal Kediri mengaku senang bisa berkunjung ke Museum Bank Indonesia. Ia bisa melihat banyak koleksi sejarah termasuk mengetahui sejarah pendirian Bank Indoneisia. Ia bahkan bisa memegang tiruan emas batangan.

"Rasanya senang bisa berkunjung ke Musuem Bank Indonesia ini. Saya menjadi tahu banyak hal, seperti melihat uang yang digunakan untuk transaksi zaman dahulu, hingga perjalanan Bank Indonesia dari dahulu hingga sekarang," kata Kholis. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019