Ulama muda kharismatik dari Situbondo, Jawa Timur, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy mengingatkan seluruh masyarakat, khusunya Umat Islam, untuk memilih kegiatan yang terbaik dalam mensyukuri atau memperingati Hari Kemerdekaan RI.
"Bagi masyarakat Muslim Indonesia yang merupakan bagian dari bangsa ini, sudah seharusnya memahami dan memaknai kemerdekaan dengan pemahaman dan pemaknaan yang sebenarnya," katanya kepada Antara ketika ditemui pada pengajian rutin bulanan di Kantor Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafiiyah (IKSASS) Bondowoso, Jawa Timur, Rabu malam.
Cucu dari Pahlawan Nasional KHR As'ad Syamsul Arifin ini mengatakan bahwa dari sekian banyak pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga untuk terwujudnya kemerdekaan bangsa ini dari jeratan penjajah adalah para mujahidin, pejuang, atau para ulama.
"Maka ketika kita mensyukurinya, yang terbaik adalah dengan cara yang menyenangkan mereka (para pahlawan). Ini adalah bentuk mengenang jasa yang terbaik. Membacakan doa untuk mereka adalah salah satu cara terbaik," kata Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, itu.
Ulama yang juga dikenal sebagai penulis karya-karya sastra ini mengemukakan bahwa bekreasi positif untuk membangun negeri juga merupakan wujud rasa syukur yang esensial dibandingkan dengan kegiatan yang tidak terlihat jelas manfaatnya karena cenderung menyimpang dari ajaran agama.
"Sementara suasana di tempat lain dapat kita jumpai di negeri ini, masyarakat belum memiliki kesadaran penuh dalam cara mensyukuri Kemerdekaan RI, semisal dengan menggelar hiburan yang berdampak negatif, menggelar musik yang sampai menimbulkan perpecahan, bahkan perkelahian akibat minuman keras," kata ulama lulusan pesantren di Kota Mekkah ini.
Bahkan, kata dia, yang lebih memprihatinkan justru ada kegiatan memeringati kemerdekaan dengan kegiatan pornoaksi, yakni menggelar pertunjukan yang tampilannya tidak senonoh atau mengumbar aurat.
"Ini sebenarnya melukai atau mengecewakan para pahlawan yang telah gugur. Sebaiknya memilih yang terbaik untuk memaknai ini. Banyak kreasi lain yang lebih baik, misalnya anak-anak muda yang punya kreasi, baik dalam bentuk menemukan karya, baik berupa teknologi maupun karya tulis ilmiah yang bisa diterima di dunia internasional," katanya.
Sementara untuk kaum santri, dia menegaskan, sudah sejak lama telah memiliki tradisi menysukuri Kemerdekaan RI dengan kegiatan membaca doa dan mengaji Al Quran. "Kegiatan itu, pahalnya kami hadiahkan untuk para pejuang atau para mujahid yang telah gugur mendahului kita semua ini. Itu saya kira lebih bermakna," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Bagi masyarakat Muslim Indonesia yang merupakan bagian dari bangsa ini, sudah seharusnya memahami dan memaknai kemerdekaan dengan pemahaman dan pemaknaan yang sebenarnya," katanya kepada Antara ketika ditemui pada pengajian rutin bulanan di Kantor Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafiiyah (IKSASS) Bondowoso, Jawa Timur, Rabu malam.
Cucu dari Pahlawan Nasional KHR As'ad Syamsul Arifin ini mengatakan bahwa dari sekian banyak pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga untuk terwujudnya kemerdekaan bangsa ini dari jeratan penjajah adalah para mujahidin, pejuang, atau para ulama.
"Maka ketika kita mensyukurinya, yang terbaik adalah dengan cara yang menyenangkan mereka (para pahlawan). Ini adalah bentuk mengenang jasa yang terbaik. Membacakan doa untuk mereka adalah salah satu cara terbaik," kata Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, itu.
Ulama yang juga dikenal sebagai penulis karya-karya sastra ini mengemukakan bahwa bekreasi positif untuk membangun negeri juga merupakan wujud rasa syukur yang esensial dibandingkan dengan kegiatan yang tidak terlihat jelas manfaatnya karena cenderung menyimpang dari ajaran agama.
"Sementara suasana di tempat lain dapat kita jumpai di negeri ini, masyarakat belum memiliki kesadaran penuh dalam cara mensyukuri Kemerdekaan RI, semisal dengan menggelar hiburan yang berdampak negatif, menggelar musik yang sampai menimbulkan perpecahan, bahkan perkelahian akibat minuman keras," kata ulama lulusan pesantren di Kota Mekkah ini.
Bahkan, kata dia, yang lebih memprihatinkan justru ada kegiatan memeringati kemerdekaan dengan kegiatan pornoaksi, yakni menggelar pertunjukan yang tampilannya tidak senonoh atau mengumbar aurat.
"Ini sebenarnya melukai atau mengecewakan para pahlawan yang telah gugur. Sebaiknya memilih yang terbaik untuk memaknai ini. Banyak kreasi lain yang lebih baik, misalnya anak-anak muda yang punya kreasi, baik dalam bentuk menemukan karya, baik berupa teknologi maupun karya tulis ilmiah yang bisa diterima di dunia internasional," katanya.
Sementara untuk kaum santri, dia menegaskan, sudah sejak lama telah memiliki tradisi menysukuri Kemerdekaan RI dengan kegiatan membaca doa dan mengaji Al Quran. "Kegiatan itu, pahalnya kami hadiahkan untuk para pejuang atau para mujahid yang telah gugur mendahului kita semua ini. Itu saya kira lebih bermakna," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019