Kalangan anak muda di Kota Surabaya, Jatim, memberikan dukungan kepada dua sosok legislator muda dari Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional, Arif Fathoni dan Juliana Eva Wati untuk maju sebagai pasangan bakal Cawali-Cawawali di Pilkada Surabaya 2020.

"Bagus, kalau ada anak-anak muda yang maju di Pilkada Surabaya 2020," kata aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISIP Universitas Airlangga (Unair), Escha Islami Anwar di Surabaya, Kamis. 

Diketahui Arif Fathoni atau kerap dipanggil Toni merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya yang selain sebagai politikus di Partai Golkar juga sebagai advokat. Toni yang merupakan Wakil Ketua DPD Partai Golkar Surabaya diberikan kepercayaan sebagai Ketua Fraksi Golkar DPRD Surabaya periode 2019-2024.

Sedangkan Juliana Eva Wati yang biasa dipanggil Jeje merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kelahiran 1993.

Sejak kuliah Jeje aktif di BEM Unair sehingga mengantarkan dirinya masuk PAN dan kini menjadi anggota DPRD Surabaya periode 2019-2024 paling muda.  Jeje yang juga mantan Ning Surabaya 2013 ini menjadi idola anak muda Surabaya.

Menurut Escha, saat ini dibutuhkan sosok anak muda beneran, bukan orang tua yang di kemas milenial. Apalagi generasi muda saat ini, kata dia, mulai skeptis dengan politik, sedangkan seluruh kehidupan manusia mulai dari kelahiran sampai kematian di tentukan dengan arah politik.

"Sosok mas Toni dan mbak Jeje ini punya latar belakang yang kuat di dunia anak muda, ikon anak muda dan jadi inspirasi yang baik untuk generasi yang harus di selamatkan dari kemalasan," kata anggota Bidang Ekonomi Kreatif KNPI Jatim ini.
 
Mantan Wasekum Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) HMI Komisariat FISIP Unair ini mengatakan mereka berani keluar dari zona nyaman mereka dan menggeluti dunia politik itu adalah hal yang pantas untuk ditiru agar kedepan muncul tokoh-tokoh anak muda lainnya.

"Besar harapan saya mas Toni dan mbak Jeje ini mampu menjembatani mimpi anak-anak muda baik di dunia vokasi, bisnis, politik, seni budaya, dan hukum. Terakhir, saya sebagai anak muda merasa bosan di pertontonkan drama politik yang pemerannya orang-orang tua, kita butuh pemeran yang seger," katanya. 

Pengamat politik dan peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam mengatakan hingga sekarang pihaknya tetap meyakini bahwa politik Kota Surabaya tetap butuh dinamisasi dan pembaharuan.

Salah satunya, kata dia, bergantung pada semangat generasi milenial Surabaya untuk terlibat aktif menjadi pelopor pembaharuan politik  dengan berani maju ikut kontestasi Pilkada Surabaya 2020.

Menurut ia, ikut kontestasi politik di Kota Surabaya itu berat dan membutuhkan modal super yang lengkap, namun tidak haram hukumnya legislator-legislator muda berani tampil. 

Ia menilai semakin banyak yang maju akan kian kompetitif dan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang selektif.  

"Mas toni dan mbak Jeje ini legislator baru tentu sudah punya modal pileg untuk mendongkrak popularitas kendati harus diakui angkanya masih jauh dari ideal," katanya. 

Posisi Toni dan Jeje sebagai kader partai bisa jadi akan punya akses-akses khusus jika mau menunjukkan keseriusannya. "Kalau saya berpendapat jika mereka berdua mau maju ikut meramaikan itu tidak haram dan bagus untuk dinamisasi Pilkada Surabaya," katanya. 

Meski demikian, kata dia, harus realistis koalisi Golkar dan PAN juga tidak cukup masih butuh dukungan partai lain itu yang butuh kerja keras.

"Menurut saya tidak haram dan jika serius mulai sekarang. Ini agar pemilih Surabaya bisa menangkap daya keseriusnya agar tidak dibilang coba-coba soalnya karakter pemilih Surabaya itu lugas," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019