Sejumlah dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan pengabdian masyarakat dengan fokus pada pendampingan dan pembinaan terhadap nelayan dan industri rumah tangga (IRT) di Kepulauan Sapeken, Sumenep, Madura, demi melejitkan potensi ekonomi di wilayah itu.

Salah seorang dosen anggota tim, Dr Iin Hindun, di Malang, Rabu, mengatakan berdasarkan hasil observasi dan riset yang dilakukan oleh beberapa dosen sebelumnya, dengan difasilitasi Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas-Kangean Energy Indonesia (KEI) terungkap bahwa Kepulauan Sapeken menyimpan potensi kelautan yang sangat besar.

"Namun, kami berfokus pada dua hal, yaitu mengangkat potensi jajanan atau oleh-oleh yang berasal dari daerah ini. Salah satu yang kami dorong adalah pembuatan abon. Di sini sangat banyak ikan, udang, kepiting dan hasil lautnya," kata Hindun.

Oleh karena itu, ia bersama timnya juga memilih mitra kelompok nelayan, sehingga kedua mitra akan bersinergi. Satu sebagai penyuplai bahan baku dan kelompok IRT sebagai pengolah bahakn baku menjadi produk khas Kepulauan Sapeken.

Kepulauan Sapeken merupakan kecamatan terjauh dan paling timur (terluar) dari Kabupaten Sumenep. Akses menuju Kepulauan Sapeken cukup sulit karena faktor geografis dan sarana penunjang transportasi belum memadai, sehingga menyebabkan kecamatan ini semakin terisolir, mengalami kesenjangan, dan jauh tertinggal dari kecamatan lainnya, khususnya dari Sumenep daratan.

Angka kemiskinan di daerah yang terletak di kepulauan Madura ini masih cukup tinggi. Sebenarnya Kepulauan Sapeken memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) berbasis bahari atau kelautan yang cukup besar dan sangat potensial untuk dikembangkan.

Untuk mengembangkan dan melejitkan potensi ekonomi tersebut, Sapeken butuh pendamping. "Melihat kondisi ini kami terpanggil untuk mendampingi mereka agar potensi ekonomi yang cukup besar itu bisa digarap dengan maksimal," ucap Hindun.

Hindun menjelaskan kegiatan itu disponsori Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) melalui skim Program Penerapan Teknologi Tepat Guna Kepada Masyarakat (PPTTG) tahun 2019.

Kegiatan ini juga berkoordinasi dengan tim Community Development (COMDEV) Kangean Energy Indonesia (KEI), sebuah perusahaan minyak dan gas (migas) yang beroperasi di Kepulauan Sapeken yang telah menginisiasi pemberdayaan masyarakat.

Sementara itu Thahira Hudrie, ketua kelompok dari IRT "Dapoer Emmak" menuturkan bahwa selama ini banyak persoalan atau kendala yang mereka hadapi. Kendala tersebut, yaitu penggunaan alat masih sederhana dalam jumlah terbatas dan manual, sehingga produksi masih rendah dan pemasaran juga masih dalam wilayah yang sempit, serta volume yang kecil karena jumlah produksi sangat terbatas.

Bantuan yang diberikan berupa paket mesin pembuatan abon yang dilengkapi dengan alat pengukus atau presto sehingga pemasakan bahan baku lebih cepat dan merata. Selain itu, juga ada mesin penggoreng, sehingga abon matang merata dan tidak takut gosong, serta dibantu spinner, sehingga minyak bisa dibuang, sehingga abon akan awet lebih lama.

"Kami juga dibantu sealer dan diajarkan bagaimana kemasan yang baik. Total biaya alat ini kayaknya lebih dari Rp60 juta. Bayangkan kalau kami harus beli sendiri. Kami semangat untuk meningkatkan produksi dan membuat aneka produk, sehingga mengangkat nama kepulauan Sapeken," ujarnya.

Di tempat terpisah Husni Mubarak, koordinator kelompok nelayan "Sapeken Sejahtera" mengemukakan sebelumnya permasalahan yang mereka hadapi adalah keterbatasan biaya, sehingga hanya memiliki perahu yang kecil, mesin tenaga kecil (GT kecil), akses penerangan dan navigasi yang lemah, serta pemasaran hasil tangkapan yang tidak maksimal.

"Kami berterima kasih mendapatkan bantuan kapal (boat). Lumayan besar, sekitar 3-4 GT. Sudah ada mesinnya juga. Kapal pun sudah dilengkapi dengan tenaga surya. Jadi bila malam, penerangan sesuai dengan keinginan," kata Husni yang mengaku sejak sekolah dasar sudah menjadi nelayan itu.

Husni mengaku setelah adanya kapal ini, hasil dan pendapatan meningkat berkali-kali lipat. Mereka juga lebih berani menangkap ikan agak jauh, karena kapal dan mesin sudah layak. Hasil tangkapan mereka juga terjamin pemasarannya karena minimal sudah bekerja sama dengan IRT pengolahan abon.

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019