Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Madiun mencatat volume air di tiga waduk yang ada di wilayah setempat menyusut signifikan dari daya tampungnya, seiring memasuki musim kemarau tahun ini yang diperkirakan berlangsung lebih lama.

"Tiga waduk yang airnya menyusut signifikan tersebut adalah Waduk Dawuhan, Notopuro, dan Saradan. Penyusutan kemungkinan terus terjadi," ujar Plt Kepala Bidang Pengairan, Dinas PUPR Kabupaten Madiun, Maskur Yatim di Madiun, Sabtu.

Menurut dia, berdasarkan data, Waduk Dawuhan mengalami penurunan volume air paling drastis. Normalnya volume Waduk Dawuhan mencapai 5,1 juta meter kubik, kini tersisa sekitar 1,9 juta meter kubik. Waduk di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri itu airnya berkurang 3,1 juta meter kubik.

Kemudian Waduk Notopuro di Kecamatan Pilangkenceng, dari volume normal 2,4 juta meter kubik tinggal tersisa 724 ribu meter kubik. Sedangkan Waduk Saradan berkurang 1,2 juta meter kubik dari kapasitas normalnya 2,4 juta meter kubik.

"Penyusutan itu disebabkan intensitas irigasi yang tidak terputus. Mulai dari masa tanam pertama hingga kedua," kata dia.

Selain itu, katanya, juga disebabkan air waduk tidak bertambah sebagai dampak dari tidak turunnya hujan dalam beberapa bulan terakhir. Penyusutan juga karena cuaca yang sangat panas dan adanya pendangkalan akibat sedimentasi yang terbawa air dari hutan.

Ia menjelaskan, penyusutan yang terus terjadi tersebut berdampak pada kemungkinan penutupan pintu air waduk. Penutupan tersebut berkonsekuensi terhadap tidak adanya pendistribusian air untuk lahan pertanian hingga datangnya musim penghujan nanti.

"Karena sesuai "standard operating procedure" (SOP), air waduk tidak boleh habis untuk menjaga konstruksi bangunan waduk atau bendungan agar tidak rusak," katanya.

Maskur menyebut satu waduk bisa memenuhi kebutuhan irigasi hingga dua kecamatan lebih. Waduk Dawuhan misalnya, bisa mengairi persawahan di Kecamatan Wonoasri, Balerejo, dan sebagian Madiun.

Saat ini, katanya,  pihaknya masih menunggu data terbaru sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya menutup pintu waduk. Sejauh ini, air waduk maih disalurkan meski intensitasnya berkurang.

Terkait sedimentasi di dasar waduk, kata dia, pihaknya mengakui Waduk Dawuhan dan Saradan belum perbah dilakukan normalisasi. Sedangkan Waduk Notouro pernak dikeruk namun tidak tuntas karena keterbatasan anggaran.

"Normalisasi bisa menambah kapasitas air waduk saat pengisian di musim hujan. Dari tiga waduk tersebut, hanya Notopuro yang pernah dikeruk. Sedangkan Dawuhan dan Saradan belum pernah dikeruk," katanya.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019