Kurs dolar AS turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah kekhawatiran meningkatnya ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan China.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,55 persen menjadi 97,6408 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1145 dolar AS dari 1,1085 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2284 dolar AS dari 1,2257 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,6752 dolar AS dari 0,6757 dolar AS.

Dolar AS dibeli 105,29 yen Jepang, lebih rendah dari 106,41 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9742 franc Swiss dari 0,9836 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3293 dolar Kanada dari 1,3299 dolar Kanada.

China akan mengenakan tarif tambahan pada barang-barang impor dari Amerika Serikat senilai sekitar 75 miliar dolar AS sebagai tanggapan atas kenaikan tarif Amerika yang baru diumumkan pada barang-barang China, Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara mengumumkan Jumat (23/8/2019).

Berdasarkan undang-undang dan disetujui oleh Dewan Negara, total 5.078 produk Amerika Serikat akan dikenakan tarif tambahan 10 persen atau lima persen.

Kenaikan tarif akan dilaksanakan dalam dua kelompok dan mulai berlaku masing-masing pada pukul 24.01 malam waktu Beijing pada 1 September dan pukul 24.01 malam waktu Beijing pada 15 Desember, komisi mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Pengenaan tarif tambahan China adalah tanggapan paksa terhadap unilateralisme dan proteksionisme perdagangan Amerika Serikat, kata komisi itu.

Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pada 15 Agustus bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan 10 persen untuk barang-barang China senilai sekitar 300 miliar dolar AS, masing-masing berlaku pada 1 September dan 15 Desember, dalam dua kelompok.

Berita itu muncul pada saat pasar AS telah mengkhawatirkan kemungkinan resesi ekonomi yang disumbang oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagang utamanya

Seiring meningkatnya kecemasan pasar terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan global, surat utang pemerintah Amerika Serikat, aset tradisional berisiko rendah, mengalami penurunan imbal hasil sepanjang hari, yang mengindikasikan berkurangnya sentimen investor.

Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10-tahun mundur kembali ke sekitar 1,53 persen pada sore hari, hanya sedikit lebih tinggi dari imbal hasil surat utang pemerintah berenor 2-tahun, memicu kekhawatiran atas potensi inversi kurva imbal hasil, yang secara luas dipandang sebagai pertanda dari resesi masa depan. (*)

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019