Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan 20 prinsip kreatif pengembangan daerah di depan ratusan peserta Konferensi Kota Kreatif yang digelar di Ternate, Maluku.

"Ya baru saja diundang ICCN (Indonesia Creative Cities Network), kami paparkan soal prinsip-prinsip kreatif mengembangkan daerah. Kira-kira ada 20 prinsip kreatif," kata Bupati Anas di Banyuwangi, Sabtu.

Menurut ia, 20 prinsip kreatif itu bisa dikluster dalam tiga bagian besar, yaitu inovasi dan pemasaran daerah serta kepemimpinan.

"20 prinsip kreatif itu, kira-kira hasil rangkumanlah, dari perjalanan sejak menjadi Bupati Banyuwangi. Program berhasil, program kurang sukses, semuanya kami cari benang merahnya. Lalu ada 20 prinsip kreatif itu," ujarnya.

Dalam bagian inovasi, lanjutnya, terdapat enam prinsip kreatif dan di bagian pemasaran daerah ada tujuh prinsip kreatif, sedangkan bagian kepemimpinan ada tujuh prinsip.

Enam prinsip kreatif dalam bagian inovasi, kata dia, di antaranya prinsip paradoks, daya saing, mencipta, ATM (amati, tiru, modifikasi), fokus dan proaktif.

"Prinsip kreatif paradoks misalnya kami ubah puskesmas dari pelayanan orang sakit menjadi mall orang sehat. Lalu kami coba ubah bukan semata-mata PAD, tapi program untuk penggerak PDRB," paparnya.

Ia mencontohkan, dalam prinsip fokus yang dilakukan adalah "semakin terbawah, maka semakin menjadi prioritas teratas".

"Sehingga lahir program Rantang Kasih yang mendistribusikan makanan gratis setiap hari untuk lansia miskin, uang saku dan tabungan untuk pelajar dari keluarga kurang mampu dan sebagainya," tutur Anas.

Sedangkan tujuh prinsip kreatif di bidang pemasaran adalah, prinsip semua pemasar, produk, reposisi, endorser, moment of truth, kearifan lokal dan branding.

"Misalnya prinsip semua pemasar, kami memosisikan semua dinas adalah dinas pariwisata. Ini bukan berarti sektor lain tidak diurus, tapi soal pengemasan. Misalnya Dinas Pertanian tetap mengurusi pengembangan pertanian, tapi kemudian difestivalkan, dan ini ada kaitannya dengan prinsip produk, yaitu semua lokasi adalah destinasi dan semua program adalah atraksi. Maka lahir agrotourism yang dikembangkan Dinas Pertanian," katanya.

Prinsip reposisi, menurut Bupati Anas, penting karena kita harus membalik keadaan, maka lahirlah program Smart Kampung. Anggapan orang tentang Banyuwangi yang klenik dan terbelakang sekarang berubah karena pelayanan hingga ke desa sudah berbasis teknologi," ujarnya.

Adapun dalam bagian kepemimpinan, ada tujuh prinsip, yaitu prinsip inspirasi, kecepatan memanfaatkan momentum, eksekusi detail, kolaborasi, pemenang, manusiawi dan modal sosial.

"Misalnya pada prinsip kolaborasi, kami hilangkan ego sektoral. ASN melebur jadi satu. Yang jadi fokus adalah outcome, bukan rebutan siapa pelaksananya," ucapnya.

Dengan prinsip-prinsip tersebut, kinerja pembangunan Banyuwangi meningkat, pendapatan per kapita rakyat melonjak dari Rp20 juta menjadi Rp48 juta per orang per tahun. Angka kemiskinan yang sebelumnya selalu dua digit, kini tinggal 7,8 persen.

Sementara itu, Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki Satari mengatakan Banyuwangi diundang tampil di Konferensi Kota Kreatif karena berhasil sangat kreatif dalam setiap program pembangunannya.

"Banyuwangi telah membuktikan bahwa kreativitas hadir menjadi solusi, tidak hanya untuk pariwisata, namun untuk sosial-ekonomi warga, termasuk kemiskinan. Kreativitas Banyuwangi telah berdampak pada meningkatnya kesejahteraan warga," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019