Kampung yang terletak di Jalan Darmokali kota Surabaya ini nampak berbeda dengan kawasan di sekitarnya. Puluhan bendera merah-putih, berbagai jenis umbul-umbul hingga pernak-pernik terpajang dan mendominasi kawasan tersebut.

Terletak di seberang Kebun Binatang Surabaya, sepanjang jalan yang berada di sebuah gang ini berdiri 25 lapak pedagang bendera. Kawasan tersebut selalu diramaikan pembeli dari berbagai daerah, mulai dari Surabaya hingga luar kota, bahkan luar pulau.

Entah siapa yang menamai kawasan tersebut sebagai kampung bendera. Banyaknya pedagang bendera dan pernak-pernik di kawasan tersebut membuat orang-orang menyebutnya kampung bendera.

"Awalnya ada satu, dua yang jualan. Kok ramai, terus yang lainnya mengikuti," ujar Sejina, salah satu pedagang yang telah berjualan sejak 2008.

Wanita 47 tahun tersebut setiap hari berjualan bendera, walau bukan menjelang Agustus. Hal ini dilakukan sejak dirinya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh sebuah perusahaan dan kini menggantungkan hidupnya dari berjualan bendera.

"Awas, permisi mau lewat," ujar seorang sopir dari dalam mobil bak terbuka yang sedang mengangkut bambu panjang untuk umbul-umbul.

Sejak pagi hilir mudik aktivitas jual beli sudah meramaikan kawasan itu. Hampir seluruh warga RT 10 RW 4 di kawasan Jalan Darmokali merupakan pedagang bendera. Bahkan jika menjelang perayaan Kemerdekaan RI atau Agustusan, pedagang menggelar dagangannya hingga 24 jam.

Banyak pilihan yang tersedia di kawasan tersebut, mulai bendera berukuran kecil hingga besar. Berbagai macam umbul-umbul, lampion dan pernak-pernik lengkap dijual. Mulai harga Rp10.000 untuk bendera berukuran kecil hingga ratusan ribu rupiah tersedia di Kampung Bendera Darmokali.

Pada awalnya kampung ini hanyalah kampung seperti pada umumnya, namun melihat kesuksesan seorang pedagang bendera bernama Masruchah, masyarakat Jalan Darmokali tergoda mengikuti jejaknya.

Suasana Kampung Bendera Darmokali, Surabaya. (Foto Jenik Mauliddina/Ade Risty)

Pelopor kampung bendera

Masruchan merupakan penjual pertama di kawasan tersebut sekaligus mempelopori pedagang lainnya untuk berjualan bendera. Berawal di tahun 1973 saat dirinya membuka usaha konveksi, namun menghadapi kegagalan

Kemudian Masruchan bersama sang putra pergi ke Kota Bandung dengan tujuan mencari bahan baku kain yang lebih murah. Namun, melihat sebuah kampung yang sukses menjadi kampung bendera di Bandung, ia kemudian terinspirasi.

Bersama sang anak, Masruchan memborong produk bendera dari Bandung, lalu menjualnya di Surabaya. Usaha itu kemudian berkembang pesat dan dirinya mengajak masyarakat untuk berjualan serta menjadi agen bagi warga sekitar.

"Semua yang di sini (pedagang), barangnya dari saya sama anak saya di sana. Itung-itung bantu warga sekitar," ujar Masruchan, saat ditemui di kios yang berada di mulut Gang Darmorejo, masih di Jalan Darmokali.

Bulan Juli-Agustus menjadi puncak pembeli di kampung bendera. Pada bulan-bulan itu pendapatan pendagang di area tersebut naik menjadi empat kali lipat. Bahkan pedagang sanggup menjadi pemasok bendera di kawasan lainnya.

Produk-produk dari kawasan tersebut telah didistribusikan hingga luar Jawa, seperti Kalimantan, Madura hingga Fak-Fak (Papua). Kawasan tersebut telah menjadi pusat bendera dan perlengkapan Agustusan di Surabaya dan sekitarnya.

Untuk masalah harga bendera, jangan ditanya, sebab bendera di kampung ini merupakan buatan tangan dan ada juga yang langsung didatangkan dari Bandung.

Yusuf (39), salah satu pembeli, mengatakan bahwa dirinya sudah sejak lama menjadi pelanggan tetap di kampung bendera.

"Saya mau jual lagi. Memang lebih murah harganya," ungkapnya.

Senada dengan itu, Lukman Hadi (37), salah seorang pembeli yang berasal dari Sidoarjo, sengaja pergi  jauh-jauh ke Darmokali untuk kulakan berbagai jenis bendera dalam jumlah besar.

"Memang kulakan-nya di sini. Tahu di sini dari teman, saya nyoba ke sini dan cocok emang kulakan di sini," kata Lukman sambil mengikat barang-barang yang dibeli ke atas motor.

Selain menjual dalam jumlah besar, kawasan tersebut melayani pembelian eceran. Pembeli umumnya berasal dari pedagang di kawasan lain, pemerintah daerah, kantor perusahaan swasta, BUMN, maupun kantor dinas.

Harga yang jauh lebih murah dibanding tempat lain menjadi magnet bagi pembeli untuk selalu berdatangan ke Kampung Bendera Darmokali.

Pewarta: Jenik Mauliddina/Ade Risty

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019