Rektor Universitas Dr Soetomo Surabaya Dr Bachrul Amiq bersama pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa mengajak dialog perwakilan mahasiswa asal Papua yang kuliah di kampus tersebut guna menenangkan situasi, menyusul adanya penangkapan sejumlah mahasiswa Papua di Surabaya akhir pekan lalu.

Bachrul Amiq menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut dan mengimbau mahasiswa Papua tidak takut, apalagi sampai terpancing isu-isu provokatif yang berkembang.

"Kami tentu menyayangkan dan prihatin kejadian seperti itu, mestinya hal tersebut tidak perlu terjadi. Ada 100 lebih mahasiswa asal Papua di Unitomo, maka dari itu kami menjamin di lingkup pendidikan Unitomo tidak akan ada perlakuan diskriminasi maupun rasisme," ujarnya saat dialog di Gedung Rektorat Unitomo Surabaya, Senin.

Menurut Rektor, sebanyak 26 mahasiswa baru asal Papua rencananya menjadi mahasiswa Unitomo pada tahun ajaran 2019, sehingga pihaknya perlu melakukan koordinasi dengan perwakilan mahasiswa Papua untuk menenangkan keadaan dan memberikan rasa nyaman.

Untuk menjamin keamanan dari mahasiswa asal Papua, lanjut Bachrul, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan kepolisian guna mengamankan lingkungan setempat.

Dalam dialog tersebut, perwakilan mahasiswa asal Papua di Unitomo menyampaikan sikap mereka atas peristiwa yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya. Mereka menyatakan tidak terpengaruh dengan kejadian itu, namun berharap hal tersebut tidak terjadi lagi di masa mendatang.

"Secara psikologis kami terganggu, tapi kenyamanan dan keamanan mahasiswa Papua yang tinggal di sekitar Nginden, Bratang, Semolowaru dan lingkungan sekitar kampus juga aman, masyarakat juga ramah. Harapan saya hal seperti ini jangan terjadi lagi di kemudian hari, jangan terjadi rasisme dan terpecah belahnya kita," kata Faniz Pamius Wenda selaku koordinator senior mahasiswa Papua di Unitomo.

Emolita Manibuy, mahasiswa Papua lainnya dari Fakultas Pertanian Unitomo, mengaku sempat merasa takut mendengar insiden di asrama mahasiswa tersebut.

Menurut ia, masyarakat di sekitar tempatnya tinggal selama di Surabaya tidak melakukan tindakan diskriminasi terhadap dirinya dan teman-teman lainnya.

"Saya sekarang lagi menyusun skripsi, saya mau bimbingan tapi saya takut mendengar peristiwa kemarin itu. Semoga tidak terjadi seperti ini," kata mahasiswa semester 8 Unitomo itu.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera beberapa saat sebelumnya menegaskan bahwa hingga saat ini polisi tidak melakukan penahanan terhadap mahasiswa Papua. Polisi hanya mengamankan puluhan mahasiswa Papua yang ada di Surabaya agar tidak terjadi bentrok dengan organisasi masyarakat.

Pengamanan pun tidak berlangsung lama, karena pada malam hari para mahasiswa telah dipulangkan.

"Kita tegaskan tidak ada penahanan, tidak ada penangkapan, yang ada kita mengamankan 43 mahasiswa tersebut dikarenakan situasi kondisi yang mana masyarakat dan beberapa OKP, ormas akan masuk ke dalam. Kalau kita tidak amankan, akibatnya justru terjadi bentrok masyarakat dengan mahasiswa terjadi," ujar Barung kepada pers.

Pewarta: Jenik Mauliddina/Ade Resty

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019